CHAPTER 7

116 27 1
                                    

Happy reading^^

.

.

"Setelah beberapa detik, Freen pun menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian untuk menyatakan perasaannya yang selama ini ia pendam. Suasana di dalam ruangan menjadi begitu hening, seolah waktu melambat. Ia pun menggenggam tangan Becky dengan lembut, berusaha menguatkan dirinya.

"I love you, Becky... will you be my girlfriend?" ucap Freen dengan suara yang terdengar bergetar, namun matanya penuh dengan kejujuran.

Becky tertawa kecil mendengar pengakuan Freen, ekspresi wajahnya bercampur antara terkejut dan tak percaya. "Kamu serius, Freen?" katanya sambil tersenyum geli. "Ini semacam candaan atau kamu lagi latihan akting, ya? Kamu sudah cocok jadi aktor, Freen!" lelucon Becky mencairkan sedikit ketegangan, meski ia tampak bingung.

Freen menggelengkan kepala, wajahnya berubah serius. "Aku serius, Becky. Aku tahu ini mungkin aneh buat kamu, tapi aku benar-benar jatuh cinta sama kamu," ucapnya pelan namun tegas, masih memegang tangan Becky.

Mendengar ketulusan di balik suara Freen, Becky akhirnya menarik tangannya dari genggaman Freen. Ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih serius, bahkan agak canggung. "Freen... kamu tahu kan aku sudah punya pacar?" katanya, mencoba berbicara setenang mungkin.

Freen mengangguk. "Aku tahu. Tapi aku cuma... aku nggak bisa menahan perasaan ini. Aku sayang sama kamu, Becky. Lebih dari sekadar teman ataupun rekan kerja," ungkapnya sambil menghela napas.

Becky tampak kebingungan, tapi ia tetap mencoba menjelaskan. "Freen, hubungan aku sama dia baik-baik aja kok. Kami memang punya masalah kecil, tapi itu hal biasa, kan? Dia bilang, cewek yang sering aku lihat sama dia itu cuma teman dekatnya," katanya, berusaha mempertahankan keyakinannya.

Namun Freen tidak menyerah. "Aku pernah lihat mereka, Becky. Mereka bukan cuma teman dekat. Mereka sering terlihat mesra, dan aku nggak bisa diam aja melihat kamu diperlakukan kayak gini," Freen berbicara lebih tegas, mencoba menyampaikan apa yang ia yakini sebagai kebenaran.


Beberapa hari yang lalu...

Setelah ia mengantar Becky kembali ke rumahnya setelah kejadian ia menemukan becky dalam keadaan tidak baik, Freen melanjutkan perjalanannya ke perusahaannya. Saat dia tiba, ia memarkir mobil dan melangkah perlahan ke ruang kerjanya. Sesampainya di dalam, dia menyalakan lampu dan menjatuhkan tubuhnya ke kursi. Walau mencoba mengalihkan perhatian dengan pekerjaannya, bayangan Becky terus-menerus melintas di pikirannya. "Becky udah punya pacar, ya? Kenapa aku mikirin ini... lagipula, kenapa aku peduli?" batinnya, sambil menghela napas panjang, sedikit frustrasi pada dirinya sendiri.

Lamunannya terpecah oleh suara pintu yang terbuka lebar, disusul teriakan riang dari sahabatnya, Nam.

"Freen!" seru Nam penuh semangat, berlari masuk dan langsung duduk di kursi depan Freen tanpa mengetuk pintu.

Freen tersentak kaget, memegangi dadanya seolah baru saja dihantam badai. "Ya ampun, Nam! Kagetin aja," ucapnya sambil mengatur napas.

Nam hanya tertawa kecil, terlihat sangat antusias dengan sesuatu yang jelas ingin dia bagikan. "Maaf, Freen! Tapi, kamu nggak bakal percaya apa yang baru aja terjadi!" katanya dengan senyum lebar, seolah menyimpan rahasia yang luar biasa.

Freen mengangkat alis, sedikit bingung dengan semangat Nam yang tiba-tiba. "Aku nggak akan tahu kalau kamu nggak cerita. Jadi, apa yang bikin kamu heboh banget?" tanyanya sambil tersenyum kecil, penasaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Enemy or Lover (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang