Bab 24. Kebahagiaan Tanpa Akhir (end)

154 20 3
                                    






Tahun demi tahun berlalu, kehidupan di pesantren berjalan dengan damai dan penuh kebahagiaan. Devi, Gus Afan, Gus Rakha, dan Mala kini hidup bahagia bersama anak-anak mereka.

Serli dan Danis yang semakin besar tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan penuh kasih sayang.


Suatu pagi yang cerah, Devi duduk di teras rumah bersama Gus Afan, menikmati secangkir teh hangat sambil melihat anak mereka sedang bermain di halaman.

Matahari pagi memancarkan sinarnya yang hangat, seolah memeluk keluarga kecil itu dalam kebahagiaan yang sempurna.


"Aku tidak percaya, Mas," kata Devi sambil tersenyum, "kita sudah menjalani banyak hal bersama. Dari awal aku menjahilimu, hingga sekarang kita punya Serli yang cantik dan kamu tetap sabar."


Gus Afan tersenyum, menatap istrinya dengan penuh cinta. "Sabar adalah kunci menghadapi kamu yang selalu jahil, Sayang. Tapi kamu tahu apa? Aku menikmati setiap momennya."


Devi tertawa kecil, "Ya ampun, Mas. Aku jadi ratu jahil selamanya dong."


"Ratu jahil yang paling aku cintai," balas Gus Afan sambil meraih tangan Devi dan mengecupnya lembut. "Dan aku akan terus mendampingi kamu, selamanya."


Devi terdiam sejenak, tersenyum penuh syukur. Tidak pernah ia membayangkan bahwa hidupnya akan seindah ini.

Meskipun perjalanan mereka tidak selalu mudah, dengan berbagai canda, tawa, dan ujian, mereka tetap mampu melewatinya bersama.


Di sisi lain halaman, Serli yang berlari-lari tiba-tiba jatuh dan menangis. Gus Afan dan Devi segera bangkit untuk menghampiri putri kecil mereka. "Serli, sayang, kenapa?" tanya Gus Afan dengan lembut sambil menggendong putrinya.


"Aduh, jatuh ya, Nak?" Devi menenangkan Serli dengan mengusap rambutnya.


Serli mengangguk, matanya berkaca-kaca. Namun, tak lama setelah didekap oleh kedua orang tuanya, tangisnya mereda.

"ayah, ibu, Serli sayang kalian," ucapnya dengan suara kecil, yang membuat hati Gus Afan dan Devi mencair.

"Ayah dan ibu,sayang serli juga"ucap Gus Afan tersenyum.

Mereka tertawa bersama, menikmati momen kecil itu sebagai keluarga yang utuh dan penuh cinta.


Sore harinya, setelah semua kegiatan pesantren selesai, mereka berkumpul di ruang keluarga. Gus Rakha dan Mala datang bergabung bersama anak mereka, Danis, yang langsung berlarian menyambut Serli.

Anak-anak kecil itu bermain dengan tawa riang, sementara orang tua mereka duduk bersama, menikmati kebersamaan.

"Aku tidak pernah menyangka, Devi," kata Mala sambil tersenyum ke arah Devi, "bahwa kita akan mencapai titik ini. Dengan semua tawa, kejahilanmu, dan cinta dari suami kita, kita benar-benar diberkahi."


Devi tersenyum lebar, "Iya, hidup ini penuh kejutan. Tapi satu hal yang pasti, kita memiliki keluarga yang luar biasa."


Gus Afan merangkul Devi dengan penuh sayang. "Aku setuju, sayang. Kamu yang selalu membuat hidup ini penuh warna. Tidak ada yang membosankan, bahkan ketika kamu selalu menjahiliku."


Devi tertawa dan mencubit pelan lengan suaminya, "Ya, dan kamu selalu berhasil menghadapinya dengan sabar, Mas."


Dengan penuh cinta dan kehangatan, mereka semua tersenyum. Kehidupan di pesantren mungkin tidak selalu mudah, tetapi dengan cinta, tawa, dan kekuatan keluarga, mereka berhasil melewati semua tantangan.


Dan begitulah, hidup Gus Afan dan Devi, bersama Gus Rakha dan Mala, penuh dengan kebahagiaan, canda tawa, serta cinta yang tiada akhir. Mereka tahu bahwa apa pun yang terjadi, selama mereka saling mendukung, hidup akan terus berlanjut dengan keindahan dan kebahagiaan yang abadi.


_TAMAT_



Halo ges,gimana bab terakhirnya,seru juga kan?.

Untuk kalian terimakasih yang sudah vote dan komen di ceritaku ini.untuk cerita "istri jahilnya Gus Afan",udah tamat ya.tapi insyaallah Aku akan buat cerita baru lagi kok. Tapi stay tuned aja ya!

Terimakasih untuk semuanya🙏🙏👋

Istri Jahilnya Gus AfanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang