Part 2 (Rencana Kembali)

44 35 10
                                    

Aku janji vote!! Jangan ingkar, hehe 😱

*****

"Iya udah sana, husss husss." Alea mengusir kedua temannya yang nekat ingin tau apa yang akan terjadi dengan Devano.

"Pelit banget sih, kita cuma mau tau aja kalian ngapain."

"Anjir, nggak ngapa-ngapain lah, cuma ngobrol ih. Otak lo pada," cerocos Alea tidak mau diam.

"Alah, jantung lo tuh kenceng banget. Sampai sini juga kedengaran." Alea melotot pada ucapan Hana.

"Hana," panggilan itu membuatnya menoleh.

"Gue pulang dulu ya," pamit Giandra menenteng tas, usilnya menaik turunkan alisnya. Hana mengernyit heran, "Tinggal pulang, susah amat."

"Udah sana, lo bareng Giandra aja." Risa menyenggol lengan Hana ikut menggoda.

"Ogah, cowok gila kayak dia." Giandra acuh, hanya berjalan melewati obrolan kritik saran para gadis itu.

"Udah sana, gue mau ngomong empat mata sama Devano. Kalian pergi nggak?!" Alea mengeluarkan sungutnya. Hana dan Risa tertawa lebar, lantas mengangguk saja meninggalkan Alea di kelas.

Hana dan Risa berjalan berdampingan menuju gerbang depan. "Gue udah dijemput, pamit ya Han."

"Yoi, hati-hati lo."

Hana mengeluarkan ponsel, mencari nomor supirnya. "Pak sekarang ya, saya tunggu, oke, iya iya." Ia memasukkan kembali ponsel ke ranselnya. Menunggu jemputan datang.

******

"Maaf ya, Non. Saya carikan taxi dulu, Non."

Hana meringis mendengar kabar ban belakang bocor, "Nggak usah, Bapak benerin ban aja. Saya tungguin kok," jawabnya.

Tin! Tin!

"Temen, ada apa ini?"

Hana mendongak mendengar suara familiar tersebut, "Lo ngapain di sini?" Giandra tersenyum turun dari motor.

"Bapak ngapain, Pak?"

"Ban belakang bocor Mas."

"Mata lo burem ya? Udah tau benerin ban, pakai tanya."

Giandra memutar bola matanya kesal, ia bertanya baik-baik kan? "Pak, saya jago masalah ginian. Bapak keluar aja, saya bantu."

Supir Hana keluar dari bawah mobil, ganti kini Giandra yang bergerak.

Hana mengernyit, "Lo caper ya?"

Giandra terkekeh, "Tau aja. Gue bisa ya, anggap aja karena kita temenan."

"Bawain bentar." Giandra menyerahkan baju putihnya pada Hana, menyisakan kaos abu-abu yang mencetak jelas bisep cowok tersebut. Giandra terkenal dengan ahli motor, ia memang suka dan jago di bidang mesin.

Hana menggenggam baju cowok itu, ia masih ingat baju Giandra tidak berubah sama sekali. Bahkan ini baju yang pernah Hana gunakan untuk mengelap ingus saat menangis. Dan wangi Giandra, selalu sama. "Pak, ban serepnya?"

Lamunan Hana tersadarkan.

Beberapa menit berlalu, Giandra berkelit dengan ban belakang. "Udah Pak, saya bantu ganti aja. Untuk masalah kenapa, kayaknya ini tadi kena paku, udah tipis juga ban belakang."

"Iya, Mas. Makasih, temannya Non Hana ya?"

"Iya, saya temannya." Hana berdecak melihat senyum menyebalkan dari Giandra.

"Hati-hati ya Pak, antar teman saya dengan selamat."

"Bawel banget sih!" Hana melemparkannya baju putih Giandra keras ke wajahnya, membuat sang empu tertawa lepas melihat mimik wajah mantannya, mobil dihidupkan kembali.

Teman Tapi Mantan [continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang