Cowok itu mengerem mendadak saat motornya hampir menabrak seorang wanita di depannya. "Maaf, Bu. Saya tidak fokus tadi," ujarnya.
Ibu-ibu yang mengusap dada itu hanya menggeleng. "Tidak apa-apa, hati-hati nak."
"Maaf, Bu. Belum sarapan soalnya hehe," guraunya balik.
Ibu itu tersenyum, "Mau antar saya pulang? Nanti sekalian sarapan dengan keluarga saya."
"Eh."
"Sudah, mau tidak?"
Cowok itu nyengir, tidak percaya gurauannya dibalas serius oleh Ibu itu. Ia membuka helm, "Mari saya antar, Bu. Nasi goreng ada, Bu?"
Ibu itu tertawa, "Saya buatkan. Ayo," ucapnya lantas pergi bersama. Giandra, cowok itu tidak percaya. Frekuensi Ibu ini dengan dirinya begitu sama.
Tidak begitu lama, mereka sudah sampai ke salah satu rumah mewah di jejeran rumah mewah lainnya. Siapa sangka, ternyata Ibu ini adalah Nyonya besar perusahaan Briando.
*
"Waduh, saya malah tidak tau Om."
Mereka tertawa, "Kamu itu mirip sekali dengan Andra ya." Giandra terkekeh.
"Saya lebih suka dibilang mirip Mama, daripada mirip Papa."
"Loh, kenapa?"
Giandra menghabiskan nasi di mulutnya, "Papa suka takut sama Mama." Tawa di meja makan semakin keras.
"Bisa aja, jangan gitu ah. Om juga takut sama Istri Om." Nyonya besar yang duduk di sebelahnya melotot mendengar suaminya berkata begitu.
"Jangan mau ya, Nak. Masa kepala keluarga tunduk sama istrinya kepala." Mereka lagi-lagi tertawa.
Mereka bertiga menghabiskan sarapan segera, "Om. Katanya Om punya anak di luar negeri ya?"
"Wah, update juga kamu."
"Yah Om, kalo nggak update, bukan anak Andra." Rio, pria paruh baya itu tersenyum mendengarnya.
"Iya, kabur dia nggak mau jadi penerus perusahaan."
"Tapi artinya anak Om pintar sekali dong," bangga Giandra melanjutkan.
"Kalo kamu, mau jadi penerus?"
Giandra meringis, "Kalo Papa bolehin. Kalo nggak, paling jadi tukang SPBU saya mah." Rio dan Cika tertawa mendengar penuturan anak muda di depannya.
"Papa kamu hebat loh, kamu pasti bisa."
"Dih, Om nggak tau Papa saya jelek kalo di rumah." Mereka terkekeh geli melihat Giandra yang tidak suka Papanya dipuji.
"Anak Om, cuma satu aja?"
"Gue anaknya."
Semua atensi menoleh penuh pada gadis yang menenteng Sling bag di ujung tangga. "Lo... Anak Om Rio sama Tante Cika?" Giandra mengernyit heran.
"Kenapa? Nyesel nggak tau?."
"Om lupa, anak Andra satu sekolah sama anak saya, astaga. Kamu kelas berapa Giandra?"
"Satu kelas kok sama Hana."
Giandra membuang muka, "Iya Om, kita satu sekolah. Satu kelas juga, satu hati juga."
"Tapi dulu."
*****
Eh, gimana bab Awal ini? Bisa dong, tap vote dan komen. Semoga sehat semuaaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mantan [continue]
Romance[iamgigi_] 🚫𝐀𝐑𝐄𝐀 𝐀𝐍𝐓𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐑𝐈𝐒𝐌𝐄🚫 "Putus itu pilihan kan? Kalo balikan?" Nb. Konflik ringan, silahkan dicoba dulu kakak, dan hati-hati gigi kering nih ") ~o0o~ "Lama banget, katanya cuma nyamperin Giandra?" tanya Gerba saat mel...