06

51 13 1
                                    

06| Mata biru

"Apa yang sudah kau lakukan di belakangku Eve? kita akan segera menikah!" suara Theo seperti sudah akan habis diserap rasa sakit akibat penghianatan yang diterimanya. Emosinya sudah seperti akan mencabut nyawanya dari ubun-ubun. Dia melihat beberapa foto Eve dengan laki-laki lain, berciuman, berpelukan, bercinta, dan pesan-pesan teks yang menyakiti hati Theo. 

Eve mengerutkan dahi. Sore ini Theo mendatangi rumahnya dengan membawa amplop kuning berisi malapetaka. 

"Kau menguntitku?" 

"Apa itu penting bagimu sekarang?" tanya Theo tak habis pikir. "Oh. Aku akan membunuh keparat itu di depanmu jika tak kau tunjukkan dimana dia sekarang."

"Please, Theo. Jangan sakiti dia." 

Mendengar Eve membela laki-laki lain di hadapannya membuat tatapan Theo sudah mengisyaratkan puluhan luka yang dibuat Eve dalam satu waktu. 

"Siapa nama model itu?" 

Eve menggeleng pelan selagi dia perlahan menunduk. 

Theo mencengkram rahangnya kuat hingga Eve menengadah paksa menatap Theo. 

"Katakan padaku." 

"Evan. Evan Sanders." 

Theo berkata pada Eve seperti itu adalah yang terakhir kali, "Tunjukkan keparat itu dimana. Atau kubongkar semua kelakuanmu pada keluargamu, pada media, pada semuanya, dan kita batal menikah." 

-0o0-

 Ketika menyuruh orang lain memantau Eve yang mencurigakan sejak dua bulan lalu, Theo mendapatkan banyak sekali bukti. Berulangkali Theo mempertanyakan kesetiaan Eve setiap hari, dan Eve selalu mengumbar janji setianya untuk tidak menghianati hubungan mereka. 

Kebohongan-kebohongan yang lahir dari lisan Eve membuat Theo muak. Dia muak melawan dirinya sendiri yang selalu penuh amarah terpendam. Dia muak menjadi pria yang hanya mencintai. 

Perlahan, percikan api menjadi lebih besar. Mereka menjadi sering bertengkar. Dan puncak dari segala badai adalah di hari itu. Dimana dia dalam keadaan kacau, di bawah pengaruh obat---menjemput Eve untuk menemui selingkuhannya. Theo menyimpan pistol berisi peluru di dashboard. Namun dia belum sempat melubangi jantung laki-laki itu,  ketika Eve lebih dulu tewas. Kini, Theo menyimpannya hingga tidak ada yang tersisa.

Amarah yang bercokol di dadanya. Sakit hati yang menekannya, kebenciannya pada Lilly yang merusak segalanya, dan juga Eve membuat Theo semakin kehilangan akal sehat. 

Ironi dari mencintai adalah tragedi. Namun ketika menatap mata wanita itu, dia penasaran apa yang membuatnya ingin mengakhiri hidup pada hari yang sama, ketika dia juga ingin mengakhiri hidup mereka semua.  

"Kau bilang kau suamiku." Lilly berujar.  

Theo bersidekap tangan---berdiri di hadapan Lilly yang sebetulnya sangat butuh pertolongan sesegera mungkin. 

"Kita bicarakan itu nanti. Tapi sebelum itu nyawamu harus diselamatkan lebih dulu." Kemudian Theo pergi mencari bantuan. 

Dia menyuruh Leona, satu dari dua pembantu untuk memberi Lilly makan karena dia belum makan malam. Setelah membantunya mengganti pakaian. Dengan terpaksa Lilly menerima suapan dari Leona walau hanya dua suapan saja. 

Sikap Mira dan sikap Leona sangat asing bagi Lilly. Sama seperti anggota keluarga Winehouse yang lainnya. Terkecuali Daphne, mereka semua memandangnya seperti orang lain. Padahal, jika dia benar anggota dari keluarga ini, bukankah sikap mereka agaknya harus lebih hangat lagi? 

NOT MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang