BAB 4

274 28 5
                                    

Halo semua saya kembali dengan bab baru! Selamat membaca! Silakan tinggalkan komen dan beri dukungan dengan bintang! Terima kasih! Semoga terhibur!

***


Di sudut kota Milan, ada beberapa kawasan rumah elit yang sengaja dibangun dengan nuansa yang sederhana serta lahan yang luas dan indah. Keamanan di kawasan perumahan ini sangat terjamin, sehingga penduduk yang sangat menyukai privasi begitu menghargai para petugas.

Ketika sampai, Emmy menghentikan mobilnya di sebuah pelataran rumah sederhana yang bercat merah bata. Rumah itu tampak seperti kastil kecil dengan tema musim gugur, dengan beberapa kursi besi hitam dan sebuah meja disusun di tengah latar hijau. Ada beberapa bunga rambat yang menjalar di sekeliling jendela luar rumah lantai satu, ada juga tanaman hijau yang menempeli dinding samping rumah. Orang tua Emmy adalah orang-orang yang menyukai alam, sehingga banyak sekali tanaman dan buah-buahan yang ditanam di sekitar rumah ini.

“Ibu!” Emmy turun dari mobil, diikuti Gawin di belakangnya.

Tak lama, seorang wanita yang sedang memakai celemek berwarna beige dengan tali cokelat berlari ke pintu beralas kaki sandal rumah pink-nya. Ia membuka pintu dengan semringah dan menyambut, “Masuk, masuk! Di luar anginnya agak kencang!” dia melewati Emmy dan menarik lengan Gawin dengan lembut memasuki rumah langsung menuju dapur.

Melihat ini, Emmy, sebagai anak kandung wanita itu, yakni Soraya, memutar bola matanya dengan malas. “Sebenarnya, siapa, sih, anakmu ini?” keluhnya.

Soraya yang mendengar kekesalan putrinya, menoleh dan melotot padanya.

Okay, okay!” Emmy menghela napas. Tentu saja, dia sudah terbiasa.

Soraya lantas mengubah ekspresinya menjadi senyuman paling menawan di sepanjang sejarah hidupnya—menurut Emmy, karena ketika wanita itu menatap Gawin, tatapannya menunjukkan kelembutan tiada tara yang jujur saja, Emmy pernah merasa iri sebab dia sebagai anak kandung nyaris tidak pernah mendapatkannya—miris!

“Gawin, Emmy bilang kalian sudah makan di restoran. Tidak masalah, makan beberapa mangkuk supnya sebelum dingin.” Soraya mengambilkan semangkuk kecil sup iga sapi dan menyerahkannya kepada Gawin yang sudah duduk dengan tenang di tempatnya.

“Terima kasih, Bibi.”

Soraya mengangguk dan memindahkan telapak tangannya menuju kepala Gawin, lalu mengusapnya dengan sayang.

“Kenapa tidak memanggilku?”

Semua orang mendongak, melihat seorang pria sedang menuruni tangga dengan langkah santai dan mantap.

“Suamiku, kemarilah!” Soraya menarik kursi untuk Aphiwat yang terlihat agak berantakan. Suaminya itu pasti telah bekerja keras di ruang belajar hingga melupakan penampilannya.

Aphiwat kemudian duduk dan menatap keponakannya yang duduk di seberang, “Gawin, apa kabar?”

“Aku baik, Paman. Bagaimana denganmu?” Gawin memandang Aphiwat dengan senyuman mata yang berbinar, meskipun sebenarnya tidak begitu terlihat, kecuali oleh mata pamannya sendiri.

“Yah, seperti yang kau lihat.” Aphiwat tersenyum miring. “Pusat penelitian akhir-akhir ini sangat sibuk, hingga aku harus membawa pulang beberapa pekerjaanku agar bisa berkumpul dengan keluarga.” Pria itu segera menambahkan, “Aku senang hari ini kau datang.”

Gawin mengangguk.

“Rencana akan tinggal berapa hari?”

“Besok sore dia ada pemotretan, Yah.” Emmy menimpali. Aphiwat pun bergumam menanggapinya.

Legacy of SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang