Sacrifice et échec -4- (+)

133 27 10
                                    

Makasih untuk kalian yang kayaknya gercep amat sama alur ini. Ok karna udah siap. Kita luncurkan lagi❤️
Scene merepet dikit lah yaaa
.
.
.

Matahari sudah akan naik, kicau burung mulai mereda dan kesejukan khas keadaan pagi mulai berganti kehangatan. Yoona memiliki tidur berkualitas, meski ada sedikit rasa lelah yang tidak tau berasal dari mana, tidurnya benar-benar nyenyak. Punggung serta kakinya terasa pegal, seperti dia selesai membersihkan seluruh rumah besar Chanyeol hingga ke lubang tikus.

Tangannya menggeliat ke atas ketika mata sipit itu samar untuk terbuka. Melengok ke sekitar, Yoona merasa asing dengan keadaan kamar ini. Sebelumnya Yoona tinggal di sebuah kamar tamu di rumah Chanyeol dengan perabotan yang sederhana. Tapi di bukaan mata pertama, dia melihat benda-benda mewah yang berjajar beserta satu bingkai foto besar tepat di depan mata.

Itu Chanyeol, dengan segala ketegasan yang ia miliki sedang terbingkai dalam keabadian sebuah foto. Yoona menyukainya, bagaimana Chanyeol terlihat begitu mengagumkan hingga membuat hatinya mendadak berdetak dan-

"Oh, kemana bajuku?"

Tubuh Yoona bagian atas hanya tertutup selimut sebatas dada. Tidak ada bra melingkup dan beruntung Yoona masih memiliki pelapis bawah yang melindungi. Otaknya yang mulai bisa beradaptasi mulai mengingat apa yang terjadi hingga semua pakaiannya hampir terlepas. Dan ketika menemukan ingatan itu, Yoona bersemu merah dengan jantung berdetak merasakan keadaan yang terjadi dalam mobil semalam.

"Sudah bangun?"

Senyum Yoona terkembang sepenuhnya ketika melihat laki-laki berkemeja hitam itu masuk dengan nampan berisi susu.

"Kenapa tidak membangunkanku?"

"Mana tega?" Chanyeol meletakkan nampan berisi gelas itu di atas nakas, "Kau tertidur sangat nyenyak."

"Tentu."

"Hari ini aku harus ke rumah profesor untuk membicarakan tentang Jinyoung, setelah itu ke kantor sebentar dan pulang. Ingin ku belikan sesuatu?"

"Tidak," kerah kemeja itu Yoona tarik, bagian pangkal dasi yang sedikit tidak simetris segera ia ambil alih dan melupakan pegangan pada selimut yang sebelumnya Yoona gunakan untuk menutupi dadanya yang terbuka.

"Hanya cepat pulang karena aku berniat membuatkanmu makan malam istimewa."

"Wow. My first time. Thanks."

"Jangan mengeluh jika rasanya aneh. Aku sedikit bodoh mengendalikan rasa tapi percayalah aku akan memberikan yang terbaik."

Usakan itu Chanyeol berikan untuk mengungkapkan betapa berterima kasihnya dia pada eksistensi Yoona. Sejauh ini, selain keberadaan Jinyoung, Yoona berhasil menciptakan ruang istimewa lainnya yang tidak bisa membuat Chanyeol berpaling. Seperti ini rasanya jatuh cinta. Detak jantung hanya simbol lain dari perasaan yang sedang mengembangkan banyak bunga. Chanyeol terpukau pada hatinya, secara menyeluruh hanya bisa melihat Yoona sebagai satu-satunya yang harus ia miliki untuk menemani masanya sebagai manusia biasa.

Pipi Yoona di usak halus, membuat si empunya memejamkan mata erat lalu menahan tangan itu untuk tetap berada di sana dalam beberapa saat. "Kenapa aku bisa secinta ini padamu? Kita baru bertemu tapi kau terlalu pandai menjeratku."

"Jangan pergi, ya?" rengkuhan itu refleks Chanyeol lakukan, seakan ia takut jika Yoona akan tiba-tiba berada dalam keadaan seperti Jinyoung dan berpeluang meninggalkannya. Meninggalkan atau ditinggalkan, Chanyeol berusaha menghindari hal itu.

"Tidak akan."

Yang tidak boleh Yoona lakukan dalam keadaan sepagi ini adalah dengan menarik mundur tubuhnya, membelit leher Chanyeol dengan lengan telanjang lalu membawa bibir tebal lelaki itu masuk dalam sebuah ciuman basah yang tercipta dalam kuasa Yoona. Semuanya menjadi begitu ringan, terasa sebuah kebebasan yang tidak pernah sedemikian luas. Chanyeol meletakkan sebelah tangan pada pinggang polos Yoona, menekan bagian itu untuk merapat dan mencoba mengambil kuasa atas ciuman yang mereka lakukan.

•SHORT SERIES• 2nd [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang