04

2.8K 202 10
                                        

HAPPY READING














Entah apa yang telah terjadi, saat Jeno terbangun, ia mendapati dirinya berada di dalam sebuah kamar yang luas dengan kasur besar di tengahnya. Suasananya cukup mencekam dari sudut-sudut ruangan, ditambah sinar lampu yang remang-remang.

Dalam sekejap, Jeno mulai sadar kalau ini bukan kamarnya. Jantungnya berdegup kencang saat kenangan akan peristiwa sebelumnya melintas di benaknya. Jaemin, bajingan gila itu, memukul kepalanya menggunakan gelas hingga pingsan dan membawanya ke tempat yang tak dikenal.

Jeno menyentuh kepalanya yang kini dibalut oleh perban, ia merasa sangat bingung. Mengapa Jaemin melakukan semua ini padanya? Kenapa harus dia yang menjadi korban? Apa sebenarnya yang telah dia lakukan untuk pantas mendapatkan perlakuan seperti ini? Dalam benaknya, beragam pertanyaan berputar tanpa henti.

"Apa apaan ini!"

Jeno kembali dikejutkan ketika melihat salah satu kaki nya di rantai membuatnya tidak bisa kabur dari sana. Pandangannya menyapu ruangan itu, dan rasa takut mulai merayap dalam dirinya, Jeno sadar bahwa ia kini terjebak dalam situasi bahaya dan itu disebabkan oleh calon kakak iparnya sendiri yaitu Jaemin.

Setiap detik berlalu, rasa sakit fisik seakan tak sebanding dengan kepedihan emosional yang ia rasakan.  Jeno merasakan amarahnya mulai membara menyatu dengan rasa sakit hati dan kekecewaan yang mendalam.

"JAEMIN BAJINGAN GILA! KENAPA DIA MELAKUKAN HAL INI KEPADAKU" Teriakan Jeno menggelegar di seluruh ruangan.

Dengan nafas yang memburu karena emosi, Jeno menarik kakinya yang terikat oleh rantai. Dia terus menarik kakinya mencoba melepaskan rantai itu walaupun ia tau kalau hasilnya akan sia-sia.

Darah segar mulai mengalir di sekitar pergelangan kakinya, Jeno meringis kesakitan. Pada akhirnya ia menyerah, rantai itu tidak bisa di lepas.

Jeno merasakan frustrasi yang mendalam, semua perasaannya campur aduk, Marah, kesal, bingung, dan takut, semua emosi itu berperang dalam dirinya.

Tubuhnya terduduk pasrah di lantai, bersandar lemah ke sisi kasur, merasakan dinginnya permukaan. Dalam keheningan yang mencekam, pikirannya melayang mencoba merangkai makna dari semua ini.

"Sudah selesai?"

Suara itu membuat tubuh Jeno menegang seketika. Ia berdiri cepat, lalu menatap tajam ke arah sumber suara. Di ambang pintu, berdiri Jaemin, bajingan gila yang telah menculiknya.

Dengan kedua tangan dilipat di depan dada, pria berkacamata itu tampak tenang, seolah sudah lama berada di sana. Jeno merasakan amarahnya membakar, ingin sekali menonjok wajahnya.

Jaemin melangkah masuk dengan ekspresi datar, mendekati Jeno dengan langkah pelan yang menambah rasa cemas di udara.

"KENAPA KAU MELAKUKAN INI SEMUA SIALAN!" Jeno menarik kerah baju Jaemin.

Jeno menatap Jaemin dengan sorot mata yang begitu tajam, seolah setiap tatapan adalah jarum yang menusuk. Amarah yang membakar di dalam dirinya terlihat jelas, memancar dari matanya yang gelap dan penuh kebencian. Jaemin berdiri di sana, tidak bergerak, tidak berkata apa-apa. Hanya mata mereka yang saling bertemu.

"Santai sayang. Jangan terus berteriak, kasihan tenggorokanmu," ujar Jaemin dengan senyum licik yang menghiasi bibirnya.

Dengan gerakan perlahan, ia mengelus leher Jeno, jemarinya yang dingin menyentuh kulitnya, Jeno terkejut. Refleks, ia mendorong tubuh Jaemin menjauh dengan keras.

"Jangan menyentuh ku! dan satu lagi, jangan pernah menyebutku dengan kata sayang, itu MENJIJIKAN"

Karena amarahnya sudah tidak terbendungkan lagi, Jeno memukul wajah Jaemin dengan keras.Kepala Jaemin terhempas ke samping, namun dia hanya terdiam.

DARK ROMANCE (JaemJen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang