08. Jealousy plus pain

318 54 14
                                    

Rawan typo, harap dimaklumi.

*

*

*

Kalau sebelumnya, Cilla tidak pernah mau ikut-ikutan untuk menari-nari ditengah kerumunan orang banyak. Malam ini, ia menekatkan dirinya untuk menari-nari. Ia sudah menari diatas meja dengan gerakan erotis. Pengaruh minuman yang di konsumsinya, sudah menghilangkan akal darinya.

Pertunjukan dari tariannya ditonton oleh banyak orang yang ada didalam rumah hiburan tersebut. Bahkan dari mereka ada banyak yang menyoraki, seolah-olah mereka sangat menikmati tontonan erotis yang ditunjukkan dari perempuan berusia dua puluh satu tahun itu.

Sedangkan kedua temannya, hanya asik menari-nari mengikuti irama dari alunan musik yang tengah berputar dengan keras. Mereka juga ada sempat menyoraki Cilla, karena hanya Cilla sendiri perempuan yang memiliki keberanian berdiri diatas meja untuk menari ditengah orang banyak.

Semakin Cilla menarikan tariannya, maka semakin bergemuruh juga suara-suara sorak dari para penghuni sana. Tidak bisa disangkal, apa yang tengah dilakukan oleh Cilla ini, begitu mengundang hasrat banyak orang. Pakaiannya malam ini lebih minim. Yang benar saja, Cilla mendatangi tempat hiburan ini dengan pakaian tertutup—ketika kedua temannya, sama-sama bersaing dalam mengenakan pakaian super minim & sexy.

Salah seorang pria dengan proporsi tubuh yang menawan, mendekati area keberadaan Cilla. Matanya begitu gelap, padahal perempuan ini hanya menari-nari. Justru karena tariannya itulah, yang membuatnya mendekat.

Setiap detail gerakan yang ditampilkan dari Cilla, semakin menambah gelora yang memanas. Tubuhnya yang indah bersatu didalam gerakan erotis, semakin membuat kepalanya panas akan keinginan untuk menerjangnya.

"Apa kau menyukainya?" Bisik seorang pria paruh baya yang berumur kisaran lima puluh tahunan.

Pria itu mengulas senyum tipis, hingga akhirnya ia memilih untuk menanggapi juga bisikan dari si paruh baya. "Apa dia wanita dari tempat ini?"

"Tentu bukan, tapi kalau kau menginginkannya. Aku bisa mewujudkannya untukmu"

"Lainkali saja, aku ingin menonton penampilannya. Jarang sekali datang-datang disuguhkan oleh tontonan sebaik ini" Menghidupkan sebatang rokoknya, yang baru dikeluarkan dari dalam saku celana.

"Baiknya Tuan Carlson. Kalau kau menginginkannya, katakan saja padaku. Agar aku bisa mewujudkannya untukmu" Paruh baya itu, hanya menepuk punya Carlson. Hingga akhirnya, ia memilih jalannya untuk menghindari dari kerumunan orang-orang.

Dari ujung tempat tersebut, ada seseorang yang sudah memasang kobaran api di matanya. Tangannya terkepal dengan erat disisi kanan. Rahang tegasnya mengeras, hingga urat-urat pada sekitar lehernya tercetak dengan sempurna disana. Gigi-gigi yang terkatup saja, terasa akan terhancurkan akibat tekanan yang saling bertumpu satu sama lain.

Gejolak amarahnya sudah berada ditahap teratas.

Jonathan pikir, Cilla pulang ke rumahnya. Tanpa sepengetahuan dan izin Jonathan, rupanya si wanita berlari pergi ke tempat sialan ini. Dan sekarang dia tengah menari-nari ditengah para pria. Apa Jonathan tidak semakin panas melihat tontonan seperti ini.

Tangannya saja terasa gatal, ingin meninju para wajah bedebah yang berani menonton tubuh wanitanya dan juga menyentuh beberapa area dari tubuhnya.

"Apa yang harus kami lakukan?"

"Seret dan paksa Cilla untuk turun dari tempat itu. Setelah berhasil, langsung bawa ia kembali menuju apartment. Aku akan menunggu kalian lebih dulu disana" Bahkan dalam berbicara ini saja, Jonathan sudah berusaha menahan nada bicaranya agar terdengar tenang—namun, mau dicoba bagaimanapun juga, Jonathan tidak bisa melakukannya. Amarahnya terlalu besar daripada ketenangan sematanya.

MISTRESS I Lisa x Jeonghan I On-goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang