Sacrifice et échec -5-

93 22 1
                                    

Seneng gak kalian tiap hari di update'in?? Ekekekekeke. Ok menuju klimaks kita tuntaskan sekarang. Gaskeun....
.
.
.

Bruk!

Jinyoung terpental sebelum tajam taringnya merobek pembuluh darah Yoona. Chanyeol yang melakukan; penendangan dengan kakinya cukup membuahkan hasil dengan Yoona yang selamat dari kematian. Mata Jinyoung semakin memerah, bahkan erangannya seperti menepis fakta jika anak itu pernah berlaku semanis madu. Keluguan yang selalu Yoona cintai dari Jinyoung telah enyah dan berganti dengan kemurkaan sang darah panas. Baru kali ini Yoona melihat bagaimana seorang vampir berevolusi sepenuhnya; taring tajam dan mata memerah menjadi yang paling menonjol untuk ditakuti. Tapi sekali lagi, ini Jinyoung, anak laki-laki yang sudah Yoona patenkan sebagai seorang anak yang ia kasihi. Yoona tak memiliki ketakutan itu, dia ingin sekali mengulurkan tangan dan ucapan penenang agar kemarahan Jinyoung mereda sekali waktu.

"Jangan mendekat atau kau akan berakhir menyedihkan!"

Peringatan itu untuk Yoona yang baru selangkah mendekati Jinyoung.

"Biarkan aku yang melakukan. Kau cukup diam dan terima saja apa yang akan ku pilih. Percayalah, ini demi kebaikan kita."

Yoona tak begitu paham maksud Chanyeol, dia kembali terhenti pada tempatnya dan memekik cukup keras kala Jinyoung kembali terpental setelah menyerang Chanyeol tiba-tiba. Keadaan ruangan sudah tak berbentuk. Beberapa barang yang ada berserakan dengan caranya yang malang. Kebanyakan dari itu semua adalah karena tubuh Jinyoung yang terpental dan Chanyeol yang melalukan itu tanpa ada toleransi.

Teriakan Jinyoung dan pemberontakan itu karena Chanyeol kembali menerjang tubuhnya dengan sekuat tenaga. Perlawanan tentu terjadi, tapi Chanyeol seperti sudah memberikan semua yang ia miliki agar Jinyoung tak lagi bereaksi atas darah panas dalam tubuhnya. Lalu dengan sekali sentak pada bagian tubuh belakang Jinyoung yang Chanyeol tahan, anak itu seketika tumbang dan kemarahan yang tercetak mendadak hilang.

Yoona menjadi yang pertama berlari mendekap tubuh lemah Jinyoung. Teriakannya akan anak tiri kesayangan itu tak pernah terdengar Jinyoung yang mulai memucat. Tak hanya itu, sekitar matanya mulai timbul semburat merah serta bibirnya yang berwarna keunguan. Rontaan tangis Yoona membawanya melihat pada Chanyeol yang membeku. Tak ada pergerakan dari lelaki itu kecuali getar tubuhnya yang bertambah parah dan tersadar beberapa saat kemudian untuk segera memindahkan Jinyoung ke dalam kapsulnya.

.
.
.

Secangkir teh itu menjadi pembuka ketika Chanyeol melihat wanitanya terbaring dengan punggung sebagai penyaji. Dilihatnya bahu sempit Yoona masih bergerak naik turun teratur dan pantulan cermin di depan sangat jelas menampilkan si wanita masih terjaga.

"Aku membuat teh hangat ini sendiri. Tidak terlalu manis karena kurasa kau lebih butuh kehangatan."

Chanyeol tidak terlalu pandai berkata manis untuk keadaan ini. Dia adalah manusia baru, masih banyak hal yang perlu ia pelajari tentang berbagai macam keadaan yang umumnya terjadi pada manusia biasa.

"Kau tahu Yoona, ada banyak hal di dunia yang masih banyak harus ku pelajari sebagai seorang manusia."

Selimut yang terangkat sebatas pinggang itu Chanyeol naikkan hingga bahu, berharap Yoona tak memiliki rasa dingin akan cuaca ataupun suasana ini. Keahlian Chanyeol hanya belajar. Dia akan mempelajari banyak hal untuk menangani situasi yang ada. Perubahannya sebagai manusia tidak sampai 100%, nyatanya dia masih memiliki jiwa seorang vampir yang terkadang berkuasa di situasi tertentu.
Chanyeol ingin sekali menggenggam kemenangan untuk mencairkan suasana. Dia paham betul, Yoona yang kali ini memunggunginya adalah bentuk kemarahan atas apa yang sudah terjadi pada Jinyoung. Rasa cinta yang Yoona miliki pada Jinyoung teramat besar hingga kesakitan yang dirasa Jinyoung akan sewajarnya Yoona rasakan.

•SHORT SERIES• 2nd [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang