Sacrifice et échec -2-

120 37 11
                                    

Vote 25+ buat gasskeun next part yaa.
.
.
.

Esok paginya udara terasa sedikit mendingin di tubuh Yoona. Reflek dalam dirinya bekerja sangat cepat dengan menarik tinggi-tinggi selimut dan membuat tubuhnya meringkuk malang. Rasa kantuknya masih berkuasa ketika Yoona berusaha membuka mata. Dibukaan pertama masih terlihat samar, tapi setelah itu dia bisa menguasai dan akhirnya kesadarannya pulih. Yoona tidak amnesia, ia masih ingat sedang berada dimana dan mengapa bisa berakhir di sini. Yang membuatnya sedikit kebingungan adalah tidak adanya sosok Jinyoung di sampingnya. Semalam ia ingat betul jika sebelum tidur nyanyak menjemputnya, Yoona sedang mengajari Jinyoung cara untuk tidur.

Berbekal kesadaran yang sudah 80% kembali dan slipper putih yang ada di dekat ranjang, Yoona memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Pemandangam pertama yang ia lihat ketika pintu terbuka adalah kesibukan dari beberapa maid. Kaki mereka selalu nampak terburu dengan membawa nampan berisi kotak misterius dan membawanya pada kamar berpintu jati tinggi.

"Ada apa? Apa sesuatu yang buruk terjadi?" Yoona menghentikan langkah seorang maid yang baru turun dari tangga.

Maid itu membungkuk sebentar dan membuat wajahnya terlihat sewajar mungkin. "Tidak, Nyonya. Tidak ada apa-apa."

Semua menjawab seperti itu ketika Yoona bertanya apa yang terjadi hingga mereka terlihat sangat sibuk. Lalu ketika Yoona menemui kata putus asa karena tidak ada jawaban yang memuaskan, ia bertemu dengan satu sosok yang tengah duduk merenung di meja makan. Wajahnya tak lagi menunjukkan aura angkuh seperti sebelum-sebelumnya. Hanya ada kerutan di dahi yang menunjukkan sesuatu sedang butuh pemikiran serius.

"S-selamat pagi."

Lelaki itu, Chanyeol, mendongak sebentar dan memberi satu senyum kecil.
"Selamat pagi, Miss Anna."

"Panggil saya Yoona saja." Chanyeol kembali mengulum senyum. "Emm..terima kasih untuk membiarkan saya di sini semalam. Saya akan segera mencari tempat baru-"

"Kau bisa tinggal di sini selama yang kau mau, Yoona."

"Y-ya?"

"Semalam sudah kukatakan jika ini bentuk balas budiku karena kau sudah mau mengajari Jinyoung."

Lalu canggung lagi. Belum pernah Yoona bertemu seseorang yang teramat bersahaja dari cara berbicara dan bersikap. Dan ini bukan hal yang bagus ketika Yoona semakin terjerat dalam pesona yang seharusnya tidak ia letakkan dalam hatinya.

"Sekali lagi terima kasih, C-Chanyeol."

"Ya, sama-sama."

"Em, tunggu sebentar." Yoona mencegah ketika Chanyeol akan pergi. "Jinyoung dimana? Aku tidak melihatnya dari tadi."

Wajah Chanyeol menunjukkan perubahan, yang semula terlihat biasa mulai memucat meski tak bertahan lama ia bisa menguasainya kembali. "Dia sedang ada hal lain yang dikerjakan. Sesegera mungkin dia akan kembali."

Yoona bukan orang yang mudah percaya. Dia bisa tau ada sesuatu yang sedang terjadi meski Chanyeol berusaha menutupi kekhawatiran di wajahnya. Dia tau ada sesuatu yang terjadi pada Jinyoung.
Dan di hari ketiga Yoona tinggal di rumah itu, ia masih menemui kesibukan yang sama seperti sebelum-sebelumnya. Bahkan beberapa kali Yoona juga melihat laki-laki memakai jas putih keluar masuk di ruangan berpintu jati tinggi itu. Semua nampak aneh bagi Yoona, termasuk keberadaan Jinyoung yang mendadak hilang tanpa ada penjelasan lain kecuali sedang ada urusan diluar. Urusan macam apa yang dilakukan anak seusia Jinyoung?

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian yang maid berikan, Yoona menuju ke dapur untuk segelas air putih. Ketika ditegukan ketiga memenuhi kerongkongannya, telinganya tak sengaja menangkap pembicaraan dari beberapa maid yang ada di dapur.

•SHORT SERIES• 2nd [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang