Happy reading^^
.
.
8 tahun lalu
"Perhatian, untuk seluruh siswa, diharapkan segera masuk ke kelas masing-masing sekarang juga," suara bel masuk menggema melalui pengeras suara sekolah, mengisyaratkan dimulainya jam pelajaran. Siswa-siswa mulai berjalan menuju kelas mereka, meski beberapa terlihat memilih tetap berada di kantin atau bahkan memilih untuk bolos.
Di ruang kelas 12, Freen sudah duduk rapi di bangkunya. Sebagai siswa yang rajin, dia lebih suka bersiap lebih awal agar tidak terburu-buru saat pelajaran dimulai. Di sebelahnya, terlihat Lin, sahabatnya sejak SMP, yang saat itu tampak lesu dan malas.
"Duh, males banget sebenernya sekolah hari ini, apalagi ada pelajaran matematika," keluh Lin sambil menopang kepalanya dengan kedua tangan.
Freen hanya menggelengkan kepalanya sambil mengeluarkan buku matematikanya. Kebiasaan Lin yang selalu mengeluh saat ada pelajaran sulit sudah tidak asing lagi baginya, tetapi dia tetap merasa kesal setiap kali Lin mengeluh seperti itu.
"Lin, kapan sih kamu nggak ngeluh soal pelajaran?" tanya Freen sambil melirik sahabatnya.
"Yaa, gimana ya? Kayaknya otak ku nggak cocok deh sama matematika. Harusnya ada pelajaran khusus buat orang-orang kayak aku yang nggak bisa hitungan," jawab Lin sambil terkekeh kecil, berusaha mencairkan suasana.
Freen hanya tersenyum kecil, merasa sedikit terhibur oleh tingkah sahabatnya. Meski Lin sering malas-malasan, Freen tahu sahabatnya itu selalu punya cara untuk membuat hari-hari di sekolah terasa lebih ringan dan menyenangkan.
Tiba-tiba, pintu kelas terbuka, dan guru mereka masuk dengan membawa kabar menarik. "Anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru," ucap guru itu sambil tersenyum.
"Cewek atau cowok, Bu?" tanya Heng, teman sekelas Freen yang terkenal akrab dengan semua orang.
"Nanti kamu lihat sendiri, Heng," jawab guru sambil tertawa kecil. "Silakan masuk, Becca."
Seorang gadis pun melangkah masuk ke dalam kelas. Ia tampak berwajah blasteran, dengan kulit terang, mata cokelat muda, dan rambut panjang yang tergerai rapi. Dia tersenyum ramah, membuat seluruh mata di kelas tertuju padanya.
"Nah, anak-anak, ini Becca. Dia pindahan dari salah satu sekolah terbaik di London," kata guru itu memperkenalkan gadis tersebut.
Becca mengangguk dan tersenyum hangat. "Hai semuanya, perkenalkan, nama saya Rebecca Patricia Armstrong. Panggil saja Becky. Saya murid pindahan dari London, dan saya berharap kita semua bisa berteman dengan baik," ucapnya dengan nada ramah.
Di sebelah Freen, Lin langsung menoleh padanya dan berbisik, "Beh, cakep banget, Freen!
Sementara itu, Freen yang sejak tadi fokus pada catatan matematikanya, baru saja mengangkat kepala. Pandangannya langsung tertuju pada Becky, yang masih berdiri di depan kelas, tersenyum kepada semua orang. Matanya tertuju sejenak pada gadis itu, terpesona dengan penampilan Becky yang berbeda dari siswa-siswa lain di sekolah mereka.
"Anak pindahan dari London, ya? Pantas saja dia terlihat beda," pikir Freen dalam hati, sambil terus memperhatikan Becky yang kemudian diarahkan oleh guru untuk duduk di bangku kosong di dekat jendela.
Jam pelajaran pun dimulai. Meski sudah berusaha fokus, entah kenapa perhatian Freen terus teralih ke Becky. Ada sesuatu yang menarik darinya.
"Baiklah, siapa yang bisa menjawab soal di atas?" tanya guru mereka, menunjuk soal matematika yang baru saja ia tulis di papan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy or Lover (Freenbecky)
Romance(21+ gxg) Freen Sarocha Chankimha dan Becky Rebecca Patricia Armstrong adalah dua pewaris tunggal keluarga kaya raya yang sejak kecil bersaing untuk menjadi penerus terbaik. Setelah berpisah bertahun-tahun, mereka kembali bertemu sebagai CEO di peru...