Sonya tak menemukan siapa-siapa saat ia pulang bekerja. Rumah kosong melompong dan berbau aneh. Ketika ia beranjak ke dapur berniat mengambil minum, matanya terpaku pada tempat sampah terbuka yang dipenuhi tissu bekas pakai. Ia bukanlah wanita polos yang tidak punya prasangka tentang apa yang sudah terjadi di rumah ini, Daan bersama mantan pacarnya pasti telah berbuat hal dewasa yang tak perlu dijelaskan secara detail.Menjijikkan, mereka yang berbuat tapi ia yang merasa kotor. Air putih harusnya hambar tapi mungkin air di galon sudah tercemar karat besi atau kecemburuan karena yang Sonya minum sekarang terasa pahit dan perih di tenggorokan. Sonya memikirkan perkataan Luhut siang tadi, bahwa mungkin saja memang benar kalau dirinya cemburu, hal kurang ajar yang seharusnya tak hadir dalam hatinya tapi Sonya tak bisa menyangkalnya. Apa perasaannya terhadap Daan? dia sungguh tak mengerti. Apakah cemburu juga bisa hadir meski tanpa cinta? lalu apa alasan kecemburuannya kalau cinta saja ia tak punya?
Sonya menyerah dengan kebingungan karena tubuhnya sekarang lengket bukan main. Keringatan dan bau matahari, mungkin berendam air hangat bisa membantu menyegarkan badan serta pikiran.
Essential oil dengan aroma lavender menguar dari bathtub yang sudah penuh busa, Sonya merasa sedang dipeluk surga setelah separuh badannya tenggelam bersama busa lembut dan air hangat. Semua otot tegang menjadi lebih relaks, pikiran aneh juga mulai beterbangan, hilang satu-persatu. Tapi masalah baru muncul, buih yang membelai pucuk dadanya itu terasa seperti rangsangan yang tak bisa dihindari, Sonya mengutuk kepalanya yang sedang menayangkan hal-hal vulgar. Harusnya dia tenang tapi sekarang malah jadi horny.
Setelah dirasa cukup dan dia tak mau jadi wanita bodoh yang menyentuh dirinya sendiri hanya karena sedang horny itu sikap yang sangat tidak elegan, yang pantang sekali Sonya lakukan. Ia memilih beranjak dan mencuci badan di guyuran shower. Sesi mandi sore yang memuaskan tapi Bathrobe belum kering karena ia lupa untuk menjemurnya keluar balkon jadilah si handuk masih setengah basah teronggok di gantungan kamar mandi. Sonya menghela nafas karena harus menghadapi handuk terkutuk lagi namun tak apa tak ada orang juga.
Masa depan memang berada di luar kendali, kejadian sial terulang dalam satu hari yang sama. Sudah ada Daan di depan dispenser memegang segelas air, dengan tatapan yang sama terkejutnya seperti tadi pagi tapi tak sampai menyemburkan air yang tengah diminumnya. Sonya linglung, kakinya kaku sekali untuk beranjak ketika Daan tiba-tiba mendekat. Mungkin keset kamar mandi itu mengandung lem baja sehingga membuatnya lengket tak bisa bergerak. Daan makin dekat dan Sonya makin tak karuan. Pegangan satu-satunya hanya ada pada bagian atas handuk laknat yang dipakainya sebagai pertahanan diri.
"Apa yang ingin kau lakukan padaku?" suara Daan yang setengah berbisik terdengar parau, berhembus dekat sekali dengan telinganya.
Sonya tak bisa menjawab pertanyaan Daan. Jantungnya berdegup heboh dan seganas tabuhan drum Peter Criss. Ia yakin kalau Daan juga bisa mendengar debarannya saking dari tipisnya jarak antara mereka berdua.
"Apa maumu, Sonya?" kali ini Daan berada tepat di depan wajahnya lurus sejajar mata sama mata, membuat Sonya leluasa menatapi iris kelam yang kini memandangnya dengan sayu dan bergerak resah.
"Kau mau menggodaku?" nafas hangat Daan menerpa menguarkan bau nikotin yang kuat.
Ucapan Daan seperti menarik pulang seluruh kesadaran Sonya. Ia merasa direndahkan dengan tuduhan tak berdasar yang Daan layangkan padanya. Apa? menggoda katanya? untuk apa!
"Apa maksudmu?! aku tadi disini sendiri, mana tau kalau kau sudah datang!" Susah payah Sonya menyuarakan pembelaan atas dirinya.
"Di rumah ini, pakailah sesuatu yang pantas."
Sudah tertebak. Pria itu pasti lemah iman. Pervert!
"Hah? apa? kenapa? kau tergoda?!"
"Aku tidak impoten atau gay, Sonya, jangan salahkan aku kalau aku terangsang melihatmu mondar-mandir seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You, I Melt
Любовные романыKisah mereka yang berangkat dari suatu hal tidak menyenangkan dan berakhir serba membingungkan.