58. Asiah

15 1 0
                                        

Kirana dan Mita tampak berjalan beriringan di lorong Langgar Suci yang tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kirana dan Mita tampak berjalan beriringan di lorong Langgar Suci yang tenang. Setiap orang yang mereka temui langsung menundukkan kepala dengan takzim, tanda hormat terhadap sosok yang diyakini sebagai utusan Tuhan. Ketika suasana lorong mulai sepi, Kirana melirik ke arah Mita dan berbicara pelan, nyaris seperti sedang berbisik.

"Kak Mita, menurut Kakak siapa yang mungkin telah membocorkan tentang kemampuan teleportasi yang kumiliki pada Imam Besar?"

Mita terdiam sejenak, memutar pertanyaan itu dalam benaknya sebelum menjawab dengan hati-hati, "Entahlah, Kirana. Tapi, aku punya kandidat yang patut dicurigai. Bagaimana dengamu? Apa ada seseorang yang sedang kau curigai juga?"

Kirana tidak langsung menjawab, tetapi pikirannya tertuju pada satu-satunya pelayan pribadi yang ia miliki.

Siapa lagi kalau bukan Asiah. Karena gadis itu adalah orang yang paling sering berinteraksi dengannya, dan dia jugalah yang sering keluar masuk ke dalam bilik kamarnya.

"Kak Mita. Bisakah Kakak panggilkan Asiah untuk menemui ku. Aku ingin berbicara dengannya," perintah Kirana. Tujuannya, hanya ingin memastikan Asiah tidak membocorkan perkara kekuatan langkanya itu kepada orang lain, selain pada Imam Besar saja.

Mita segera melaksanakan perintah Kirana saat itu juga.

Tak butuh waktu lama, Mita datang bersama dengan Asiah. Gadis itu langsung berlutut di hadapan Kirana seolah meminta pengampunan. Raut wajahnya terlihat dipenuhi dengan ketegangan; kecemasan dan rasa takut jelas tergambar di sana, seolah ia baru saja tertangkap basah telah melakukan suatu dosa besar yang tak terampuni.

Kirana menatap Asiah tanpa ekspresi.

"Angkat wajahmu, Asiah. Apa yang membuatmu sangat ketakutan seperti itu? Apa kau telah melakukan dosa besar sampai kau menghindari bertatap mata denganku?" ucap Kirana membuat jantung Asiah kian berdegup kencang.

Asiah menelan ludah, bibirnya bergetar sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Maafkan saya, Nona Kirana, atas kelancangan dan ketidaksopanan saya yang sudah menyinggung perasaan Nona. S-saya hanya melakukan sesuatu yang menurut saya benar."

Kirana masih mengamati raut wajah Asiah tanpa berkedip. "Jika menurutmu yang sudah kau lakukan adalah sesuatu yang benar, lalu, mengapa kau meminta maaf padaku?"

Asiah semakin terombang-ambing dalam keresahan. Ia tidak bodoh; ia tahu Kirana sedang mengujinya saat ini. Panggilan mendadak yang ditunjukkan untuk dirinya-pasti terkait dengan laporan yang ia sampaikan kepada Imam Besar beberapa waktu yang lalu.

Laporan itu berisi pengakuan Asiah atas ketidaksengajaannya saat melihat Kirana menggunakan kemampuan teleportasi-sebuah kekuatan langka yang menurutnya sangat berbahaya. Kemampuan itu ibarat bom waktu yang bisa meledak kapan saja, membawa dampak mengerikan tak hanya bagi Langgar Suci, tapi juga seluruh rakyat Arutala. Asiah tak ingin tragedi kelam dari masa lalu kembali menghantui negerinya.

SELENOPHILE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang