chapter 1: The beginning of togetherness

252 24 0
                                    

Happy reading ya di book baru aku ❣️

***

Matahari sore menggantung rendah di langit ketika Jake, Sunghoon, dan Heeseung berjalan pulang bersama dari sekolah. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membuat rambut Jake sedikit berantakan. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak masuk SMA, namun belakangan hubungan mereka mulai terasa berbeda terutama antara Jake dan Sunghoon.

Sunghoon selalu dikenal dingin dan tidak banyak bicara, tapi dulu Jake masih bisa merasa dekat dengannya. Kini, sesuatu dalam sikap Sunghoon mulai berubah. Dia semakin sering menghindar, berbicara hanya ketika perlu, dan lebih sering membiarkan Heeseung yang mengobrol dengan Jake di sepanjang jalan.

"Heeseung, besok ada ujian Matematika, loh. Udah belajar?" Jake membuka percakapan, mencoba mencairkan suasana yang aneh di antara mereka.
"Udah sih, tapi kayaknya tetep bakal kacau. Mau belajar bareng di rumah gue?" tawar Heeseung sambil tersenyum cerah.

Jake balas tersenyum, tapi matanya melirik ke arah Sunghoon yang berjalan beberapa langkah di depan, diam seperti biasanya. "Sunghoon, lo ikut nggak?" Jake bertanya, berharap setidaknya Sunghoon akan merespons.

Namun, Sunghoon hanya melirik sekilas tanpa menoleh penuh. "Liat nanti," jawabnya pendek sebelum mempercepat langkah, meninggalkan Jake dan Heeseung di belakang.

Jake menundukkan kepala, menahan rasa sakit yang mulai terasa familier. Ini bukan pertama kalinya Sunghoon bersikap seperti itu, tapi tetap saja, setiap kali terjadi, hatinya terasa sedikit retak. Heeseung memperhatikan perubahan ekspresi Jake, tapi memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.

"Kalau Sunghoon nggak mau, kita belajar berdua aja, ya?" Heeseung berkata lembut, seolah mencoba menenangkan hati Jake yang terlihat terluka.

Jake hanya mengangguk pelan. "Iya, boleh."

---

Di malam harinya, Jake berbaring di tempat tidurnya, memandangi langit-langit kamar dengan pikiran yang kacau. Dia dan Sunghoon sudah bersahabat begitu lama, tapi akhir-akhir ini, semuanya terasa berubah. Ada sesuatu di dalam hatinya yang lebih dari sekadar persahabatan, tapi dia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya terutama ketika Sunghoon semakin menjauh.

Jake menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata. Ia merasa bodoh karena berharap terlalu banyak dari seseorang yang bahkan tidak bisa menunjukkan sedikit perhatian.

Di saat pikiran itu berputar di kepalanya, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Heeseung.

Heeseung: "Hei, jangan sedih. Gue tau lo lagi kepikiran Sunghoon. Tapi gue di sini buat lo."

Jake menatap layar ponselnya, merasa sedikit terhibur. Setidaknya Heeseung selalu ada untuknya, walau hatinya masih merindukan perhatian dari Sunghoon.

---

Keesokan harinya di sekolah, Jake melihat Sunghoon sedang berbincang dengan seorang gadis bernama Danielle di dekat loker. Mereka terlihat akrab, dan tawa ringan Danielle terdengar di sepanjang koridor. Jake merasakan sesuatu yang tajam menusuk hatinya, cemburu.

Sunoo, yang melihat Jake berdiri mematung, mendekatinya dan menepuk bahunya. "Lo kenapa, Jake? Dari tadi ngeliatin Sunghoon sama Danielle."

Jake tersenyum pahit. "Nggak apa-apa, Sunoo. Gue cuma... lagi mikir aja."

Sunoo memiringkan kepalanya, curiga tapi tidak ingin memaksa. Ia tahu Jake selalu memendam perasaannya, terutama soal Sunghoon. "Lo harus ngomong sama dia, Jake. Kalo lo terus-terusan kayak gini, cuma bakal bikin diri lo sendiri sakit."

Jake hanya menghela napas panjang. "Gue nggak tahu harus ngomong apa. Gue takut semuanya jadi kacau."

Sunoo menggeleng pelan. "Kadang, kita harus berani ngambil risiko. Sebelum semuanya terlambat."

---

Di jam istirahat, Jake memutuskan untuk menemui Sunghoon. Ia menemukan Sunghoon sedang duduk sendirian di taman belakang sekolah, tampak asyik dengan ponselnya. Jake duduk di sampingnya, berusaha mencari keberanian untuk bicara.

"Sunghoon... gue mau ngomong sesuatu," kata Jake pelan.

Sunghoon menoleh sebentar, ekspresinya datar seperti biasa. "Apa?"

Jake membuka mulutnya, tapi kata-kata yang sudah ia siapkan menguap begitu saja. Setiap kali melihat tatapan dingin Sunghoon, keberaniannya sirna. "Ah... nggak jadi. Gue cuma pengen tahu lo baik-baik aja," ujarnya sambil memaksakan senyum.

Sunghoon mengangguk tanpa banyak reaksi. "Gue baik-baik aja."

Hening. Jake merasa bodoh karena tidak bisa menyampaikan perasaannya. Di dalam hati, ia berharap Sunghoon akan membuka sedikit celah agar ia bisa masuk, tapi harapan itu tampak sia-sia.

"Heeseung ngajak gue belajar bareng nanti malam. Lo mau ikut?" Jake mencoba lagi, berharap bisa mengajak Sunghoon ke dalam lingkaran kecil mereka.

Namun, seperti biasa, Sunghoon hanya mengangkat bahu. "Nggak yakin. Mungkin gue sibuk."

Jake menundukkan kepala, mencoba menutupi kekecewaannya. "Oke, nggak apa-apa."

---

Sepulang sekolah, Jake kembali bersama Heeseung. Kali ini, mereka berdua saja tanpa Sunghoon. Heeseung berusaha menghibur Jake dengan berbagai lelucon kecil, dan meskipun Jake tertawa, hatinya tetap terasa hampa.

Di depan rumah Jake, Heeseung berhenti dan menatapnya serius. "Jake, gue tahu lo masih berharap sama Sunghoon. Tapi lo juga harus mikirin diri lo sendiri. Sampai kapan lo mau nunggu seseorang yang nggak pernah peduli?"

Jake terdiam. Kata-kata Heeseung menohok tepat di hatinya, tapi ia tahu Heeseung benar. "Gue cuma... gue nggak tahu gimana caranya berhenti, Hee."

Heeseung tersenyum lembut dan menyentuh bahu Jake. "Gue ada buat lo, selalu."

Jake merasa sedikit lega mendengar kata-kata itu, tapi di dalam hatinya, Sunghoon tetap menjadi satu-satunya yang ia inginkan.

---

Malam itu, Jake kembali berbaring di tempat tidurnya, memandangi pesan terakhir dari Heeseung di ponselnya. Di sisi lain, ia memikirkan Sunghoon sosok dingin yang selalu mengisi pikirannya, meski tak pernah menunjukkan rasa.

Jake tahu bahwa dia berada di persimpangan. Ia bisa terus menunggu Sunghoon, atau mencoba menerima perasaan Heeseung yang tulus. Tapi bagaimanapun, hatinya masih belum siap untuk memilih.

---

To be continued...

Maaf klo ada kesalahan

A love left unspoken (Sungjake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang