Hidup gabriel
Suatu malam, Gabriel mendapati dirinya pingsan setelah meminum teh yang dibuat ibunya. Saat terbangun dia berada diruangan laboratorium orangtuanya. iel melihat Orang tuanya masuk keruangan yang dia tempati, ayahnya mengenakan masker dan sarung tangan steril mengatur lampu diatasnya, begitupun
ibunya sambil memegang alat suntik berisi obat penenang menatap iel tanpa
ekpresi.“selamat datang ditempat yang kami persiapkan untukmu iel. Ini laboratorium tempat kami menemukan dirimu yang sebenarnya” ucap max dengan tatapan penuh bangga.
“kami telah merencanakan ini selama bertahun-tahun. Semua alat-alat ini akan digunakan untukmu.”
Didalam laboratorium itu, ada berbagai alat medis yang mengesankan, mesin ventilator, monitor detak jantung, peralatan endoskopi, dan banyak lagi. Ruangan berbau antiseptic dan dinding-dindingnya yang dipenuhi dengan diagram dan catatan yang menggambarkan berbagai prosedur medis. Setiap sudut laboratorium itu tampak dirancang untuk mengawasi dan mengontrol setiap gerakan iel.
Iel terpaku, tubuhnya gemetar, pikirannya berputar-putar. "Eksperimen?" bisiknya, suaranya serak. "Apa maksudnya?"
"Kamu akan menjadi subjek penelitian kami, Iel," jawab Helen, suaranya dingin dan tenang. "Kami ingin melihat sejauh mana tubuh manusia dapat beradaptasi dengan kondisi ekstrem. Kamu adalah subjek yang sempurna."
"Tapi... kenapa aku?" tanya Iel, matanya berkaca-kaca. "Aku anakmu!"
"Kamu bukan anak kami lagi, Iel," jawab Max, suaranya dingin dan penuh otoritas. "Kamu adalah subjek penelitian kami. Dan kami akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang kami inginkan."
Iel mencoba melawan, mencoba berteriak, tetapi tangannya dipegang erat oleh Helen. "Tenanglah, Iel," kata Helen, suaranya lembut tapi penuh ancaman. "Ini akan lebih mudah jika kamu bekerja sama."
Mata Iel tertuju pada peralatan medis yang mengelilinginya. Mesin-mesin itu berdengung, lampu-lampu berkedip, dan bau antiseptic semakin menusuk hidungnya. Iel merasa terjebak, seperti tikus dalam perangkap.
"Kami akan memulai dengan sesuatu yang sederhana," kata Max, sambil menunjuk ke sebuah alat yang mengeluarkan suara berdengung. "Kami akan memanipulasi sistem sarafmu. Kami ingin melihat seberapa cepat kamu dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan."
Iel merasakan tubuhnya gemetar semakin hebat. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Dia tidak tahu apakah dia akan selamat.
"Jangan takut, Iel," kata Helen, sambil tersenyum sinis. "Kamu akan menjadi subjek penelitian yang luar biasa. Kami akan menemukan rahasia tubuh manusia melalui dirimu."
Iel merasakan keputusasaan mencengkeram hatinya. Dia terjebak dalam mimpi buruk yang mengerikan. Dia tidak tahu bagaimana dia bisa keluar dari situasi ini.
Iel mencoba bangkit, namun tubuhnya terasa berat, seperti terikat oleh kekuatan tak terlihat. Dia berusaha berbicara, namun hanya suara serak yang keluar dari tenggorokannya.
Helen mendekat, senyum sinis menghiasi wajahnya. "Jangan khawatir, sayang," katanya, suaranya lembut namun penuh ancaman. "Ini hanya awal. Kami punya banyak hal menarik yang ingin kami lakukan padamu."
"Kami akan melakukan lebih banyak lagi, Iel," kata Helen, suaranya dingin dan penuh ancaman. "Kami akan membuatmu menjadi subjek penelitian yang sempurna. Kami akan mengungkap rahasia tubuh manusia melalui dirimu."
Iel merasakan air mata mengalir di pipinya. Dia meringkuk di sudut ruangan, tubuhnya gemetar, pikirannya dipenuhi dengan ketakutan dan keputusasaan. Dia tidak tahu berapa lama dia akan bertahan dalam siksaan ini. Dia tidak tahu apakah dia akan pernah keluar dari laboratorium ini.
"Jangan khawatir, Iel," kata Max, sambil mendekatinya dengan senyum sinis. "Kami akan memastikan kamu tidak merasakan sakit terlalu lama. Kami akan membuatmu menjadi subjek penelitian yang sempurna, bahkan jika itu berarti harus mengakhiri hidupmu."
Iel merasakan hawa dingin menusuk tulang. Dia tahu bahwa orang tuanya tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dia tahu bahwa dia terjebak dalam sebuah mimpi buruk yang mengerikan, sebuah mimpi buruk yang mungkin tidak akan pernah berakhir.
*******
Jangan lupa vote dan coment ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik pintu terkunci
Teen FictionRumah yang tampak sempurna menyimpan rahasia gelap. Di balik senyum orang tuanya, Helen dan Max, tersembunyi kekejaman yang mengerikan. Gabriel, anak mereka, menjadi subjek eksperimen kejam di laboratorium rahasia rumah mereka. Setiap hari adalah...