Sacrifice et échec -6-

57 16 6
                                    

Satu part lagi end yaa. So yuk gercep'in vote biar langsung tau endingnya 🥹
.
.
.

"Belum tidur?"

Yoona menoleh pada direksi kanannya, mendapati Chanyeol datang dengan secangkir teh hangat lalu melingkup selimut di pundak Yoona. Kecupan di puncak kepala tidak pernah terlupakan untuk Yoona yang hampir setiap malam selalu berdiri di dekat jendela untuk menatap jauh pada langit luar. Perut yang semakin besar itu juga mendapat kemanjaan dari ayahnya. Di usak, ditepuk, kemudian memberi nasehat dalam batin untuk sang calon bayi yang kemungkinan akan lahir dalam waktu beberapa minggu lagi.

"Bagaimana kondisi Jinyoung?"

Mereka berayun dalam melodi yang terputar di diri masing-masing. Irama kasih yang terlontar membawa sendu perasaan cinta yang semakin mendalam dalam diri mereka.

Chanyeol mungkin bukan seorang penggombal ulung. Tapi dia tahu bagaimana membuat wanitanya memiliki proteksi sebuah cinta tanpa batas dalam pengorbanan yang sedang terencana. Jauh dalam hati ada kesulitan yang butuh jalan keluar. Tapi tak ada pintu yang sesuai sehingga Chanyeol memilih tetap berdiri di atas kakinya tanpa ada pergerakan sedikitpun.

"Dia baik. Masih pulas seperti sebelumnya."

"Kau tahu, Chanyeol,"

"Apa?"

"Aku tidak pernah merasa sebaik ini seumur hidupku."

Kehidupan di dalam perut buncit Yoona itu menunjukkan reaksi; tendangan kecil yang menyerukan jika dia tidak sabar untuk keluar dan menyambut dunia.

"Sebelumnya aku bahkan tidak berani untuk menikah. Memimpikan saja seperti aku enggan. Aku sibuk mencari cara untuk hidup wajar. Tidak terlalu menggantungkan sebuah pernikahan sebagai goal terakhirku."

Rintik hujan di luar menyalahi aturan. Musim panas seperti ini, mengapa hujan masih datang dan berusaha merebut posisi? Suhu ruangan mulai berubah drastis. Bersama dengan ramainya rintik di luar, ada kehangatan yang masih rela menyempil dikala dingin sebentar lagi akan berkuasa.

Yoona memiliki banyak hal untuk ia lakukan sekarang ini. Job list-nya sudah tersusun rapi untuk keadaan di masa yang akan datang. Tapi sebelum itu, ijinkan dia menyelami rasa syukur atas kehangatan pelukan yang Chanyeol berikan pada tubuhnya yang mulai melemah.

Hangat.

Menenangkan.

Damai seperti memeluk erat pada tubuhnya kala cinta Chanyeol seperti tak akan pernah putus untuk diterima.

"Yoona,"

"Hm?"

"Aku memang bukan sepenuhnya seorang manusia. Ada masanya kelak aku juga akan kehilangan nyawa karena sebuah takdir. Dan jika hari itu tiba, jika aku tidak lagi kembali berpijak di atas bumi ini bersamamu, masih maukah kau menemaniku di kehidupan kelak?"

Itu bahkan lebih manis dari jenis permen apapun. Yoona banyak menjaminkan hati pada Chanyeol, menggantungkan sisa hidupnya untuk lelaki terkasihnya beserta dua buah hati yang teramat besar memiliki cintanya.

Bagaimana Yoona harus menjawabnya?
Sejujurnya, tanpa pernah ada pertanyaan itu, Yoona sudah pasti akan memelakukannya. Apalagi yang bisa dia perbuat dengan kisah ini? Chanyeol terlalu jauh mengambil hatinya, bermain dengan pola yang cukup menyenangkan hingga tak sempat ada niat untuk meninggalkan.

"Kau ingin jawaban yang seperti apa. Hm?"

Dua tangan Yoona menangkup rahang Chanyeol, mendekat dengan jinjitan seadanya dan mendekatkan bibir untuk mencuri kecup manis dari lelakinya itu.

•SHORT SERIES• 2nd [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang