7

25 3 0
                                    

Happy reading

_______

Pada suatu hari, saat Zean dan Chika sedang berlatih di tepi danau, langit yang tadinya cerah tiba-tiba berubah gelap. Awan-awan tebal berarak cepat, menutupi sinar matahari. Suara guntur bergemuruh di kejauhan, seolah memberi peringatan akan sesuatu yang menakutkan.

“Zean, ada yang tidak beres!” kata Chika dengan nada cemas, menatap ke arah hutan di mana suara-suara aneh mulai terdengar. Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul sosok monster yang berbeda dari yang pernah mereka hadapi sebelumnya. Monster itu berukuran besar, dengan tubuhnya yang berotot dan kulit yang kasar, seolah terbuat dari batu. Matanya menyala merah menyala, menatap tajam ke arah mereka.

Zean merasakan jantungnya berdegup kencang. “Apa itu?” bisiknya, mencoba mencerna pemandangan menakutkan di depan matanya. Monster itu mengeluarkan suara mengerikan, bergema di udara, membuat gelombang getaran di sekelilingnya.

Chika segera menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. “Kita harus siap, Zean. Ini adalah monster yang berbeda. Kita tidak bisa meremehkannya,” ucapnya, fokus pada kekuatan penyembuhannya, bersiap-siap jika situasi memburuk.

“Benar,” Zean menjawab, berusaha menenangkan dirinya sendiri. “Aku sudah siap menghadapi apapun yang datang. Mari kita bertarung bersama!”

Monster itu mulai bergerak maju, menginjak tanah dengan langkah besar yang membuat tanah bergetar. Zean merasakan kekuatan dalam dirinya. Dengan gerakan cepat, ia mengumpulkan energi air, memfokuskan semua kemampuannya. Ia menciptakan dinding air di depan mereka sebagai perisai.

“Zean, hati-hati!” Chika berteriak, melihat monster itu mengayunkan tangan besarnya, berusaha menghancurkan perisai air yang telah dibuat Zean.

Perisai itu hampir runtuh ketika monster itu menghantamnya, tetapi Zean tetap fokus. “Aku bisa melakukannya! Bersiaplah, Chika!” teriaknya, menggunakan semua kekuatan yang ada untuk memperkuat perisai.

Dengan semangat, Zean meluncurkan serangan balasan, mengarahkan aliran air ke arah monster. Air berputar cepat, membentuk pusaran yang menakutkan. “Hidupkan! Serangan pusaran!” teriaknya, mencoba memukul mundur monster yang semakin mendekat.

Monster itu mengeluarkan suara menggeram, menolak terjatuh. Ia melawan serangan dengan mengayunkan lengan besarnya, berusaha menghancurkan pusaran air yang dibentuk Zean. Namun, Zean tidak mundur. “Kita tidak akan kalah!” ia berseru, menambah kekuatan air yang mengalir dari danau.

Chika tidak tinggal diam. Ia menyentuh tanah dan merasakan energi penyembuhan mengalir dalam dirinya. “Zean, aku akan membantu! Mari kita gabungkan kekuatan kita!” katanya, berusaha untuk menyembuhkan dan memberi dorongan semangat.

Dengan kekuatan gabungan mereka, Zean dan Chika bersatu untuk menghadapi monster mengerikan itu. “Ayo, kita bisa melakukannya!” Zean menegaskan, sambil terus mengarahkan aliran airnya.

Sementara itu, monster itu semakin marah dan agresif, menunjukkan taringnya yang tajam dan melangkah maju, berusaha mendekat untuk menyerang mereka.

“Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan desa kami!” teriak Zean, mengumpulkan semua keberanian dan energi dalam dirinya. Dalam sekejap, ia merasakan kekuatan baru bangkit, menggabungkan kekuatan air dan angin, menciptakan badai yang berputar di sekitar monster.

Dengan semangat juang yang tak tergoyahkan, Zean dan Chika bersiap untuk serangan berikutnya, bertekad untuk melindungi desa mereka dari ancaman yang paling menakutkan ini.

________

Setelah beberapa saat bertarung dengan monster besar yang mengerikan itu, Zean merasa kelelahan mulai menghampirinya. Namun, ia tahu bahwa mereka tidak bisa menyerah. Melihat monster itu semakin mendekat, Zean memusatkan semua fokusnya. Di dalam dirinya, ia merasakan energi yang belum sepenuhnya ia manfaatkan.

“Chika, aku akan mencoba teknik baru! Ayo kita gabungkan kekuatan kita sekali lagi!” Zean berteriak, berusaha mengalirkan kepercayaan diri kepada Chika.

“Baik! Aku akan melakukan yang terbaik!” jawab Chika, siap memberikan dukungan yang diperlukan. Ia menempatkan tangannya di tanah, menyalurkan energi penyembuhan yang ia miliki, memberikan dorongan kepada Zean.

Dengan napas dalam-dalam, Zean mengangkat kedua tangannya, memfokuskan energi dari kedalaman danau. “Tornado Air!” serunya, menciptakan pusaran air yang berputar dengan sangat cepat. Air dari danau berputar di sekelilingnya, membentuk tornado besar yang mulai menarik perhatian monster itu.

Monster yang awalnya tampak sangat agresif kini terperangkap dalam pusaran air yang diciptakan Zean. “Ayo, kita bisa melakukannya!” teriak Zean dengan semangat yang menggebu. Ia mendorong kekuatan tornado itu lebih jauh, semakin memperkuat aliran air.

Monster itu berusaha melawan, tetapi tornado itu semakin kuat, menariknya ke dalam dan membuatnya terhuyung-huyung. Zean terus mengarahkan energi dan kemampuannya, berusaha mempertahankan kendali atas tornado.

“Sekarang, Chika!” teriak Zean, memberi isyarat untuk Chika beraksi.

Chika segera mengangkat tangannya, menyalurkan energi penyembuhan untuk memperkuat tornado. “Kita tidak akan membiarkan monster ini mengalahkan kita! Bersatu!” katanya, menambahkan kekuatan penyembuhannya ke dalam pusaran air, membuat tornado semakin berkilau.

Dengan kombinasi kekuatan yang luar biasa, tornado air itu semakin besar, melawan setiap usaha monster untuk melarikan diri. “Hancurkan monster itu!” teriak Zean dengan keberanian. Semua energi dan fokusnya tercurah pada teknik Tornado Air yang sangat kuat ini.

Akhirnya, dengan satu dorongan terakhir, Zean mengerahkan seluruh kekuatannya. Tornado itu memuncak, melontarkan monster ke udara sebelum menghancurkannya dalam semburan air yang megah. Saat monster itu runtuh ke tanah, suara menggelegar bergema di seluruh hutan, menandakan bahwa mereka telah berhasil menumbangkannya.

Chika bersorak kegirangan. “Kita berhasil, Zean! Kau melakukan dengan sangat baik!” wajahnya bersinar dengan kebahagiaan, merasa bangga bisa bertarung di samping Zean.

Zean, yang masih terengah-engah, merasa lega dan puas. “Terima kasih, Chika. Kita berhasil bersama. Tanpa dukunganmu, aku tidak bisa melakukannya,” jawabnya dengan senyuman lelah.

Saat mereka berdiri di sana, melihat sisa-sisa monster yang telah kalah, Zean merasakan kepuasan yang mendalam. “Tapi kita tidak bisa lengah. Ini mungkin hanya awal dari tantangan yang lebih besar,” pikirnya, menyadari bahwa ancaman dari Raja Hades mungkin masih mengintai di luar sana.

“Yuk, mari kita kembali ke desa dan beri tahu semua orang tentang apa yang terjadi,” ajak Chika, menggenggam tangan Zean. Mereka berdua berjalan kembali menuju desa, bersiap untuk merayakan kemenangan mereka, tetapi juga menyadari bahwa perjalanan mereka belum berakhir.

Vote gess

Cahaya Dalam Kegelapan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang