03

79 16 5
                                    

03| Perasaan yang menyiksa

"Fuck!"

Drey mengobrak-abrik seluruh barang di atas meja kerjanya. Dirinya kacau. Teramat sangat kacau. Diraihnya figura istrinya di meja dekat dinding. Dengan frustrasi bicara padanya seolah itu dapat membantu.

"Kemana kau Lilly! Kemana kau pergi!? Berikan aku tanda," katanya dengan gigi gemeretak. Lalu dicampakkannya benda itu hingga retak terbentur lantai. Sudah lima hari ini dia begitu pusing memikirkan dimana keberadaan Lilly.

Dan barusan saja dia menghubungi seluruh rumah sakit untuk yang ke sekian kalinya, tetap saja tidak ada laporan atas nama Lilly Angel Woods. Seperti wanita itu lenyap begitu saja. Seperti seseorang membawa lari istrinya.

Orangtuanya bilang bahwa mungkin saja Lilly terjun ke laut dan tubuhnya dimakan ikan hiu. Atau dia benar-benar meninggalkan kota ini karena tidak tahan berada di sekitarnya setelah apa yang Drey lakukan.

Adakah penyesalan di dunia ini yang terasa menyenangkan? Tentu jika itu menyenangkan, rasanya tidak akan mematikan seperti yang dirasakan Drey.

Setelah mengetahui Lilly hamil, Drey semakin berapi-api karena marah pada dirinya sendiri. Kenapa pada saat itu dia tidak mengejarnya saja? Kenapa dia malah diam mematung seperti bodoh? dan menunggu bahwa wanita itu akan kembali padanya seperti yang sudah-sudah.

Lilly hamil anaknya. Dan wanita itu membawa anaknya bersamanya adalah yang paling menyesakkan dada. Drey bertanya-tanya kenapa dia belum juga kembali padahal wanita itu walau semarah apapun, tidak akan pernah lama pergi dari rumah karena dia tidak punya siapapun. Tidak satupun teman yang dia miliki karena Drey selalu melarangnya berteman dengan siapa-siapa. Serta tidak mungkin dia kembali pada orangtuanya, wanita itu berasal dari keluarga yang tidak harmonis yang jelas tidak akan mau menerimanya lagi. 

Ayahnya kejam dan ibunya gila. Lilly sangat rapuh sampai saat mereka bertemu dan Drey mengulurkan tangannya untuk membantu rasa kesepian Lilly. Membuatnya bergantung hanya padanya. Jadi, pada dasarnya memang tidak akan ada lagi yang tersisa bagi Lilly selain Drey. 

Dengan dengusan amarahnya, Drey keluar dari ruangan itu untuk mencari siapapun dan apapun yang dapat membantu mencari jalan keluar atas masalah ini. Dengan tekad seperti itu,  Drey bersumpah tidak akan menyerah sebelum dia mencoba ribuan atau jutaan cara untuk menemukan wanita serta calon anaknya.

-o0o-

Lilly berdiri kikuk di hadapan Daphne yang dia anggap sebagai ibu mertuanya. Meskipun dia didandani dengan gaun yang amat cantik untuk acara malam nanti, Lilly masih tidak percaya diri.

Wanita itu sangat cantik dan elegan membuat Lilly merasa terintimidasi. Sekarang dia mengerti darimana ketampanan dan kecantikan anak-anak keluarga Winehouse.

Dan dari semua orang, Daphne adalah yang terbaik memperlakukannya. Kalau yang lain memandangnya dengan tatapan dingin, hanya Daphne yang hangat dan menganggapnya sebagai "manusia"... bukan sesuatu yang tak dianggap.

Kemarin makan malam pertamanya bersama keluarga itu sebagai menantu yang amnesia, dia masih belum terbiasa menghadapi betapa teraturnya keluarga Winehouse. Seperti semua orang merendahkannya. Kecuali Daphne.

"Apa Anda tau orangtua saya dimana?" tanya Lilly ketika Daphne membenarkan helaian rambut di pundaknya.

"Apa Drey tidak memberitahumu?" tanyanya setelah menyuruh Lilly memperbaiki lipstiknya.

Lilly mengerutkan dahi selagi dia menggeleng pelan. "Dia malah memarahiku karena banyak tanya."

Daphne tertawa. "Maafkan dia. Dia memang agak bermasalah dengan emosi."

NOT MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang