( Selamat membaca )
...
Cilla membuka pintu dari kamar mandi, dia sudah lumayan lama ada di dalamnya. Lagipula, Cilla rasa tidak ada siapa-siapa diluar sana. Karena semenjak Cilla memutuskan diri untuk berkurung karena malas berdebat dengan Jonathan, tidak ada suara-suara meruyup ke indra pendengarannya dari mulut Jonathan.
Ah, syukurlah kalau pria gila itu sudah keluar. Siapa yang mau beradu argumen terus menerus dengannya. Sudahlah dia tidak mau kalah dan selalu merasa paling benar lagi. Jangan pikirkan, kemanakah kepergiannya sekarang.
Tapi walau begitu, Cilla merasa kesal sendiri. Pria itu sungguh tidak memiliki inisiatif apapun, menolak untuk berakhir tapi tidak ada niatan membujuknya sama sekali. Inilah salah satu paling tidak Cilla sukain, setiap ada masalah bukannya menyelesaikannya dan saling meminta maaf tapi malah pergi entah kemana.
"Ok, aku anggap mulai sekarang kita tidak memiliki hubungan. Aku yang akan mengakhiri hubungan ini secara sepihak" Bergumam untuk dirinya sendiri. Tapi jujur Cilla merasa kesal karena tidak mendapatkan bujukan apapun.
Kalau tidak bujuk itu rasanya, si pria memang pasrah dan setuju dengan keputusan ini. Anggaplah seperti itu. Namun kalau dipikir-pikir, sejak kapan? Jonathan pernah membujuknya. Bukannya dia seorang pria sempurna yang tidak luput dari celah kesalahan ataupun dosa—itu bagi Jonathan, kalau Cilla melihat dari sisi lainnya.
Ngomong-ngomong soal Jonathan tadi. Cilla sampai tidak sadar sendiri, kalau apartement sudah kembali rapi. Kekacauan yang dilakukan oleh Jonathan sudah serta-merta menghilang dan digantikan oleh tatanan rapi seperti pada awalnya.
Ya, Jonathan hanya tahu soal mengacaukan saja. Dan yang membereskan ini semua pasti pelayan bayarannya. Seperti biasa, Jonathan selalu merepotkan orang lain dalam Kekacauan-nya, itu mungkin karena dia berpikir kalau dirinya memiliki segala apapun dan mudah juga untuknya untuk menyelesaikan walau itu hanya dalam menjentikkan jarinya saja.
Langkah kaki Cilla terbawa menuju pintu berada. Niatnya memang ingin pergi dari sini, tapi disaat Cilla menekan password yang ada—password yang diketahui Cilla selama ini selalu salah. Cilla terus menekan ulang, takut salah dalam menekan angkanya, namun ketika dicoba lagi, lagi dan lagi malah tetap saja. Yaitu salah.
Cilla mendaratkan kepalan tangannya dan mulai meninju tembok saking kesalnya. Ini pasti ulah Jonathan, pria itu pasti sudah mengganti password sebelum keluar. Memang sialan.
Kenapa Jonathan selalu memiliki pikiran yang tidak terduga, contohnya sekarang. Sudah mengganti password—padahal Cilla ingin pulang. Apa mau Jonathan sekarang? Ingin mengurungnya sama seperti sebelum, karena cemburu, huh?
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTRESS I Lisa x Jeonghan I On-going
RandomBerawal dari pertemuan yang tidak sengaja ⭐ Ini hanya cerita karangan semata, jangan dianggap serius. Dan tentu saja, ini cerita berasal dari pemikiran author tersendiri. Didalam cerita ini akan ada banyak kata-kata mutiara, so bacalah dengan bijak...