Part 6 (Dekat-dekat)

11 10 11
                                    

"Jadi, lo butuh gue?" Giandra menatap tengil Hana yang sedari tadi sudah mengerucutkan bibirnya.

"Nggak ada."

"Lanjutin aja Bang, gue duluan." Gerba meringis berlari kecil menjauh. Hana terlampau bingung saat ini.

"Lo mau ngerjain tugas ekskul sastra?"

"Iya, itu lo tau." Giandra terkekeh, melangkah menuju bangku panjang depan ruang OSIS. Hana hanya mengamati, tidak berminat ikut duduk.

"Ada syaratnya."

Hana mendongak dan mengernyit, "Takut gue kalo lo lagi gini." Tawa Giandra pecah, lalu menatap depan.

"Ikuti perintah gue."

"Nggak!" Cepat-cepat Hana menolak.

Senyum Giandra melebar, "Kasihan banget Bu Retno, pasti kecewa sama lo." Ia bangkit, hendak membuka engsel pintu ruangan.

"Apa dulu?!"

Giandra tersenyum, menoleh menatap Hana. "Dekati gue, kalo lo bisa bikin gue luluh dalam dua hari, kita saling menguntungkan."

"Hah? Gila lo Giandra."

Hana menatap sinis Giandra, "Lo mau bunuh gue perlahan ya?"

Giandra terkekeh sejenak, "Cuma deketin gue nggak bikin lo mati, cantik." Lantas melanjutkan langkahnya meninggalkan Hana.

"Sial, nyebelin lo Giandra!!" Ia menatap pintu yang tertutup, lalu menyentuh debaran dadanya, perutnya kram untuk sekedar menahan wajahnya supaya tidak tersenyum.

Ia tersenyum, melangkah menjauh dari ruang OSIS. Ia sedang sebal, kesal, dan apakah hatinya siap jatuh cinta lagi?

*****

"Bro, udah mau malam pulang sana."

Giandra menggeleng, ia tau hanya dia yang sejak tadi diusir paksa oleh ketiga temannya itu. "Gue lagi buat deskripsi, kalo lo ajak ngomong hilang nanti yang mau gue tulis."

Regal menggeleng, "Pulang, kita yang nggak pulang kalo lo belum pulang." Giandra berhenti mengetik, menoleh pada temannya.

Melirik sekilas pada jam dinding di dinding depan, lebih dari setengah enam sore.

"Iya, gue pulang."

Mereka tersenyum, lalu menutup pintu dan melangkah menuju parkiran. Mata Gerba menyipit, "Woi hantu woi."

Semua langsung berhenti melangkah, ia menatap sudut gerbang sekolah. Parkiran memang dekat gerbang utama, "Lihat deh."

Semua mengikuti arah jari Gerba, mata Giandra terbelalak. Ia langsung berlari menuju motornya, menyalakan segera. "WOI NGAPAIN LO?" Devano meneriaki Giandra yang terburu-buru.

Benar saja tebakan Giandra, ini bukan hantu. Mana ada secantik ini hantunya, "Belum pulang ngapain?"

Hana menoleh ke belakang, mendapati Giandra membuka helm. "Supir lo mana?"

Hana memainkan ujung sepatunya, "Mobilnya ganti oli, gue kira nggak lama. Ternyata lama." Hana menoleh kanan kiri, mencoba memastikan sekali lagi.

"Oh yaudah, tunggu bentar lagi aja ya. Hati-hati, gue duluan."

Motor Giandra melaju saat mendapat klakson dari ketiga temannya yang melaluinya, "Duluan ya."

Hana mengerucutkan bibirnya, ia kira akan mendapat tebengan dari mantannya itu. Berharap apa dia barusan?

Hana kembali menatap langit yang menggelap, ia hanya bisa menghela nafas. Motor Giandra melaju cepat menuju rumah, ia berusaha biasa saja. Lampu berganti merah.

"Pikiran gue kenapa sih?"

Ia memutar motornya, melaju cepat menuju sekolah. Berharap gadis bodoh itu bisa membedakan mana penculik dan hantu. Ia tersenyum kecil melihat Hana masih berdiri memegang tali ranselnya.

"Heh."

Hana mengerutkan dahinya, "Kenapa balik?"

Mata Giandra memutar kesal, "Ada yang ketinggalan." Hana menatap gerbang yang tertutup. Lalu melihat kiri jalan.

"Satpamnya barusan pulang, barang penting?"

Giandra menggeleng, turun dari motor. Ia melepas helm yang ia kenakan, lalu berdiri persis di depan wajah Hana yang mendongak. Mengingat Hana lebih bocil darinya.

Giandra memasangkan helm ke kepala Hana, membuat Hana mundur selangkah. "Apaan sih lo."

Giandra melangkah maju, "Karena yang ketinggalan itu lo. Buruan naik," ujarnya lantas menghidupkan mesin motor.

Hana terdiam, terkejut dengan sikap Giandra.

"Nggak usah mikir macam-macam, rasa kemanusiaan gue masih tinggi. Sesama teman tapi mantan," lanjut Giandra menyadarkan.

Hana menatap jam dinding di pos satpam, benar-benar larut. Ia melangkah mendekat, tangan Giandra bergerak menurunkan pedal pada jok belakang. Kebiasannya dulu.

"Sorry, udah terbiasa."

Hana menggigit bibir atasnya, ia melangkah menaiki motor Giandra. Ia tersenyum tipis, ya ia sedikit rindu, sedikit saja.

Motor Giandra hendak melaju, sebelum akhirnya dari belakang sinar lampu mengganggu. Mobil Hana sampai.

"Nah, itu sampai. Sana pulang naik mobil." Giandra mematikan lagi mesin motornya.

Supir Hana keluar, "Maaf Non, saya lama tadi."

"Sana turun." Giandra mengamati dari spion depan.

Hana sudah posisi nyaman di jok belakang, ia teringat permintaan Giandra. Ia menggeleng, "Nggak!"

Giandra menahan kedutan senyum, ia menoleh ke belakang menatap Hana memicing curiga. "Lo gamon ya?"

Hana menghela nafas, ia ikut menghadap belakang. "Pak, langsung pulang aja. Saya bareng Giandra," lanjutnya lantang.

"Baik, Non."

"Serius, nih, bareng gue?"

Giandra menarik senyumnya, "Biar bisa pelukan ya?"

"Freak banget, udah ayo pulang, sekarang kan lo tau rumah gue." Hana menggeplak bahu Giandra keras.

Cowok itu menghidupkan mesin, "Lo beneran mau deketin gue?"

Hana diam, memilih berpegang tangan pada tas Giandra. Motor melaju perlahan, membiarkan rambut maskulin Giandra menebar wangi. Hana tersenyum diam-diam, menundukkan kepalanya.

"Han, lo mau bakso?"

Hana mendongak, "Hah?" Telinga berdengung, helm Giandra begitu tebal untuk rambutnya yang panjang.

"Bakso, lo mau nggak?"

Hana menggaruk dagunya, ia tidak dengar. "Sorry, nggak dengar." Ia memutuskan menarik sebelah kanan helm supaya terdengar apa yang dikatakan Giandra.

Giandra di depan sudah jengah, "Nggak jadi, lo pasti mau deket-deket sama gue, kan?"

Mata Hana melotot mendengarnya, "Ogah, ngapain deket-deket sama lo." Hana kembali menutup kanan helm, bersedekap dengan sebal.

Cowok itu hobi mengganggu dirinya atau bagaimana sih?

Giandra merasa ada yang salah, mengapa saat membahas bakso dia tidak dengar. Sedangkan membahas pendekatan ia dengar.

"Tau gitu nggak gue putusin."

"Hah?"

*****

Selamat bergalau ria, menurut kalian mereka bagusnya balikan aja. Atau biar gini ya?

Akan ada boom besar setelah ini tau, kalian harus tunggu ya. Selamat bermalam Minggu ^^

Komen ya >>>

See u babay, G!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman Tapi Mantan [continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang