05

1.2K 68 12
                                    

Bab 5:  Jeda Sebelum Badai

Iel terkulai lemas, tubuhnya dipenuhi oleh selang dan kabel yang dingin dan menusuk.  Elektroda-elektroda logam masih menempel di kulitnya, meninggalkan bekas-bekas merah yang menyakitkan. 

"Selesai," kata Max, suaranya datar dan tanpa emosi.  Ia menatap Iel dengan tatapan dingin dan puas, seperti seorang seniman yang mengagumi karyanya yang mengerikan.

Helen mengangguk, senyum tipis menghiasi bibirnya. "Biarkan dia beristirahat sebentar.  Kita perlu mengamati reaksi tubuhnya terhadap stimulus sebelumnya sebelum melanjutkan ke tahap yang lebih intens."

Mereka tidak melepas elektroda-elektroda logam tersebut.  Iel terikat, tak berdaya, menjadi objek eksperimen mereka yang kejam.  Ia hanya bisa berbaring di sana, merasakan setiap denyut nadi, setiap aliran darah, setiap sel yang meronta-ronta dalam kesakitan.

"Tahap selanjutnya akan lebih menarik," bisik Helen, matanya berkilat-kilat.  "Kita akan menjelajahi batas-batas ketahanan mentalnya.  Kita akan melihat seberapa jauh ia bisa bertahan."

Max tersenyum sinis.  "Kita akan mematahkannya, Helen.  Kita akan mematahkan semangatnya, dan mereduksi dirinya menjadi sekumpulan data."

Mereka meninggalkan Iel, meninggalkan ruangan, namun tetap mengawasinya melalui monitor yang terpasang di dinding.  Iel bisa mendengar bisikan-bisikan mereka dari balik pintu, percakapan yang dingin dan kejam, penuh dengan rencana-rencana mengerikan untuk penyiksaan selanjutnya. 

Mereka berbisik-bisik, merencanakan sesuatu yang jauh lebih kejam dan mengerikan daripada sebelumnya.  Iel mendengarkan dengan seksama, mencoba menangkap setiap kata yang mereka ucapkan, meskipun pikirannya mulai kabur karena kelelahan dan rasa sakit.  Ia mendengar kata-kata seperti "stimulus," "batas toleransi," dan "efek jangka panjang."  Kata-kata yang dingin dan tanpa hati, yang menunjukkan bahwa mereka tidak memandangnya sebagai manusia, melainkan sebagai objek penelitian belaka.

Mereka juga mengatakan kata-kata seperti "rangsangan listrik yang lebih kuat," "isolasi sensorik," dan "pengurangan asupan makanan dan air."

Iel merasa putus asa.  Ia sendirian, terkurung dalam neraka yang diciptakan oleh orang tuanya sendiri.  Ia hanya bisa menunggu, dengan rasa takut yang mencengkeram hatinya, babak berikutnya dari penyiksaan yang tak berujung.  Jeda singkat ini hanyalah sebuah tipu daya, sebuah jeda sebelum badai yang jauh lebih mengerikan akan menerjang.  Kegelapan mendekat, dan Iel tahu bahwa ia tidak akan pernah bisa lepas dari cengkeraman mereka.

*******

Tidak ada istirahat, tidak ada jeda.  Mereka mengawasi setiap perubahan kecil pada tanda-tanda vital Iel, setiap perubahan ekspresi wajahnya, setiap gerakan kecil tubuhnya.  Mereka mencatat setiap data dengan teliti, tanpa sedikitpun rasa iba atau empati.  Bagi mereka, Iel hanyalah sebuah objek penelitian, sebuah mesin yang harus dipelajari dan dimanipulasi tanpa batas.

Helen mencatat setiap perubahan warna kulit Iel, setiap tetesan keringat yang keluar dari pori-porinya, setiap perubahan ritme pernapasannya.  Ia mencatat semuanya dengan detail yang luar biasa, seolah-olah sedang menganalisis sebuah karya seni yang rumit dan mengerikan.

Max, di sisi lain, fokus pada monitor yang menampilkan aktivitas otak Iel.  Ia mengamati setiap gelombang otak, setiap perubahan frekuensi, setiap tanda-tanda aktivitas saraf.  Ia mencatat semuanya dengan ketelitian seorang ahli bedah saraf, tanpa sedikitpun rasa simpati atau penyesalan.

Mereka tidak berbicara, tidak bertukar pandangan.  Mereka hanya mengamati, mencatat, dan menganalisis, tanpa sedikitpun jeda.  Tatapan mereka dingin dan tanpa emosi, seperti mesin yang bekerja tanpa henti.  Bagi mereka, setiap detail, setiap data, sangat penting.  Mereka tidak akan membiarkan satu pun informasi terlewatkan.  Pengamatan mereka tanpa henti, tanpa jeda, mencerminkan kekejaman dan ketiadaan hati nurani mereka yang mengerikan.  Iel, yang terbaring tak berdaya, hanyalah sebuah objek dalam eksperimen mereka yang mengerikan, tanpa sedikitpun kesempatan untuk beristirahat atau melarikan diri.


________

Singkat aja dulu ya, yang panjang kita lanjut besok hihihi

Oh ya..
klo kalian merasa cerita ini penulisannya terlalu baku atau kaku, ini baru cerita pertama aku. Jadi aku belum terlalu bisa untuk buat kata atau dialog tidak baku atau nonformal gitu.

Jadi harap maklumi ya, nanti aku perbaiki sedikit-sedikit kok biar kalian bisa lebih paham.

Klo tidak sesuai sama selera kalian bisa kalian tinggalkan.. aku gak memaksa kalian baca cerita ini kok.

Dibalik pintu terkunciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang