chapter 10: When the parting approaches

206 9 1
                                    

Hari-hari berlalu setelah pertemuan terakhir mereka di taman. Sunghoon berusaha menjalani hidupnya tanpa Jake, meskipun hatinya terasa kosong. Setiap pagi, ia merasa seolah ada bagian dari dirinya yang hilang. Teman-temannya mulai khawatir melihat perubahan dalam diri Sunghoon. Ia tidak lagi ceria seperti dulu dan sering menghabiskan waktu sendirian, menggambar dengan emosi yang campur aduk.

Di sisi lain, Jake merasa terpuruk. Meskipun ia bersama Heeseung, pikirannya selalu kembali kepada Sunghoon. Ia merasa bersalah telah menyakiti orang yang sangat dicintainya. Heeseung berusaha menghibur Jake, tetapi semakin ia berusaha, semakin sulit bagi Jake untuk berpura-pura bahagia.

“Jake, lo harus lebih terbuka tentang perasaan lo. Ini bukan hanya tentang kita, tapi juga tentang diri lo sendiri,” kata Heeseung, berusaha mendukungnya.

“Aku tahu, Hee. Tapi setiap kali aku melihatmu, aku ingat Sunghoon. Aku tidak bisa terus berbohong,” jawab Jake, air mata mengalir di pipinya.

Heeseung merasakan beratnya beban yang ditanggung Jake. “Gue tidak ingin lo merasa tertekan. Kita harus berbicara dengan jujur.”

“Gue tidak bisa melakukannya, Hee. Aku tidak ingin menyakitimu lebih jauh,” jawab Jake, menunduk.

Malam itu, Jake merasa terjebak dalam kegelapan. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan sendirian di taman, tempat terakhir ia bertemu dengan Sunghoon. Setiap langkah yang diambilnya terasa berat, dan kenangan indah bersama Sunghoon terus berputar dalam pikirannya. Ia merindukan senyumnya, tawanya, dan bagaimana semuanya terasa begitu sempurna saat itu.

Saat tiba di taman, suasana sepi menyelimuti malam. Jake melihat bangku tempat mereka sering duduk bersama. Air mata mengalir deras di pipinya, menyesali keputusan yang telah ia buat. “Hoon, kenapa kita harus berpisah?” gumamnya, merasa hancur.

Di tempat lain, Sunghoon merasakan panggilan yang aneh dalam hatinya. Ia merasa terhubung dengan Jake meskipun jarak memisahkan mereka. Malam itu, ia memutuskan untuk pergi ke taman, berharap menemukan ketenangan di tempat yang pernah mereka cintai bersama.

Saat Sunghoon tiba di taman, ia melihat sosok yang ia rindukan — Jake. Mereka saling menatap, dan waktu seolah berhenti sejenak. “Jake,” panggil Sunghoon, suara penuh haru.

“Hoon,” jawab Jake, suaranya bergetar. “Aku tidak tahu harus berkata apa.”

“Gue juga. Tapi, kita perlu berbicara. Ini sudah cukup menyakitkan,” kata Sunghoon, merasa emosinya memuncak.

Mereka berdua duduk di bangku yang sama, mengenang masa-masa indah yang telah berlalu. “Aku merindukan lo,” kata Jake, suaranya pecah.

“Aku juga merindukan lo, Jake. Tapi kita tidak bisa terus berputar dalam rasa sakit ini,” jawab Sunghoon, air matanya mengalir.

“Bisa kah kita kembali?” tanya Jake, wajahnya penuh harapan.

“Gue ingin itu, tetapi kita sudah membuat pilihan. Kita sudah menyakiti orang lain,” jawab Sunghoon, berusaha untuk tegar.

Setelah beberapa saat terdiam, Jake menggenggam tangan Sunghoon. “Apa kita akan selalu seperti ini? Hidup dalam kenangan?”

“Mungkin itu yang harus kita lakukan. Kenangan tidak akan pernah hilang, tapi kita harus belajar merelakan,” kata Sunghoon, merasakan sakit di hatinya.

Sambil memegang tangan Sunghoon, Jake merasa seluruh tubuhnya bergetar. “Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa lo. Lo adalah segalanya bagiku.”

Sunghoon menatap Jake dengan penuh kasih sayang, tetapi ia tahu bahwa cinta mereka tidak bisa bertahan. “Aku akan selalu mencintaimu, Jake. Tapi kita harus melanjutkan hidup kita,” jawabnya, suaranya penuh emosi.

“Jadi ini adalah akhir?” tanya Jake, suaranya hampir berbisik.

“Bukan akhir, tapi sebuah permulaan. Kita harus menemukan kebahagiaan kita masing-masing, meskipun itu berarti kita terpisah,” kata Sunghoon, merasakan air matanya mengalir lagi.

Malam itu, mereka saling berpelukan erat, merasakan kehangatan satu sama lain untuk terakhir kalinya. “Aku akan selalu menyayangimu, Hoon,” kata Jake, suaranya pecah.

“Aku juga, Jake. Jangan lupakan kita,” jawab Sunghoon, sambil memeluk Jake dengan erat.

Saat mereka terpisah, keduanya merasakan kepedihan yang mendalam. Sunghoon berjalan pergi dengan air mata di wajahnya, sementara Jake hanya bisa menatapnya pergi, merasakan hatinya hancur. Momen itu terasa seperti mimpi buruk yang tak ingin mereka alami, tetapi kenyataannya adalah mereka harus menjalani hidup tanpa satu sama lain.

Bulan-bulan berlalu, dan meskipun mereka berusaha untuk melanjutkan hidup, kenangan satu sama lain tetap membayangi. Sunghoon menemukan kembali dirinya melalui seni, tetapi setiap karya yang dia buat selalu dipenuhi dengan kesedihan. Jake berusaha menjalani hidupnya dengan Heeseung, tetapi setiap senyuman yang ia tunjukkan terasa kosong.

Hidup mereka berlanjut, tetapi seolah ada bagian yang hilang. Mereka berdua tahu bahwa cinta mereka tidak akan pernah sepenuhnya lenyap, tetapi mereka juga mengerti bahwa kadang-kadang cinta tidak cukup untuk mengatasi semua hal. Sunghoon dan Jake terus hidup dalam kenangan, saling mencintai dari jauh, tetapi tidak pernah bisa kembali ke tempat di mana semuanya dimulai.

Dan pada akhirnya, mereka belajar bahwa terkadang, melepaskan adalah bentuk cinta yang paling dalam, meskipun itu menyakitkan. Cinta mereka akan selalu ada, terukir dalam hati masing-masing, tetapi mereka harus melanjutkan perjalanan hidup mereka tanpa satu sama lain, membawa bayang-bayang kenangan yang akan selalu menghantui.

The End.

Yah end sad gk sih atau masih kurang.

Tapi makasih y yg udah baca❣️❣️

Tapi makasih y yg udah baca❣️❣️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A love left unspoken (Sungjake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang