Suara tawa menggema di ruangan mewah yang hanya dihuni oleh dua orang yang sedang kasmaran itu. Glenca duduk manis di pangkuan Gabriel, seraya menyuapnya salad dengan gerakan yang playful. Setiap suapan yang diberikan Glenca diiringi tawa lembut yang mengalir dari bibirnya, menikmati ekspresi tersiksa pria itu yang berjuang melawan rasa jijik saat memakan sayuran.
"Kamu memang tidak suka sayuran?" tanya Glenca ceria, matanya bersinar penuh keceriaan saat ia menyuapkan potongan selada berikutnya ke mulut Gabriel.
"Dan kamu memang gemar menyiksaku?" Gabriel menjawab setengah mengeluh, meski senyum kecil tak bisa dihindarkan dari wajahnya. Ia menerima suapan itu walau sebenarnya sangat tidak menyukainya.
Hanya Glenca yang bisa membujuknya memakan sayuran yang ia anggap mengerikan. Entah sihir apa yang Glenca miliki sehingga Gabriel bisa begitu tergila-gila padanya. Setiap kali ia melihat wajah cantiknya, semua keluhan dan keberatan itu seolah lenyap.
"Kamu menyerah?" Glenca tertawa seraya mengecup bibirnya. Sedangkan Gabirel mengangguk manja sembari mendekap Glenca lebih mesra dari sebelumnya.
Di tengah suasana penuh canda tawa itu, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan Elise. Wanita paruh baya itu terkejut bukan main melihat adegan di hadapannya, barang-barang belanjaan yang ia bawa langsung berserakan di tanah. Rasa terkejut dan ketidakpercayaan tergambar jelas di wajahnya saat melihat putranya yang tampak begitu bahagia, duduk dalam posisi yang intim dengan seorang wanita.
"Ma..." Gabriel dan Glenca spontan saling menjauhkan diri, menciptakan jarak seolah tindakan mereka tadi adalah kesalahan besar.
Glenca segera berusaha bersikap sopan, senyumnya meredup. Ia tahu betul sifat Elise yang sangat ingin Gabriel segera menikah. Jika dia adalah pilihan Gabriel, sudah pasti Elise akan sangat menyukainya. Glenca tidak menyangka balas dendamnya akan semudah ini. Dalam hati, Glenca bertekad untuk merebut kasih sayang Gabriel dan Elise dari Laura. Segera! Dia akan merebut semua yang Laura miliki.
"Ini— siapa?" Elise akhirnya berkata, tersenyum dengan mata berseri-seri, tampak seolah ingin merayakan kebahagiaan yang baru ditemukannya.
"Kekasih," jawab Gabriel tegas, mendekap Glenca yang hanya menunduk malu, pipinya merona.
"Sudah lama?" tanya Elise, nada suaranya penuh harap, ingin mengetahui lebih banyak.
"Kami baru mengenal, tapi—" Gabriel berusaha menjelaskan, tetapi Elise tampaknya sudah tidak sabar.
"Apapun itu, Mama sangat senang!" Elise tiba-tiba menarik Glenca ke dalam pelukannya dengan penuh kasih sayang, seolah Glenca telah menjadi bagian dari keluarganya sejak lama.
Setelah itu, ia kembali menatap Gabriel, melihat putranya yang tampak segar, tampan, dan tidak berantakan seperti biasanya. Rambut halus yang biasanya membuatnya tampak kusam kini terpangkas rapi, menambah aura pria yang sedang jatuh cinta dan memiliki seseorang.
"Sayang, kamu sudah makan? Mama membawa hotdog dan jus buah dari Deli lokal Ohio. Ayo makan bersama!"
Namun ajakan itu berhenti ketika Elise menatap meja makan yang sudah dihiasi dengan pasta dan salad sayur—makanan yang sangat dibenci oleh Gabriel sejak kecil. Dan saat ini Elise baru saja menyaksikan keajaiban jika putranya yang biasanya menolak makanan itu, kini tampak rela memakannya hanya untuk menyenangkan Glenca.
"Mama langsung pada intinya saja, kapan kalian akan menikah?" tanya Elise dengan tawa bahagia, dan pertanyaannya meluncur seperti peluru. "Kapan?"
*****
Setelah mengantar Glenca pulang, Elise menunggu di ruang tamu, suasana hangat yang khas rumah mereka menemani ketidakpastian di hatinya. Wanita itu ingin berbicara empat mata dengan putranya, memastikan jika hubungan Gabriel dengan Glenca memang serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cost Of Revenge (On Going)
RomanceSetelah berhasil selamat dari percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh sahabatnya, Laura, dan tunangannya, Kevin, Gween memutuskan untuk menjalani operasi plastik dan mengganti identitas menjadi Glenca. Sekarang, dia kembali dengan misi balas dendam...