Bab 22.Serli dan Danis

90 13 0
                                    


Halo gess,gimana dibab sebelumnya seru gak?,kalo seru vote ya!,dan sekarang happy reading ya buat kalian!😁😁

*******************************



Satu tahun telah berlalu, dan kini anak-anak dari pasangan Gus Afan dan Devi, serta Gus Rakha dan Mala, sudah mulai tumbuh besar.

Serli dan Danis, meskipun baru berusia satu tahun, sudah bisa berjalan dan mulai bicara meskipun masih dengan bahasa bayi yang sulit dimengerti.

Di rumah pesantren, kebahagiaan semakin terpancar, terutama dengan kehadiran kedua bocah kecil itu yang membawa keceriaan.



Pagi itu, Devi yang kini telah menjadi seorang ibu tetap tak bisa melepaskan sifat aslinya yaitu sang ratu jahil. Setelah menyiapkan sarapan dan memastikan Serli sudah rapi, Devi berangkat ke kelas dirosyah untuk mengajar kitab syafinah.

Sementara itu, Gus Afan sedang mengajar di kelas ibtida bersama Serli, yang selalu ikut bersamanya ke kelas. Hari ini, Gus Afan mengajar kitab akhlak.



Serli, yang lebih mirip ke Gus Afan dengan sifat pendiamnya, tampak bermain-main di depan kelas. Sesekali, ia menghampiri ayahnya dan kembali lagi ke tempatnya bermain.

Namun, tiba-tiba saat Gus Afan sedang menjelaskan materi kepada santri, Serli tersandung mainannya sendiri dan terjatuh.



"Waaah...!" tangis Serli pecah seketika, membuat suasana kelas berubah. Santri-santri terkejut dan saling pandang, bingung harus bagaimana.



Gus Afan, yang dengan cepat menghampiri putrinya, menggendong Serli dan menenangkannya.

"Shh, Serli, gapapa, Sayang anak Ayah jagoan. Nanti kalau main, pelan-pelan ya mainnya," ucapnya lembut sambil mengusap kepala anaknya.



Para santri tersenyum melihat betapa sabarnya Gus Afan menghadapi putrinya. Setelah beberapa saat, Serli pun kembali tenang dan duduk di pangkuan ayahnya.

Gus Afan melanjutkan pengajarannya, sementara Serli hanya duduk manis mendengarkan,sambil memainkan Boneka.



Sementara itu, di kelas ulya, Mala sedang mengajar kitab jurumiah dengan membawa putranya, Danis.

Namun, Danis terus merengek ingin pergi ke papanya yang sedang mengajar di kelas wustho. "Mama... papa," ucap Danis dengan suara kecilnya yang memelas, membuat Mala sedikit kebingungan.



"Layla,sari, tolong antar Danis ke Gus Rakha ya, dia ingin kesana" pinta Mala kepada salah satu santrinya. Santri tersebut mengangguk dan dengan hati-hati membawa Danis ke kelas wustho.



Setibanya di kelas wustho, Gus Rakha sedang menjelaskan tentang bab fiqih ketika terdengar suara salam dari pintu.

"Assalamualaikum, Gus. Afwan Ini, Danis ingin bersama Gus Rakha. Umi Mala yang memintanya diantar ke sini," kata santri tersebut sambil tersenyum.



Gus Rakha menoleh, melihat putranya yang sudah berada di depan pintu dengan senyum lebar.

"Oh, ya Allah, Danis, sini sama papa!" panggil Rakha sambil menghampiri anaknya. Danis langsung berlari ke pelukan ayahnya.



Para santri di kelas wustho tertawa kecil melihat pemandangan menggemaskan itu. Gus Rakha menggendong Danis dan duduk di depan kelas, sambil melanjutkan mengajar. Meski ada Danis di pangkuannya, Rakha tetap dengan lancar menjelaskan materi kepada para santri.


Tak lama kemudian, di sela-sela pengajarannya, Devi tiba-tiba masuk ke kelas Rakha dengan wajah penuh senyum jahil. "Bang Rakha, jangan terlalu fokus ngajar ya, nanti Danis malah jadi papa's boy!" candanya sambil tertawa kecil.



Rakha hanya menggeleng sambil tersenyum. "Lah, bukannya kamu juga sekarang mama's girl dengan Serli?"



Devi tertawa lebih keras, tak bisa menahan diri. "Hehe, ya mungkin saja. Tapi bang, hati-hati nanti Danis bisa lebih lengket sama papanya daripada ibunya!" godanya lagi sebelum akhirnya kembali ke kelasnya.



Hari itu penuh dengan tawa dan kehangatan. Meski mereka sibuk mengajar, kehadiran anak-anak mereka membuat suasana pesantren semakin hidup.

Serli dan Danis menjadi pusat perhatian, membawa keceriaan di setiap sudut pesantren.



Di akhir hari, saat Devi, Gus Afan, Mala, dan Rakha berkumpul di ruang keluarga, Devi pun tak bisa menahan diri untuk menggoda. "Gimana rasanya jadi papa super sibuk hari ini, bang?"



Rakha tertawa sambil melirik Mala. "Biasa saja sih, tapi kalau terus-terusan begini, bisa-bisa aku kalah saing sama Danis."



Semua tertawa mendengar candaan itu, sementara Serli dan Danis tertidur lelap di pangkuan orang tua mereka, menjadi bukti cinta dan kebahagiaan yang terus mengalir di tengah keluarga besar pesantren.








Istri Jahilnya Gus AfanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang