Petang itu berganti dengan munculnya rembulan.
Cahaya senja tergantikan dengan kegelapan malam beserta gemerlap yang mulai menyapa. Hiruk-pikuk kendaraan lalu lalang menyambut suasana kala itu.
Kaki kecilnya melangkah dengan pelan menapaki setiap relief tanah bahu jalan. Debu menempel disekitar buku jari, menjadikannya usang dan tak terurus.
Bunyi musik menyapa gendang telinga, bersahutan dari stereo kecil yang menggelantung pada sekitar lekukan leher mungilnya, menyampir hingga ke balik punggung rapuh itu.
Sorot dengan sirat memelas terpampang nyata dalam hazel itu, mengiringi secuil letih yang coba disembunyi.
Tak ada kurva lengkung, seperti yang senantiasa tertera untuk manusia sebyanya.
Seolah berkata,
"Oh, Tuhan.... Aku ingin berhenti." Lirihnya pada sang maha kuasa, sembari mengeratkan genggaman tangan pada botol kecil berisikan beras.
KAMU SEDANG MEMBACA
at da moment
ŞiirTemu, sapa, dan pergi. Orang asing, Cinta, Persepsi. Berjumpa secara tak terduga, hingga memberi sebuah cerita. Ini bisa saja patah hati, Bisa juga putus asa, Bisa juga mati rasa. Note : Ini murni coretan yang saya buat sendiri. Imajinasi yang mel...