Bagaimana saya bisa mencintai orang lain. Sedangkan hati ini sudah lama terpaut dengan satu nama.
-Bilal Abidzar Ar Rasyid
°°°
Di parkiran
Air mata Lea terus mengalir deras membasahi kedua pipinya. Langkah kakinya juga semakin berat serta tarikan nafas yang mulai tersendat sendat.
Papa Afzhal seolah mengerti dengan keadaan Lea. Ia langsung merangkul pelan pundak Lea serta memeluknya dengan erat. "Kamu nggak usah takut, nak. Sekarang udah ada Papa disini yang akan selalu menjaga kamu."
Tangis Lea semakin pecah dan pelukannya juga semakin erat. Semuanya masih seperti mimpi. Bagaimana tidak, jalan cerita yang sudah lama di rajut bersama kini harus hancur dalam sekejap mata.
Mama Lenka juga ikut mengelus ngelus kepala Lea karena mencoba menenangkannya.
"Lea?" Teriak Flora dan Angel serta ikut memecah fokus mereka.
Lea langsung melepas pelukannya serta menghapus air matanya dengan cepat.
"Are you okay?" Tanya Angel memastikan.
Lea langsung menarik nafas panjangnya sambil tersenyum getir karena menahan tangis. "Gue nggak papa!"
"Maafin kita, Ya! Kita berdua nggak bisa bantuin lo di saat lo lagi terpuruk kayak gini." Lirih Flora.
"Apasih? Gue nggak papa! Kenapa harus minta maaf? Kalian nggak salah kok!" Ucap Lea sambil berusaha tersenyum.
"Kita nggak mau ngajar disini lagi kalau nggak ada lo. Sambung Angel.
"Jangan gitu. Kalau kalian berhenti ngajar disini kasian Umi sama Abi. Mereka pasti tambah sedih." Lanjut Lea.
"Tapi kita nggak?" Ucap Flora.
"Nggak ada tapi tapian. Pokoknya gue minta lo berdua tetap ngajar disini." Tegas Lea serta ikut menyeka ucapan mereka.
Flora dan Angel langsung terdiam dan tidak menjawab sepatah katapun.
"Gue nggak mau ngelihat mereka kesepian." Lanjut Lea.
Sambil menarik nafas panjangnya, Angel langsung menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Iya udah. Demi lo kita berdua bakal tetap ngajar disini."
Lea langsung tersenyum sumringah sambil menatap wajah kedua temannya. "Nah gitu dong!"
"Iya udah kalau gitu. Gue balik duluan ya! Assalamualaikum." Lanjut Lea serta bergegas masuk ke dalam mobil meninggalkan mereka.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah." Jawab mereka semua serentak.
Disisi lain.
Dengan langkah yang sangat berat dan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya. Bilal juga ikut pergi meninggalkan pesantren. Kedua bola matanya terus berputar kesana kemari karena melihat setiap objek yang ia temui.
Ketika hendak melangkahkan kakinya keluar pagar. Bilal tidak sengaja berpapasan dengan Deren. Tapi, Deren dengan cepat memalingkan wajahnya seolah jijik. "Der?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [On Going]
Teen Fiction"Ini kisah tentang seorang anak perempuan yang di paksa menikah di usia yang masih sangat muda." Kita tidak pernah tau kehidupan kedepannya seperti apa. Bahkan satu detik kedepannya pun kita tidak akan pernah bisa menebak. Tugas kita sebagai seorang...