Rumah terasa tenang sejak Daan pergi, ia leluasa menguasai rumah dan kamar si bos yang ternyata tak dikunci. Sonya memang lancang sekali, ia tidur disana selama Daan tak ada. Mengistirahatkan punggung yang kaku karena berbulan-bulan tak menyentuh yang namanya kasur.Ponsel barunya memang berguna, sudah lengkap diisi dengan kartu seluler dan bagian kontak sudah berisi satu nomer telepon yaitu milik Daan, tapi Sonya tak punya alasan untuk menghubunginya, untuk apa? ia juga tak mau menghubungi siapa-siapa atau mencari tau kabar tentang siapa. Jadi si ponsel hanya kebanyakan tergeletak di bawah lantai tak terpakai.
Suatu hari, Luhut datang ke warung ibunya tanpa tujuan. Hanya duduk-duduk sambil makan kerupuk di bawah pohon mengkudu seperti hari lalu. Dan ketika ia menyadari bahwa Sonya sudah memiliki salah satu teknologi canggih bernama gadget, pria itu langsung bertanya;
"Mbak Sonya, sudah punya hape? bagi nomer whatsapp lah mbak," tutur Luhut sambil mesem-mesem.
"Buat apa, Hut? kayak abege aja saling tukeran nomer,"
Luhut memang murah senyum dan gampang tertawa, ia menanggapi lagi dengan senyum lebar namun terasa kikuk. "Ya, biar bisa saling tau kabar masing-masing aja, hehe.." katanya sambil menggaruk sisi samping kepala.
"Tapi kalo nggak boleh juga gak apa-apa, mbak Nya, aku nggak maksa." terang Luhut selanjutnya dengan sopan.
"Boleh kok, sini hape-mu." Sonya mengulurkan tangan meminta ponsel Luhut agar ia bisa menuliskan nomernya disana. Luhut merogoh saku celana lalu menyerahkan benda besi persegi yang membuat Sonya menatapnya heran karena yang ada di tangannya kini adalah sebuah ponsel dengan merek terkenal berlogo apel digigit musang dari seri terbaru yang katanya sedang ilegal beredar di negara ini.
Sonya bukannya katrok atau apa dihadapkan dengan barang mahal bernilai puluhan juta, dulu dia juga selalu memegang ponsel dengan seri terbaru. Tapi mengingat pekerjaan Luhut, yang pria itu akui bahwa gajinya kecil, agak membuat Sonya bertanya-tanya karena bukan sekali ini saja Luhut kedapatan memakai berbagai macam barang branded dan luxury. Di lain waktu, ia pernah melihat Luhut mengenakan Nike Air Zoom yang dibawa lari sore di tengah jalanan becek, Sonya cuma bisa meringis merasa iba dengan sepatu yang tak bisa dibilang affordable itu tapi wajah Luhut tak menampakkan kepedulian banyak terhadap sepatu mahalnya yang penuh tanah basah.
Di lain waktu lagi yang lebih mencengangkan adalah ketika ia melihat lengan Luhut yang dililit jam tangan berharga fantastis, dipakai sehari-hari bergesekan dengan meja warteg mau pun etalase. Sonya meneguk ludah melihat Hublot Classic Fusion dengan alligator leather strap seperti tak ada harga dirinya bagi Luhut. Ratusan juta itu ibarat memakai mobil Brio terbaru di tangan, tapi Luhut enteng sekali memakainya, ditumpahi kuah sayur asem pun ia tak peduli.
Luhut ini siapa sebenarnya? dari mana semua barang mahalnya didapat? apa dia menabung sampai bego? barang palsu? sepertinya tidak, karena Sonya punya mata yang teliti dan penciuman yang tajam untuk mengendusi barang original atau kw super.
Sonya mengembalikan ponsel Luhut setelah menulis nomernya. Ia melirik Luhut dari atas ke bawah, hari ini penampilannya normal, seragam harian sesuai peraturan kesatuan, tak ada yang mencolok atau berharga tak masuk di akal.
Luhut masih tersenyum sambil menggumamkan terima kasih saat menerima ponselnya lalu pria itu pamit hendak balik ke barak ketika seorang pembeli datang dan Sonya harus masuk ke dalam untuk melayaninya.
***
Daan bilang ia akan pergi selama tiga hari, tapi ini sudah hari kelima dan pria itu tak kunjung kembali. Apa Sonya rindu? tidak. Dia malah senang, rumah lengang, tenang, damai, tentram, berasa di surga pokoknyalah. Paru-parunya seperti dibuka lebar-lebar saat pagi hari, dia bisa bernafas lega dan makin tega berkeinginan semoga saja Daan tak pulang, entah karena menetap di Manado atau diculik hantu songko, Sonya tak peduli ia hanya berharap kalau Daan tak perlu datang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You, I Melt
Roman d'amourKisah mereka yang berangkat dari suatu hal tidak menyenangkan dan berakhir serba membingungkan.