Epilog

84 9 5
                                    

I know very well
I understand better than anyone else

I'll show you the end of the rainbow.
When will I be able to reach it?
How many times will I have to repeat it?

Dingin yang menyengat langsung menyentuh kulit ku begitu keluar dari kereta. Suara orang-orang berbicara satu sama lain membuktikan bahwa kota ini sedang sibuk. Musim dingin yang panjang baru saja selesai, bunga-bunga berwarna merah muda mulai menampakan dirinya. Anak-anak sekolah dengan seragamnya kembali memenuhi trotoar, Pejalan kaki, pengguna sepeda, pedagang toko kelontong, sungguh sebuah pagi yang ramai.

Aku menatap nomor kamar rumah sakit yang ada di samping pintu, memastikan diri tidak masuk ke kamar yang salah.

Yumi nampak terkejut saat aku tiba-tiba membuka pintu sambil menyilangkan tangan, menggosok pundak yang terasa dingin dengan kasar. "Huaaaa, aku rindu musim panas."

"Ketuk pintu dulu, Baka." protesnya.

"Tidak pentingkan, diluar dingin sekali, aku bisa mati kalau menunggu."

Chichan yang duduk dikursi tamu hanya terkekeh melihat kebiasan ku yang sudah dihapalnya sejak bertahun-tahun lalu.

Ya, bertahun-tahun lalu.

"Bagaimana bisa kamu baru datang setelah dua hari saudara kembar mu ini berjuang antara hidup dan mati melahirkan anaknya" Dia mengerucutkan bibirnya. Oh ayolah, bukankah sekarang dia adalah seorang ibu? Kenapa dia kekanakan seperti ini. Aku tidak datang untuk mendengar 1001 ketidakpuasannya.

"Aku sudah bilang kan, mahasiswa kedokteran itu tidak punya banyak waktu bersantai, aku tidak mau beasiswa ku dicabut." aku melipat tangan di depan dada. "Aku kan sudah bilang untuk melahirkan dirumah sakit dekat kampus ku, kamu yang menolak!"

"BISA-BISA AKU MELAHIRKAN DITENGAH JALAN KALAU HARUS PERGI KE KAMPUS MU ITU"

Tangan Chichan mengambang didepan kami berdua saat aku siap melontarkan balasan. Dia menghela napas seolah sudah bosan dengan pertengkaran kami. "yare yare"

Kami terdiam sesaat, saling menatap sebelum akhirnya tertawa lepas. Selalu seperti itu, sejak masih bersekolah.

Hari itu, saat aku tidak lagi dapat melihat Sakura-kun, Yumi terbangun dari tidur panjangnya. Aku memeluknya sambil menangis sejadi-jadinya saat dia masih linglung dengan apa yang terjadi.

Hidup ini seimbang antara sedih dan bahagianya, kau tidak boleh terlalu larut didalamnya.

Kata-kata Sakura-kun waktu itu seolah menjadi pedoman hidup ku dalam melangkah di hari-hari selanjutnya. Aku yang waktu itu masih SMA pun berlari ke rumah Chichan sekuat tenaga, meminta maaf begitu dia muncul didepan pintu, Chichan yang terkejut membeku, aku tidak peduli. Aku tidak ingin larut dalam kesedihan lagi. Walau pagar belum di buka, aku sudah meneriaki keinginan ku "TOLONG JADI LAH TEMAN KU!!!"

Dan disinilah semuanya berada sekarang. Tentu saja Yumi yang sangat supel tidak butuh waktu lama untuk berteman dengan Chichan, mereka sangat terlihat senada dalam segala hal,sikap, hobi, selera makan, selera pakaian. Sedang aku yang Yumi tahu sebelum komanya sangat pendiam, mulai selalu berani angkat suara dan menimbulkan perkelahian-perkelahian kecil diantara kami. Chichan akan siap sedia menjadi penengah saat kami siap saling jambak.

 "Jadi dimana Bayi mu? Tidak kah dia mau bertemu tantenya, hmm?" kata ku yang sudah selesai melemparkan pandangan keseluruh ruangan. Tidak ada mahluk kecil yang harusnya menjadi tokoh utama disana.

"Rein membawanya berjemur di taman rumah sakit." Jelas Chichan seolah mengerti budaya jemur-menjemur bayi yang sering di lakukan orang Indonesia. Mata ku membulat terkejut mendengarnya.

"DI UDARA SEDINGIN INI?!"

"Hanya dingin bagi mu." Jawab Yumi santai. "Ah, Yume, bisa kah kamu gantikan Rein sebentar, dia harus menjemput orang tuanya dan Reis di Bandara."

Aku mengangguk mengerti, Chichan yang sejak 2 hari lalu bertugas menjaga Yumi mengacungkan jempol memberi semangat, dia tau aku tidak akan suka dengan udara diluar, tapi, mungkin dia tidak tau kalau aku sangat menyukai taman rumah sakit ini--yah, walau yang aku cari pasti tidak akan terlihat lagi.

"Hei, Rein, kemarikan anak itu, pergilah menjemput orang tua mu dan Reis."

"Ha! Kau baru datang setelah dua hari?!" Teriaknya setengah tak percaya. Aku memutar bola mata ku. Dasar suami-istri tukang protes.

"Jaga baik-baik!" pesan Rein sesaat sebelum pergi.

Aku menatap punggungnya sambil tertawa ringan. Rein, laki-laki yang sejak kecil menyukai Yumi tapi tidak pernah mengatakannya. Begitu mendapat kabar Yumi sudah sadarkan diri, dia terbang ke Jepang tanpa persiapan. Muncul diambang pintu rumah sakit dengan keringat yang bercucuran, dan langsung pingsan.

Sepertinya saat itu dia lupa menukar uangnya menjadi Yen, dan dia tidak bisa bahasa Jepang atau pun bahasa Inggris yang memadai untuk bertanya. Akhirnya dia berlari dari bandara ke rumah sakit yang terhitung cukup jauh. Hanya aplikasi peta yang menjadi pegangannya.

Anak yang nekat.

Tapi akhirnya dia berhasil mendapatkan Yumi. Mereka langsung menikah begitu lulus kuliah (sedang aku terlambat masuk kuliah selama 2 tahun karena mendapatkan beasiswa tidak semudah cerita orang-orang) dan lihat ini, bayi mungil dalam gendongan ku. Wajahnya sangat mirip dengan Yumi dan Aku, malah jadi terlihat seperti adik kami. Generasi selanjutnya telah lahir, menggantikan generasi sebelumnya yang telah tiada. Bumi terus berputar, waktu terus berjalan, tidak ada lagi alasan untuk berhenti ditempat, dan tenggelam dalam kesedihan.

"Bukan kah bayi ini sangat menggemaskan, Sakura-kun?" aku bergumam sendiri, entah Sakura-kun yang kuingat ini hanya imajinasi ku saja, atau tidak, tapi aku ingin percaya kalau di Taman itu, ada laki-laki yang sudah membantu ku menggerakan waktu kembali.

"Ya, dia sangat menggemaskan."

"Eh?"

I get it, it's no good like this
Is it fine to believe in my "future self" that I discovered with these eyes?

****

Halo teman2!

Sebenarnya aku lumayan takut muncul lagi setelah 4 tahun menghilang. Tapi ngeliat masih ada temen-temen yang vote bahkan komen nunggu lanjutannya jadi merasa bersalah.

Walau part terakhir ini pun sebenernya sengaja dibikin gantung biar pada gatel *kabur

Terimakasih untuk semua dukungannya, dalam 4 tahun ini bener-bener gak sempet buka wattpat lagi walau pun part ini waktu itu udah selesai ditulis di coret-coretan dan tinggal mindahin kesini untuk di publish. Aku mengejar cita-cita untuk bisa pergi melihat bunga sakura yang ada dicerita ini dengan mata kepala sendiri.

Dan, aku berhasil. Untuk kalian yang setia menunggu lanjutan cerita ini, bahkan mungkin sampai sudah lupa ceritanya bagaimana, dan selalu mendukung, semoga kalian juga bisa pergi ke negeri impian kalian masing-masing suatu hari nanti ya!

 Untuk kalian yang setia menunggu lanjutan cerita ini, bahkan mungkin sampai sudah lupa ceritanya bagaimana, dan selalu mendukung, semoga kalian juga bisa pergi ke negeri impian kalian masing-masing suatu hari nanti ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat menikmati bunga Sakura!

Semoga kalian nggak kapok untuk membaca karya ku yang lainnya nanti.

Salam sayang,
Author.

SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang