REYNARA 08

1 0 0
                                    

Rey berjalan dilorong sekolah bersama tiga temannya, pesona mereka terlihat sangat dingin layaknya timnas Argentina ketika berjalan dilorong stadion saat menuju lapangan hijau.

Langit menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangan kirinya.

Leo memasukan kedua tangannya ke saku celana dan wajah dinginnya menatap lurus ke depan.

Abam merapihkan dasinya yang sedikit miring.

Dan Rey tengah sibuk melilitkan dasi ke tangan kirinya seperti biasa.

Perawakan mereka yang atletis dan wajah yang tampan membuat mata cewek mana saja akan terpana kearah mereka.

Yakinlah!

Cewek mana saja yang melihatnya akan teriak histeris, terpesona oleh ketampanan yang dimiliki keempat pria tersebut.

Lihat saja sekarang!

Adik kelas mereka yang centil dan gatelnya minta ampun tengah teriak-teriak gak jelas ketika keempat pria itu lewat dihadapannya.

Ada yang mengedipkan satu matanya genit, ada juga yang suaranya di imut-imutkan, bahkan ada juga yang sampai menjatuhkan harga dirinya hanya demi mendapat perhatian dari Rey dan tiga temannya.

"Kak Rey bawa aku dong ke semak-semak!"

"Uuh Kak Langit ganteng banget sumpah."

"Iya."

"Aww...Kak Abam kenalin aku ke orang tua kakak dong!"

"Kak Leo cool banget sumpah kaya psikopat. Kalau psikopatnya kaya Kak Leo mah aku rela deh di iket dan ditampar. Di mutilasi juga gue rela."

Begitulah kira-kira yang mereka dengar dari teriakan-teriakan gila para betina stress dan murahan tersebut.

Keempat pria ganteng itu tak ada yang menanggapi sampah-sampah menjijikan tersebut. Bukannya tertarik, mereka malah merasa jijik serasa pengen muntah mendengarnya. Bahkan seorang Rey yang terkenal playboy saja tak sudi menanggapinya.

"Gue mau ke kantin," ucap Langit tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Eh-eh-eh Kak Langit berhenti tuh, pasti dia mau nyamperin gue."

"Enak aja, dia pasti mau nyamperin gue."

"Lo ada yang mau nitip gak?" lanjut Langit pada tiga temannya yang juga ikut menghentikan langkahnya.

"Gue nitip bubur Mang Koy," jawab Rey.

"Oke. Lo Bam, Yo, mau nitip gak?"

"Gue bisa sendiri," sahut Leo dingin.

"Yaudah. Lo Bam?"

"Gue juga sendiri deh," jawab Abam ikut-ikutan.

"Lo pada mau ke kantin?" tanya Rey.

"Iya. Lo duluan aja kalo males pergi ke kantin!"

"Yaudah, gue tunggu ditempat biasa ya."

"Oke."

Langit, Leo, dan Abam pergi menuju kantin sekolah. Sementara Rey pergi menuju tempat biasa mereka kumpul disaat jam istirahat. Belakang gudang sekolah, lokasi yang bisa dibilang bescamp mereka saat disekolah.

Sampai dikantin mereka bertiga melihat si kunyuk Saka sudah ada disana, tengah duduk bersama sekumpulan cewek kegatelan, adik kelas mereka.

"Si bangke enak banget hidup lo?!" pekik Langit ketika kedua matanya menangkap sesosok Saka yang tengah asyik ketawa-ketiwi bersama empat cewek.

"Orang lain belajar sampe pusing lo malah asyik disini," comel Langit menghampirinya.

"Tumben lo gak mojok di warung Bi Joya?" tanya Abam.

REYNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang