Jalanan yang tak begitu ramai membuat motor yang di kendarai Rey melaju dengan mulus membelah jalanan. Pagi ini cuaca mendung, awan hitam menyembunyikan sang mentari yang biasa muncul dipagi hari. Meskipun tubuhnya sudah dia ditutupi jaket yang cukup tebal, tetap saja udara pagi yang sangat dingin berhasil menusuk kulitnya begitu tajam.
Rey bersenandung pelan menyanyikan lagu dari salah satu band ternama Indonesia diatas motor yang kini sedang membawanya menuju sekolah. Namun, dia berhenti bernyanyi saat melihat seonggok mobil yang melipir ditepian jalan dengan seorang perempuan muda yang tengah berdiri disamping mobil tersebut.
Laju motor Rey semakin mendekati mobil tersebut, dan setelah dilihat lebih dekat ternyata cewek yang berdiri disamping mobil itu adalah Nara. Menyadari bahwa cewek itu Nara, Rey berhenti tepat disamping mobil tersebut, persis didepan gadis yang sedang berdiri dengan kedua tangan terlipat didadanya itu.
"Hai!" tak ada balasan dari Nara.
"Kenapa mobilnya?" tanya Rey sembari menurunkan standar motornya.
"Lo gak lihat tuh nyokap gue lagi ngapain?" jawab Nara menunjuk Dona yang sedang mengotak-atik mobil tersebut didepan menggunakan ujung dagunya.
"Ngapain emangnya? Mogok mobilnya?"
"Kenapa? Mau ngetawain gue?"
"Nggak, lo kenapa sih kalau ngomong sama gue nyolot mulu? Itu Tante Dona?"
"Iya, kok lo tahu nama Ibu gue?"
"Tahulah," Rey turun dari motor dan berjalan ke arah perempuan yang kini sedang mencoba memperbaiki mobilnya itu.
"Eh lo mau ngapain?" Rey tak menjawab pertanyaan Nara, dia terus berjalan ke arah Dona yang ada didepan mobil yang kapnya terbuka itu.
"Kenapa Tan mobilnya?" reflek Dona menoleh ke arah sumber suara tersebut, dimana seorang Rey tengah berdiri disampingnya.
"Kamu?"
"Iya, aku Rey teman sekolahnya Nara yang pernah kerumah," potong Rey sebelum Dona melanjutkan ucapannya.
"Mobilnya kenapa, Tante?"
"Oh ini, gak tahu kenapa tiba-tiba mati."
Nara yang menunggu mulai gelisah karena hari semakin siang dan awan-awan semakin menghitam, dia beberapa kali melirik jam yang ada di layar ponselnya.
"Bunda udah belum?" tanya Nara yang kegelisahannya semakin menjadi.
"Belum."
"Sudah siang nih entar aku telat lagi, mana mendung banget lagi." Rey melirik Nara, lalu merogoh handphone dari sakunya untuk melihat jam yang tertera dilayar benda kotak berwarna merah itu. Sepuluh menit lagi memang bel masuk kelas disekolah mereka akan berbunyi. Jadi Rey berniat akan segera pergi dari sana, jika dia lama-lama disana dia juga bisa terlambat sampai sekolahnya.
"Yaudah lo bareng gue aja ke sekolahnya!" sahut Rey yang kini masih berdiri disamping Dona.
"Dih siapa lo?" ketus Nara.
"Yaudah sih kalo gak mau mah, gue juga gak akan maksa."
"Yaudah Tan saya pergi dulu ya," Rey pamit pada Dona yang masih sibuk dengan mobilnya.
"Oh-iya, hati-hati ya."
"Iya Tante, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Rey kini berjalan menuju motornya yang terparkir di dekat Nara, membuat cewek itu memalingkan pandangannya ke arah lain saat dia mendekat ke motornya.
"Lo yakin gak mau bareng gue, udah siang loh, mana mau hujan lagi, entar lo telat lagi. Mendingan lo buruan deh naik!" ucap Rey yang sudah duduk di atas jok motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNARA
Random"Gue akan balikin ini kalung ke elo, tapi ada syaratnya." "Syarat?" Rey mengangguk. "Apa?" tanya Nara, "Bukan yang aneh-aneh kan?" "Nggak, cuman tiga aja kok syaratnya, gak banyak dan gak aneh." "Oke, apa aja syaratnya?" tanyanya lagi dengan malas. ...