5

41 4 0
                                    


_____

Malam itu, setelah pertempuran yang melelahkan, Zean terbaring di ranjangnya, tetapi tidur tidak datang dengan mudah. Ketika akhirnya ia terlelap, mimpinya kembali mengunjunginya, membawa pesan yang sama seperti sebelumnya. Dalam mimpinya, dia berada di tempat gelap dan suram, dikelilingi oleh bayangan kegelapan yang menggoda dan menakutkan.

Suara misterius itu kembali berbicara, “Kekuatan ini bisa merenggut dirimu, Zean. Apakah kamu siap untuk mengorbankan segalanya, termasuk dirimu sendiri, demi kekuatan yang lebih besar?”

Namun, kali ini, Zean tidak merasa takut. Dia menegakkan kepalanya, matanya penuh tekad. “Aku tidak peduli jika harus tubuhku hancur sekalipun!” jawabnya, suaranya penuh keberanian dan keyakinan. “Yang penting, aku akan melindungi desaku dan orang-orang yang aku cintai. Jika itu harga yang harus dibayar, aku akan menghadapinya!”

Mimpi itu seakan terdiam sejenak, dan kegelapan di sekelilingnya mulai memudar. Suara misterius itu bergetar, seperti terkejut dengan jawaban Zean. “Begitu kuat keinginanmu. Namun, ingatlah, kekuatan juga membawa risiko. Pilihan ada padamu.”

Zean merasa ada sesuatu yang bergeser di dalam dirinya, seolah-olah energi yang berbeda mengalir ke seluruh tubuhnya. Dalam kegelapan itu, dia merasakan dorongan untuk bangkit dan berjuang lebih keras. Ketika bayangan mulai pudar, Zean terbangun dengan napas yang berat, jantungnya berdegup kencang.

Malam itu, dia tahu bahwa mimpinya bukan sekadar mimpi biasa. Itu adalah peringatan, tetapi juga sebuah tantangan. Zean bertekad untuk menghadapi apa pun yang datang, termasuk risiko kehilangan dirinya. Dia merasa bahwa kekuatan yang dia cari bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk melindungi orang-orang di sekitarnya, dan itu memberi semangat baru dalam jiwanya.

“Tidak peduli seberapa besar ancaman yang akan datang, aku tidak akan mundur,” bisiknya pada dirinya sendiri, bersiap untuk apa pun yang menanti di depan.

______

Setelah beberapa hari berlalu tanpa ancaman dari monster, suasana di desa semakin tenang. Warga mulai kembali ke rutinitas sehari-hari mereka, namun di dalam hati Zean, ada sedikit rasa kecurigaan. Dia tahu bahwa ketenangan ini mungkin hanya sementara, dan ancaman dari Raja Hades masih mengintai.

Sambil memikirkan cara untuk mempelajari kekuatan air, Zean berjalan menyusuri tepi danau yang indah dan luas, yang terletak tidak jauh dari desa. Danau itu dikelilingi pepohonan hijau yang rimbun dan udara segar yang menenangkan, tetapi tidak ada seorang pun di sekitarnya. Dia tahu bahwa di desanya tidak ada yang memiliki kemampuan untuk menguasai elemen ini, bahkan Fen pun tidak mengetahui bagaimana cara memanggil kekuatan air.

“Aku harus menemukan cara untuk belajar,” pikirnya, bertekad. Dia ingin menambah kekuatan yang dimilikinya agar bisa melindungi desanya lebih baik lagi.

Dengan semangat yang menggebu, Zean memutuskan untuk berenang di danau itu untuk menyegarkan tubuhnya. Dia melompat ke dalam air yang sejuk, menikmati sensasi dingin yang menyentuh kulitnya. Saat ia mengayuh dengan bebas, perasaan tenang menyelimuti dirinya. Namun, tiba-tiba, sesuatu yang aneh terjadi.

Sebuah tarikan kuat mendadak menarik kakinya ke bawah, membuatnya terkejut. “Apa ini?” serunya, berusaha melawan tarikannya. Zean mencoba menahan diri, tetapi daya tarik itu semakin kuat, membawa tubuhnya semakin dalam ke dalam air.

Dia berjuang untuk mendapatkan pegangan, tetapi air di sekitarnya mulai berputar dengan liar. Zean mengumpulkan keberanian dan memfokuskan energi di dalam dirinya. “Apa pun yang ini, aku tidak akan menyerah!” teriaknya dalam hati, mengaktifkan teknik angin yang sudah ia kuasai untuk membantu mengangkat dirinya ke permukaan.

Ketika Zean akhirnya berhasil menembus permukaan air, ia menarik napas dalam-dalam, berusaha memahami apa yang telah terjadi. Saat matanya beradaptasi dengan cahaya, ia melihat sebuah sosok misterius muncul dari kedalaman danau.

Sosok itu tampak anggun, dengan rambut panjang berkilau seperti air, dan mata berwarna biru cerah yang bersinar seperti permata. Ia mengapung di atas permukaan air, tampak tenang meskipun baru saja menarik Zean ke dalam.

“Siapa kamu?” tanya Zean, merasa tercengang dan bingung.

“Aku adalah penjaga danau ini,” jawab sosok itu, suaranya lembut dan menenangkan. “Kau datang dengan niat yang tulus, tetapi kekuatan air bukanlah hal yang bisa kau pelajari dengan mudah. Apa yang kau cari, Zean?”

Zean merasa jantungnya berdegup kencang, tetapi dia tahu bahwa inilah kesempatan yang dia cari. “Aku ingin belajar menguasai kekuatan air, untuk melindungi desaku dan melawan kegelapan,” ungkapnya dengan tegas.

Sosok itu menatapnya, seolah menilai tekad dalam diri Zean. “Jika kau ingin belajar, kau harus siap menghadapi tantangan dan mengorbankan sesuatu. Kekuatan ini tidak akan diberikan tanpa perjuangan.”

Zean mengangguk, bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan datang. “Aku siap. Apa pun yang diperlukan untuk melindungi orang-orang yang aku cintai.”

Dengan pernyataan itu, sosok penjaga danau mulai memunculkan kekuatan air di sekelilingnya, menyiapkan Zean untuk perjalanan pelatihan yang penuh tantangan.

_____

Zean tenggelam dalam latihan intensif di kedalaman danau, dikelilingi oleh keindahan air yang memancarkan cahaya biru. Di bawah pengawasan sosok penjaga danau, ia mulai belajar menguasai kekuatan air. Setiap hari, Zean mengasah kemampuannya, belajar mengendalikan arus dan menciptakan gelombang, menggabungkan teknik yang dia pelajari dengan keahlian angin yang sudah dimilikinya.

Namun, sementara Zean asyik dengan pelatihannya, kekhawatiran mulai merayapi desa. Chika, Fen, dan warga lainnya merasakan ketidakhadiran Zean yang semakin lama semakin mencolok. Mereka tidak tahu ke mana dia pergi, dan setiap hari yang berlalu, rasa cemas semakin dalam.

“Di mana Zean?” tanya Chika dengan wajah cemas, mengumpulkan warga di alun-alun. “Dia sudah menghilang selama beberapa bulan. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya.”

Fen, yang selalu menjadi penopang bagi Chika, mengangguk setuju. “Aku merasakan sesuatu yang tidak beres. Dia tidak biasanya menghilang begitu lama tanpa kabar.”

Warga desa yang lain mulai berbisik, membahas kemungkinan-kemungkinan terburuk. Beberapa berpikir mungkin Zean telah diserang oleh monster yang pernah mengancam desa, sementara yang lain khawatir bahwa dia mungkin terjebak dalam situasi yang berbahaya.

Chika tidak bisa duduk diam. “Aku harus mencarinya. Dia tidak boleh sendirian dalam kondisi seperti ini.” Tanpa berpikir panjang, Chika memutuskan untuk mencari Zean, bertekad menemukan jejaknya.

Dengan bantuan Fen, mereka memulai pencarian mereka di sekitar desa, bertanya kepada setiap orang yang mereka temui. Mereka menjelajahi hutan, pegunungan, dan bahkan danau, tetapi tidak menemukan jejak Zean. Semakin dalam pencarian mereka, semakin besar rasa cemas yang mereka rasakan.

Sementara itu, di kedalaman danau, Zean merasakan dorongan yang kuat untuk kembali. Dalam setiap latihan, ia teringat pada wajah Chika dan warga desa yang bergantung padanya. “Aku harus kembali sebelum mereka khawatir lebih jauh,” pikirnya, tetapi sosok penjaga danau mengingatkannya.

“Belum waktunya, Zean. Kamu belum sepenuhnya siap. Tapi ingat, jika kamu merasa mereka membutuhkanmu, kekuatan di dalam dirimu akan membimbingmu pulang.”

Zean memejamkan mata, mengingat semua kenangan indah bersama Chika dan teman-temannya. Dengan tekad baru, dia memfokuskan energinya dan merasakan arus air di sekelilingnya. “Aku harus pulang!” teriaknya dalam hati.

Dengan usaha terakhir, Zean mencoba mengerahkan semua kekuatannya, menciptakan gelombang air yang membawanya ke permukaan. Air yang berkilauan mengangkatnya, dan dalam sekejap, dia sudah berada di atas permukaan danau, melihat ke sekelilingnya.

Zean segera mengarahkan pandangannya ke arah desa yang terlihat dari kejauhan. Dengan perasaan lega dan rasa ingin tahu, dia meluncur ke arah desa, berharap bisa menemukan Chika dan menjelaskan ke mana ia telah pergi.






Cahaya Dalam Kegelapan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang