PREMAN

106 31 33
                                    

Tandai bila ada typo

***

Seorang gadis yang kini tengah memoleskan bibir pink alami nya dengan lip balm dihadapan cermin besar tersenyum senang, kemudian sedikit merapihkan tataan rambut sepunggung nya yang di gerai indah.

"Perfect" gumam nya pelan.

Tidak salah memang, gadis itu terlihat sangat cantik setiap hari nya. Wajah mulus dan putih, hidung mancung, bulu mata lentik, serta lesung di kedua pipi nya membuat siapa pun yang melihat nya akan berdecak kagum.

Dengan rok diatas lutut berwarna biru muda dan kemeja putih lengan panjang, gadis itu siap untuk pergi berangkat ke kampus nya. Setelah dirasa tidak ada yang kurang dari penampilan nya, mahasiswi semester 3 itu dengan santai melangkahkan kedua kaki nya keluar dari kamar seraya menyambar shoulder bag abu abu milik nya.

"Ara! Sarapan dulu, hari ini kuliah pagi bukan?!" umi Aisyah berteriak tepat saat gadis yang di panggil 'Ara' itu sudah sampai di anak tangga terakhir.

Zahra Fathiya Khadijah, dengan keluarga nya kerap disapa Ara. Gadis dengan segala tingkah absurd nya, keras kepala, dan manja.

"Iya umi ku sayang, nih liat Ara udah siap sedia" sahut Zahra seraya mencium pipi abi Ahmad dan umi Aisyah yang sudah duduk di kursi makan, setelah nya ia ikut duduk manis di hadapan umi nya.

"Rok nya gak ada yang lebih panjang, Ra?" tanya umi Aisyah melirik sebentar ke arah rok yang di kenakan Zahra, tangan nya sibuk mengoles selai di atas roti untuk suami tercinta nya.

Zahra menggeleng pelan, ia turut mengoles selai coklat diatas 2 lembar roti nya. "Plis ini udah paling panjang, mi."

"Sekarepmu Ra."

Abi Ahmad tersenyum sambil menggelengkan kepala nya, tingkah Zahra ntah menurun dari siapa. Tetapi, ia sangat menyayangi anak gadis nya yang absurd ini.

"Abi, umi, selesai kelas Ara mau buat tugas makalah di rumah Vira, sama Hulya juga kok."

"Dianter pak Galuh ya" ujar abi Ahmad setelah meminum segelas air hangat yang di sediakan sang istri.

"Gak usah bi, pulang nya Ara di anter sama Vira."

"Ya sudah, inget jangan pulang malam-malam! Jam 7 belum pulang, abi yang akan jemput Ara."

Zahra tersenyum, tangan nya bergerak membentuk hormat menghadap ke abi Ahmad. "Siap laksanakan komandan!".

Setelah menyelesaikan sarapan nya Zahra berdiri, "Ara cantik jelita ini berangkat sekarang ya mi, bi" bergantian ia mencium punggung tangan abi Ahmad dan umi Aisyah.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Setelah kepergian Zahra, umi Aisyah menoleh ke arah abi Ahmad, kedua mata nya menyorotkan tanda permintaan maaf.

"Maaf abi, aku belum baik dalam mengurus Ara."

Abi Ahmad tersenyum, kemudian mengusap lembut puncak kepala umi Aisyah yang tertutup hijab rumahan.

"Kamu sudah menjadi istri dan ibu terbaik untuk Aku, Zain, dan juga Ara. Kamu tidak gagal sayang, ada waktu nya Ara akan menyadari dan berubah, kita tunggu dan temani Ara terus saja ya."

Zain Fathir Ahmad, anak pertama abi Ahmad dan umi Aisyah. Sejak 2 tahun lalu melanjutkan kuliah S2 nya di Mesir, abang kesayangan Zahra.

Umi Aisyah ikut tersenyum penuh haru, memeluk suami nya dengan penuh rasa sayang.

Zahra: Te amo, my LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang