Sacrifice et échec -3- (+)

147 33 4
                                    

Udah 25+ vote yaa. Tapi kayaknya update malem dengan scene beginian kayaknya cocok deh🌚🙊 ya walaupun merepet merepet dikit. Ok selamat menikmati sayang sayangku❤️
.
.
.

Dua purnama yang lalu masih Yoona ingat betul bagaimana rasanya di campakkan. Hatinya bertekad jika sejak saat itu tidak akan pernah ia coba lagi bagaimana debar rasa jatuh cinta. Terlalu sakit ketika Lee Junho, mantan sialan itu, membuat satu kesimpulan yang berbalik dari fakta. Siapa yang mengingkar, siapa yang dituduh mengingkar. Lucu, memang. Tapi saat itu Yoona terima saja. Toh, dia tidak akan kehilangan napas meski Junho membuat nama baiknya terkena kotoran babi. Setidaknya Yoona masih memiliki pendirian, yang mana senyum atas cemoohan beberapa teman tidak membuatnya memutus urat nadi atas rumor bodoh yang dibuat Junho.

Ingat, itu hanya patah hati. Bukan patah hidup.

Lalu sekarang, Yoona seperti akan menjilat ludahnya sendiri. Berkhianat dengan keputusannya yang lalu hanya karena satu sosok yang kini sedang ia cengkeram lembut kerah kemejanya. Sungguh, menjadi bodoh untuk situasi ini benar-benar menguntungkan. Apalagi ketika Yoona mencoba menepis logika dengan cara menjadi agresif di permukaan bibir lelaki itu. Park Chanyeol.

"Ini ciuman pertamaku." Yoona memberi jarak setelah merasakan hangat bibir Chanyeol. "Kalau boleh aku tau, bagaimana cara berciuman yang kau lihat dalam film?"

Chanyeol terdiam, membolakan dua maniknya karena Yoona berada sangat dekat. Tidak pernah dia ketahui jika detak jantung manusia bisa segila ini jika beradu kasih dengan yang memikat hatinya.

"Mereka hanya saling mendekat, lalu memiringkan kepala, lalu.."

"Lalu?"

"Aku tidak tau apa istilahnya. Tapi yang jelas mereka saling menekan bibir hingga mata terpejam."

"Mau mencobanya bersamaku?"

Sialnya disini Yoona kelepas agresif, dia menawarkan diri terlalu murah, atau hampir mendekati cuma-cuma hanya untuk mencicipi bagaimana rasanya kelanjutan debaran ini.

"Kalau tidak mau juga tidak apa."

"Aku mau."

Chanyeol menyela, menarik lagi pinggang Yoona yang sempat menjauh. Setelah berada sekian menit dengan Yoona yang beraroma manis, Chanyeol merasa kecanduan. "Tapi, kita tidak memiliki perasaan yang sama. Aku menyukaimu dan kau tidak."

"Siapa yang berkata seperti itu?"

"Aku bisa melihatnya. Meski eksistensiku sebagai manusia memang tidak selama kau, tapi aku banyak belajar bagaimana meneliti perubahan gerak-gerik manusia."

"Memang gerak-gerikku seperti apa?"

Kepalanya tertunduk, mendesah kecil sebelum akhirnya mengangkat kepala lagi bersama satu senyum kecil. "Kau.."

"Belajar lebih giat lagi. Kurasa kau masih belum sepenuhnya bisa mengetahui manusia..." Yoona merapatkan tubuhnya, meletakkan kepala di atas pundak Chanyeol dan menyamankan semua di sana, "...terlebih memahamiku."

"M-maksudnya?"

"Haruskah aku menjawab, 'Ya, aku menyukaimu juga, Chanyeol' saat posisi ini membuatku terlihat seperti pelacur murahan? Tidak akan kubiarkan diriku melekat seperti ini jika tidak ada perasaan yang sama."

Semesta terkadang terlalu serius untuk berbuat kebaikan. Berbalas rasa seperti ini sudah melampaui batas ketika Chanyeol tidak pernah percaya diri untuk meletakkan ketulusannya pada wanita. Chanyeol tidak sebaik itu untuk menerima kebaikan semesta. Tapi, sudahlah, dia senang dengan ini semua hingga melupakan fakta jika Yoona terlalu indah untuk ia rengkuh dengan kekuatan penuh.

•SHORT SERIES• 2nd [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang