Saat itu rembulan,
tidak menampakan pesonanya.
Derai angin, menyapu bagian terluar dari kulit jelitanya memberi sensasi dingin disertai tetesan air yang muncul satu demi satu dari sang langit.
Kemudian, indra penciumannya menyambut bau petrichor dengan begitu halus.
Iris sewarna obsidian itu mendongak, menatap gelap gulita yang membentang bak samudra, tak lantas lama untuk kedua kelopak itu tertutup.
Gundah gulana, sama seperti didalam relung.
Berharap larut bersamaan dengan rintik itu menjatuhi bumi.
Menepis semua resa yang kian menyelubung.
Tak pernah ingin, sosok dalam bayangan ingatan itu ; muncul kembali, ia ingin semuanya kembali seperti semula.
Kala segalanya belum di mulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
at da moment
PoetryTemu, sapa, dan pergi. Orang asing, Cinta, Persepsi. Berjumpa secara tak terduga, hingga memberi sebuah cerita. Ini bisa saja patah hati, Bisa juga putus asa, Bisa juga mati rasa. Note : Ini murni coretan yang saya buat sendiri. Imajinasi yang mel...