Part 4 (Artikel)

36 28 12
                                    

Aku janji akan vote! Oke fiks, habis scroll siap-siap baca di pojokan ya ^^

*****
Giandra berjalan bersama ketiga sahabatnya menuju ruang OSIS, tunggu kalian belum kenal ya. Mereka semua, adalah anak OSIS SMA Negeri Bangsa.

"Bakal ada guest siapa?" Langkah mereka mulai sedikit pelan.

"Gue sih fiks milih Via Valen." Devano terkekeh menjawabnya. Setiap tahun pasti ada artis yang menjadi guest di SMANEBA.

"Gue milih Habib Jafar biar lo pada tobat," celetuk Giandra.

"Duh, kayak lo iya aja. Heh, gue punya ide."

Semua menoleh pada Gerba curiga, "Gimana kalo Oppa Opik?"

"Yahhh, terlalu asik."

"Itu sih kumpulan ormal," ujar Devano.

"Ormal apaan?"

"Orang malam, masa lo mau sholawatan siang bolong. Panas euy," lanjutnya.

Semua tertawa, "Kita undi aja gimana? Sama anak lain, biar bisa pada usul." Semua mengangguk menyetujui ide Regal.

"Ya sudah, mampir dulu markas." Semua mengangguk, melangkah bersama kembali menuju markas tempat menggibah. Mana lagi, ruang OSIS.

*****

Hana ikut bergabung pada cewek-cewek yang duduk melingkar di meja Risa, "Apaan nih?"

"Eh, Han. Lo tau guest kita jadinya siapa nggak?"

Hana menggeleng, "Enggak, siapa emang?"

"Yee, kita tanya, lo balik tanya. Siapa tau, dekat sama cowok OSIS kan lo," cerocos Alea tidak tau malu.

"Halah, kemarin juga lo dekat Devano."

"Gue nggak sebut merk ya, malah lo koar-koar anjir." Alea menekuk wajahnya masam, lantas membuang muka.

"Yang penting mah lombanya, kelas kita menang nggak ya?" Samber Risa excited.

"Aman itu, lombanya apa aja buat ulang tahun sekolah kali ini?" Semua menggeleng tidak ada yang mendapat bocoran. Mata Alea melotot, ia melihat sesuatu di belakang Hana.

Hana mendongakkan kepalanya, tersenyum meringis. "Eh, Bapak. Selamat pagi, Pak."

Pria tambun itu membenarkan kaca matanya, "Ini Giandra mana ini? Belum berangkat?" Semua menggeleng bahkan yang cowok pun.

"Kamu, Giandra di mana?"

Mata Hana membulat, "S-Saya nggak tau lah Pak, saya bukan Ibunya." Pria itu menyipitkan mata.

"Bukannya pacar Giandra ya?"

Hana meringis, kemana saja guru ini sebulan yang lalu?
"Pecah Pak, putus," jawab Alea santai.

"Loh, sejak kapan?"

"Bapak katanya mencari Giandra, malah tanya tanya saya sih, Pak." Hana memajukan bibirnya.

"Iya, saya kaget kok putus. Udah lama kan?"

"Bapak cari saya?" Giandra mendadak menjadi pahlawan kesiangan yang datang membawakan kabar. Guru itu menoleh lalu mengangguk.

"Kamu sekbid tiga, bagian seksi kegiatan kan? Tolong rincian di kirim email sekolah lusa ya." Giandra memberi hormat mengiyakan.

"Aman, Pak."

"Kamu nggak papa Giandra?" Semua masih menatap Giandra, bahkan melupakan sosok Hana di depannya. Cowok itu mengernyit, merasa sehat-sehat saja pagi ini.

"Untungnya sih, sehat Pak."

"Katanya kamu putus sama dia?" Guru itu menunjuk dengan santai sosok Hana yang membulatkan bibirnya dengan gemas.

Cowok itu terkekeh, "Iya Pak, udah sebulan. Mohon doa restunya ya," lanjutnya bercanda.

Guru itu menepuk bahu Giandra kuat, "Pertahankan jiwa teguh kamu. Saya dukung." Giandra meringis sampai guru itu menghilang keluar kelas.

"Lo apaan sih?!" Hana bersedekap menatap tajam Giandra. Cowok itu cuek bebek, memilih melangkah menuju bangkunya. Ia punya banyak tugas.

"Lo bilang kita putus?" tanya Giandra menghadap Hana.

Cewek itu menggeleng, Giandra menaikkan alisnya sebelah. "Terus tau sendiri?"

"Tuh, Alea yang bilang." Cewek yang merasa terpanggil hanya mendongak sekali lalu melanjutkan berbicara pada teman lainnya.

"Lo nggak bilang iya kan?"

"Gue bilang iya, kan kita emang putus." Sangat jelas sekali, helaan nafas Giandra keluarkan perlahan.

"Ya sudah, sini mantan bantuin gue."

"Ogah!" Hana kembali duduk menghadap teman-teman lainnya yang bercerita sebelum bel masuk. Giandra meringis melihatnya, ia seakan mendapatkan banyak peluang menatap Hana.

Ia membuka ponselnya, mencari kontak yang bisa ia mintai tolong. "Hallo, selamat pagi, Bu."

*****

"Tiba-tiba banget kumpul ekskul bahasa? Ada lomba?" tanya Risa menatap Hana.

Hana menggeleng, memastikan informasi yang ia dapat barusan memang kumpul untuk anak sastra. "Kayaknya mau acara sekolah itu deh, makanya disuruh sama Bu Retno."

Hana mengangguk saja, "Kalian makan aja, gue nggak. Udah ya, duluan gue." Ia beranjak dari bangku menuju lab bahasa. Ia sendiri bingung, mengapa mendadak begini.

Ia mengetuk tiga kali pintu lab bahasa, sebelum akhirnya masuk. Ia mendapati tiga teman lainnya juga di sana. "Rahel, ada lomba apa gimana sih?"

Gadis yang bernama Rahel menggeleng, "Katanya buat mading atau laporan artikel gak tau deh."

Hana ikut duduk di sampingnya, Bu Retno datang membawa spidol dan kertas. "Karena hari ulang tahun sekolah sebentar lagi, maka tolong di kerjakan ini ya."

Bu Retno menuliskan beberapa hal yang akan dicatat siswa, "Sekalian sudah Ibu bagi, ini dibaca."

Beberapa siswa mengangguk, beda dengan Hana yang melotot tidak terima. Membuat artikel persiapan acara HUT sekolah?

"Bu, saya tukar saja ya."

"Waduh, tidak bisa Hana. Ibu lebih percaya artikel persiapan HUT sekolah sama kamu, lagian kamu pernah lomba artikel, nggak susah kan?"

Memang membuatnya tidak susah bagi Hana. Yang susah itu, mencari seksi kegiatan untuk wawancara yang akan dilaksanakan. Lebih sial lagi, mengapa sekbid tiga diisi oleh mantannya?

"Baik, bulan depan Ibu tagih yang sudah selesai. Boleh bubar, tetap semangat semua."

"Semangat ya," ujar Rahel mengerti keadaan Hana.

"Kenapa selalu dibuat gagal move on mulu sih?"

Kringggg....

Hana mengepalkan tangannya di atas kepala, menggeram menahan marah. "Oke, lo bisa Hana."

Ia melangkah ke kelas, perutnya berbunyi. "Gara-gara ultah sekolah, hadeh, masa harus mikirin mantan lagi."

*****

Yang udah vote, bisa komen dulu di sini. Penuhin api apiii 🔥🔥🔥...

Semoga betah baca TTM ya, see u babay.
G!

Teman Tapi Mantan [continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang