Seungcheol memandang kosong ke arah jendela besar di ruang kerjanya, namun pikirannya melayang jauh, berkecamuk dengan perasaan yang sulit ia jelaskan. Sudah berhari-hari sejak pertemuannya yang menyakitkan dengan Jihoon, namun bayangan wajah Jihoon yang penuh kekecewaan dan luka terus menghantuinya. Rasanya seperti ada sesuatu yang besar dan tak tergantikan yang telah hilang dalam hidupnya. Ketika Jihoon pergi malam itu, meninggalkannya sendirian di kafe, Seungcheol merasa kehilangan—bukan hanya seseorang yang ia cintai, tetapi juga satu-satunya pegangan dalam hidupnya yang penuh dengan tuntutan keluarga dan tanggung jawab bisnis.
Sejak saat itu, hari-hari terasa seperti berjalan tanpa arah, bahkan ketika ia mencoba membenamkan diri dalam pekerjaan. Jadwal yang padat, laporan, pertemuan bisnis yang penuh formalitas—semuanya seolah tidak cukup untuk mengalihkan pikirannya. Seungcheol mengakui, dalam hati, bahwa ia mulai mempertanyakan segalanya. Bahkan perjodohannya dengan Jeonghan terasa semakin memberatkan. Pernikahan yang dituntut keluarga itu awalnya ia anggap hanya sebagai kewajiban untuk menjaga hubungan baik antara dua keluarga besar. Tetapi kini, saat hubungannya dengan Jihoon merenggang, perjodohan itu terasa jauh lebih menyakitkan.
Saat ia termenung, suara televisi di sudut ruangannya tiba-tiba menarik perhatiannya. Layar menampilkan berita bisnis yang menyebutkan perusahaan Yoon dengan berbagai pujian, memuji langkah-langkah strategis yang berhasil meningkatkan nilai perusahaan di pasar global. Sekilas, berita itu tidak asing—ia tahu bahwa Yoon Group selalu mendapat sorotan positif. Namun, ada satu hal yang mengganggunya: reporter itu menyinggung ‘kerja sama strategis yang lebih intensif’ antara Choi Industries dan Yoon Group.
Kata-kata itu terasa ganjil di telinga Seungcheol. “Kerja sama strategis yang intensif?” gumamnya pada dirinya sendiri, keningnya berkerut. Choi Industries memang pernah bekerja sama dengan Yoon Group di beberapa proyek, tetapi pernyataan ini terdengar lebih dari sekadar kolaborasi biasa.
Rasa penasaran mulai menyelimuti pikirannya. Dengan cepat, ia mematikan televisi dan beranjak dari kursinya, mencoba mencari kepastian. Tanpa ia sadari, langkahnya membawanya keluar dari ruangannya menuju koridor kantor. Suasana di lorong terasa tenang, hanya ada beberapa pegawai yang berjalan cepat sambil memegang dokumen atau berbicara di telepon. Tetapi saat ia melewati beberapa pegawai di dekat lift, ia mendengar sesuatu yang membuatnya berhenti.
“Aku dengar perusahaan ini dalam proses merger dengan Yoon Group. Semuanya sudah dipersiapkan secara rahasia,” kata seorang pegawai dengan nada pelan, namun cukup jelas untuk membuat Seungcheol tersentak.
“Serius? Katanya, Choi Industries butuh suntikan modal untuk menutupi masalah keuangan besar,” jawab rekannya dengan nada cemas. “Jika merger ini jadi, perusahaan mungkin akan berubah sepenuhnya. Aku bahkan dengar Yoon Group akan mendapat sebagian besar kepemilikan aset.”
Darah Seungcheol mendidih mendengar percakapan itu. Merger? Permasalahan keuangan? Ini adalah pertama kalinya ia mendengar kabar seperti ini. Sebagai Wakil Direktur Perencanaan, seharusnya tidak ada yang luput dari pengawasannya, terlebih soal keputusan sebesar ini. Ia mendengarkan percakapan mereka sejenak, merasa tak percaya dan bingung, sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke ruangannya.
Duduk di kursinya, Seungcheol menarik napas panjang. Perasaan marah, terkejut, dan dikhianati bercampur menjadi satu dalam pikirannya. Ia merasa seolah disingkirkan dari perusahaan yang seharusnya ia kelola bersama keluarganya. Bagaimana mungkin ia, seorang Wakil Direktur, tidak tahu menahu tentang merger ini? Lebih buruknya lagi, ia tidak pernah mendengar satu pun dari keluarga atau kakeknya, yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di Choi Industries.
Perlahan, kemarahannya semakin memuncak, dan ia merasa tidak bisa diam saja. Pikirannya terfokus pada satu nama—Kakek Choi Byungsoo. Hanya kakeknya yang bisa memberikan jawaban atas semua ini, dan Seungcheol tidak akan menunggu lebih lama lagi untuk mendapatkannya. Dengan langkah cepat, ia meninggalkan ruangannya, menuju ruang kerja sang kakek yang berada di lantai paling atas gedung ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/381655054-288-k608455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] The Heirs : Quiet Flames [Jeongcheol]
FanficSeungcheol baru saja kembali dari Berlin setelah belasan tahun tidak menginjak kampung halamannya, tetapi baru saja satu minggu berada disana, ia harus menghadapi perjodohan dengan teman masa kecilnya, Jeonghan. Bussiness partner. Love & Hate Rela...