5. Sandglass

32 10 0
                                    

Satu pria bertubuh kekar datang ke kediaman Hwang dengan membawa sebuah amplop coklat. Hwang Jung Min menerima amplop itu yang ternyata berisi beberapa foto Myung Min dengan seorang wanita.

Jung Min memberikan pria bertubuh kekar itu segepok uang tunai seperti yang dijanjikan. Pria kekar itu pergi setelah memastikan besaran nominal uang ter jumblah dengan benar.

Chan Sung menuruni anak tangga dan melihat kepergian pria kekar yang menurutnya asing itu. Ia melihat Jung Min sedang melambaikan tangan padanya.

Chan Sung mengambil amplop coklat itu dari tangan Jung Min. "Apa itu?"

"Menurutmu?" Jung Min menaikkan sebelah alisnya.

"Darimana Appa bisa mendapatkan semua ini?" tanya Chan Sung tak percaya.

"Segalanya menjadi mudah kalau kita memiliki uang. Myung Min tidak bisa berkutik dengan ini." ujar Jung Min sambil tersenyum licik.

Chan Sung menyeringai. "Lalu dia tidak punya pilihan lain selain menyetujui perjodohan itu..."

.
.
.

So Hyun mendapatkan pesan dari Min Hyun. Min Hyun ingin mengajaknya wisata ke ladang lavender. So Hyun menolak ajakan itu, karena sang ayah sedang tidak sehat.

Myung Min terbaring di kasur dengan wajah pucat. Termometer menunjukkan kalau ia sedang demam tinggi. Ia bahkan tidak bisa tidur dengan tenang dan tidak memiliki nafsu makan karena terngiang-ngiang perkataan Jung Min kemarin.

Myung Min belum memberi tahu So Hyun tentang rencana perjodohan gadis itu dengan Chan Sung. Myung Min sendiri tidak setuju, dan menolak tegas permintaan Jung Min kemarin. Bahkan saat Jung Min marah dan mengancam akan melakukan sesuatu yang besar, Myung Min tetap tidak peduli.

.
.
.

Chan Sung menelepon Min Hyun untuk diajak pergi makan siang di sebuah restoran Italia. Begitu Min Hyun datang, Chan Sung langsung memesankan pasta dan risotto kesukaan Min Hyun.

Min Hyun tidak langsung makan saat makanan disajikan. Ia perlu tahu apa alasan kakaknya itu mengajaknya bertemu. Jika untuk membahas ayah mereka dan ajakan pulang ke rumah, lebih baik ia pergi saja.

Chan Sung memberikan sebuah kartu kredit. "Aku dengar Appa sudah menyita motor dan kartu kredit mu. Ambillah, ini punya ku."

"Hyung, tidak perlu!" tolak Min Hyun mengembalikan kartu kredit pemberian Chan Sung.

"Ini uang ku. Aku sudah berkerja sendiri. Jadi ini bukan uang dari Appa." ucap Chan Sung bersikeras.

Min Hyun mendengus. "Aku tidak bisa menerimanya."

Chan Sung memasukkan kartu kreditnya kembali ke dompet karena Min Hyun menolak menerima. Lalu ia memberikan sebuah bulpoin. Bulpoin mahal edisi terbatas yang dibeli Chan Sung saat di Amsterdam.

Chan Sung tahu Min Hyun suka mengoleksi banyak bulpoin, karena hobi Min Hyun yang suka menulis dan mencatat sesuatu dari buku. Bahkan saat masih kecil dulu Min Hyun pernah menangis karena bulpoinnya patah karena tidak sengaja di duduki Chan Sung.

"Kalau begitu terima ini saja, kau mau kan? Aku akan sedih jika kau menolak ini." bujuk Chan Sung.

Min Hyun menerima bulpoin pemberian Chan Sung. Bahkan bulpoin itu ada ukuran inisial namanya, 'HMH'.

.
.
.

So Hyun turun dari bis dan berjalan kaki beberapa meter menuju apotek. Ia perlu membeli obat pereda demam untuk ayahnya. Ayahnya itu keras kepala tidak mau makan dan tidak mau berobat ke rumah sakit. Jadi So Hyun sendiri yang harus merawat ayahnya di rumah.

Wanna Be (My Baby?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang