Hana keluar dari mobil, "Pak nanti Hana telfon aja, jangan cepet-cepet jemputnya."
"Baik Non."
Tin!
Hana menoleh pada motor yang baru saja berhenti di sampingnya, motor yang ia pernah naiki. Motor yang pernah membawanya keliling kota Bandung, bahkan motor yang membuatnya menangis.
"Gue tau gue tampan."
"Najis." Hana menenteng tas meninggalkan cowok tersebut. Giandra malah tertawa dibalik helmnya.
"Gue nggak tau lo anak Om Rio."
"Kalo tau, lo nggak akan putusin gue gitu?"
Senyum Giandra tertarik, "Iya, kasihan Om Rio sama bokap gue nggak jadi besan."
"Narsis banget sih!"
Senyum Giandra merekah, cewek itu selalu sama. Selalu menyebalkan, namun merindukan.
"Bro, senyum-senyum kayak orang gila. Kalo gagal move on bilang aja, nggak usah ditahan gitu muka lo." Giandra menoleh pada Gerba, Regal, dan Devano. Ketiga sahabatnya mengamati dengan godaan.
"Apa sih."
"Duh, Giandra... Giandra. Mata kita nggak buta ya, senyum lo bisa dilihat dari jarak lima puluh meter saking lebarnya," cetus Devano.
"Gagal move on, kasihan banget." Gerba lagi-lagi mengompori.
Giandra berdecak, menuruni motornya. "Gue nggak gagal move on, emang gue aja yang nggak mau move on." balasnya.
"Uhuuuuy, Neng Hana curi hati abang dong." Gerba dan Devano kompak menggoda dan tertawa mendengar balasan Giandra. Hanya Regal yang tersenyum memilih diam. Ketua OSIS satu itu memang cool, Bro.
"SUARA KALIAN KAYAK TOA, PELAN DIKIT KENAPA SIH?!"
Semua menoleh pada gadis yang mengerutkan kening dengan berkacak pinggang, Hana mengawasi mereka. "Buset, cewek lo suaranya keras banget. Telinganya tajam bener."
Senyum Giandra merekah, "Gue duluan ya." Lantas berlari menghampiri gadis yang berdiri di ujung lapangan hendak beranjak.
Seakan tau langkah seribu temannya, tidak membiarkan ketiganya diam saja. "HANA LARI, MANTAN NGEJAR!"
*****
Putus. Kalimat itu baru satu bulan lalu ia dengar, ketika cowok yang ia sayang tiba-tiba mengatakannya. Salam benci untuk Giandra dari Hana.Hingga satu bulan lamanya ia tidak berhubungan lagi dengan Giandra, sampai sekarang ia tidak tau alasan Giandra memutuskannya. "Giandra kayaknya gagal move on."
Hana menoleh pada Alea, "Nggak mungkin, orang dia yang mutusin."
"Kalo terpaksa?" Tanya Risa di sampingnya.
"Kenapa terpaksa?"
Alea dan Risa menggeleng tidak ada alasan, "Kayak novel-novel. Lo belum tau alasannya juga kan?"
Hana menggaruk pelipisnya, "Gue belum tau. Dan nggak mau tau." Jawaban itu membuat bahu Alea dan Risa merosot.
"Dia harusnya punya alasan, masa pacaran satu setengah tahun bosen? Kurang lama itu alasannya."
"Gue nggak mau bahas dia, biarin aja."
"Bahas gue ya?" Giandra dan kawannya tiba-tiba berdiri di belakang Hana. Mereka sedang berada di kantin, jam istirahat sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu.
"Iya, bahas lo," jawab Alea tidak takut.
"Ajak dong, masa nggak di ajak," ujar Devano menggeser duduk Alea.
Mata Alea melotot, menggigit bibir saat lengan Devano tak sengaja menyenggol dirinya. Alea, tanda kutip bahwa ia menyukai Devano.
"Udah jangan ganggu, kita di sana aja." Regal menunjuk salah satu meja kosong di ujung. Akhirnya para cowok mengangguk meninggalkan meja Hana.
Hanya Giandra yang masih berdiri tersenyum tengil di belakangnya, "Lo nggak kangen gue?"
Mata Hana melotot, "Nggak ngapain kangen lo!"
"Jadi teman gue mau nggak, Han?" Hana mengerjapkan matanya menatap uluran tangan Giandra. Maksudnya apa?
"Teman?" Tanya Hana memastikan.
Dengan yakin Giandra mengangguk, "Iya teman. Teman tapi mantan, ayo." Entah pikiran konyol apa itu, Hana ikut mengulurkan tangannya menyalami.
"Deal kita temenan, nanti gue chat. Tolong dibuka blok gue ya teman."
"Hah?"
"Dah teman."
Alea dan Risa mengamati Hana dan Giandra bergantian, saat langkah Giandra menjauh. "Lo blok dia?"
"Iya, kan mantan nggak perlu di simpan."
"Dia aneh banget."
Senyum Hana terbit tipis dibibir, "Itu yang buat dulu gue suka, aneh." Tawa Risa dan Alea mendadak melebar.
"Alah, dulu dulu. Sekarang aja lo masih suka, iya kan?"
Tangan Hana kaku, ia mengulum bibirnya ragu. "Gue lagi coba move on kok."
"Gaya lo move on segala."
Hana yang kini menyipitkan matanya menatap Alea, "Lo sendiri, mau nembak Devano duluan?"
"Hana!"
"Hahaha, muka lo tadi kelihatan banget," sahut Risa tertawa.
"Hah, emang iya?"
"Iya, nah tuh. Perasaan nggak bisa dikontrol sama diri sendiri, yang buat kita nggak suka atau benci bukan perasaan, Le. Tapi suggest kita ke seseorang, gue yakin gue bisa move on." Hana menggenggam erat sendoknya.
"Kalo... lo diajak balikan?" Tanya Risa ragu-ragu.
Alea ikut menatap Hana, sedangkan cewek itu malah tersenyum manis. "Iya kalo diajak, orang kayak dia mikirnya lama."
"Sst, Le. Alea, minta kecapnya."
Mata mereka langsung berputar menghadap cowok yang berdiri di sisi Alea, "De-Devano. Aha, iya ini silahkan."
Devano menuangkan kecap ke mangkuk bakso pesanannya, "Nih, udah makasih sorry ganggu, kecap meja gue habis."
"Nggak papa kok." Alea tersenyum kaku, cewek yang suka bela diri itu terlalu aneh jika kaku dihadapan cowok berbentuk Devano.
"Dev," panggil Hana.
"Kenapa? Mau gue panggilin Giandra? Salam buat dia? Sorry nggak gratis." Hana terkekeh melambaikan tangan.
"Bukan, ini nih. Alea mau bicara empat mata katanya."
"HAH?" Alea melongo melihat Risa dan Hana yang tertawa puas mengerjai. Devano sudah menghadap Alea menaikkan alisnya.
"Enggak ada kok, bercanda aja," lanjut Alea.
"Beneran nggak jadi?" Goda Risa.
Alea melotot, langsung tersenyum menatap Devano. "Nggak kok, nggak ada yang mau gue omongin, sorry."
Devano masih berdiri membawa mangkuk baksonya, "Yakin?"
Alea mengangguk berkali-kali, mengapa Devano sama menyebalkannya dengan kedua teman di depannya ini. "Beneran."
Devano menarik senyumnya, "Tapi gue ada. Pulang sekolah tunggu gue di kelas lo ya." Alea melongo saat Devano meninggalkan meja mereka.
Risa dan Hana sudah senyum-senyum sendiri, "Apaan tadi?" Alea memegang dadanya tidak percaya.
"Apaan tuh," sahut Hana ikut terkejut.
"Gue tunggu kabar jadinya." Mereka tertawa lantas melanjutkan makannya yang tertunda. Hana teringat, saat Giandra menembaknya.
*****
Haiii, para pasukan apa kabar? SATU KATA, Komen tentang bab ini (☆▽☆)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mantan [continue]
Romansa[iamgigi_] 🚫𝐀𝐑𝐄𝐀 𝐀𝐍𝐓𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐑𝐈𝐒𝐌𝐄🚫 "Putus itu pilihan kan? Kalo balikan?" Nb. Konflik ringan, silahkan dicoba dulu kakak, dan hati-hati gigi kering nih ") ~o0o~ "Lama banget, katanya cuma nyamperin Giandra?" tanya Gerba saat mel...