Sasuke senang mempelajari hal baru, terlebih bila itu menyangkut kedekatannya dengan Hinata. Menjadi bagian dari hidup perempuan itu. Meski membutuhkan waktu berhari-hari. Jika Hinata bilang bahwa perasaan cinta adalah perasaan di mana kau selalu ingin memberi kebahagiaan pada orang tersebut tanpa mengharapkan imbalan. Maka, Sasuke bisa mendefinisikan bahwa ia mencintai Hinata melebihi dirinya sendiri. Senyuman, tawa, kehidupan, dan kegembiraan, segalanya ingin Sasuke beri percuma pada perempuan beriris ungu itu. Jadi mengapa firasatnya berdengung seolah sedang memberi pertanda buruk?
Sasuke berjalan tergesa setelah menyelesaikan kebiasaan obrolannya dengan Ino. Lelaki siluman serigala itu, menghampiri kelewat antusias ke kediaman rumah kecilnya dengan Hinata. Ingin cepat bertemu dan mempraktekan apa yang sudah diajari Ino dengan sabar padanya. Kegiatan langkah itu terhenti sesaat sehabis melihat Hinata sedang berinteraksi dengan salah satu penduduk desa Apolonio. Tawa menawannya benar-benar mampu membuat Sasuke jatuh cinta ribuan kali seperti disihir. Jantungnya seolah tak pernah bosan untuk berdentum mengirim sinyal-sinyal memabukan. Candu dan mampu membunuh kinerja otaknya.
Pupil hitam khas lelaki itu perlahan bergulir menatap cerahnya langit biru membentang. Rasa-rasanya bila dunia merenggut tawa Hinata, Sasuke memilih ikut lebur tak bersisa. Maka bila ia mempunyai kekuatan untuk menghentikan waktu sekarang juga, akan ia lakukan sepenuh hati.
Ketika Hinata selesai berbincang, dan berjalan ke dalam rumah mereka. Tanpa pikir panjang, Sasuke mengikuti. Tangannya terulur memberi lingkaran dekapan besar pada Hinata yang membelakanginya. Hinata terdiam, menoleh bingung. "Ada apa?" tanyanya lembut dengan suara yang Sasuke harapkan bisa ia dengar setiap hari, seperti bangun pagi, atau beraktivitas. Aroma rambut Hinata memenuhi indera penciuman Sasuke.
"Aku merindukan, Hinata." balas Sasuke singkat dan spontan. Polos layaknya anjing yang baru saja kehilangan tuannya.
Tubuh Hinata terperanjat, yang kemudian ia membalikkan tubuhnya menghadap Sasuke sepenuhnya. Wajah memerah malu, karena Hinata tidak pernah terbiasa oleh sikap tak terduga yang dilakukan Sasuke. Sekali lagi, Sasuke itu benar-benar curang, dengan semua penampilan sempurna, wajah putih, dan rambut hitam itu bagaimana Hinata tidak merasa malu jika berhadapan dengannya? Meski memang benar Sasuke bukanlah manusia seutuhnya. "K-Kita selalu bertemu, kenapa kau merindukanku?"
Sasuke hilang suara dalam beberapa detik hanya karena melihat kegugupan Hinata yang harus Sasuke akui, ia sukai sekali. Pandangan Sasuke menurun ke bagian bibir Hinata yang berbicara. "Hinata apa boleh aku...," Alih-alih menyelesaikan kalimatnya, Sasuke malah mendekatkan wajahnya pada Hinata, dan begitu saja bibirnya bertemu dengan bibir Hinata. Masih hanya menempel saja. Sasuke menjauhkan diri sejenak. Menyorot linglung. Lalu, dua detik berikutnya Sasuke kembali mencium Hinata, membuka bibir, menggigit rakus bibir ranum Hinata yang baginya terasa manis.
"Aw," keluh Hinata tersentak kala bibir bawahnya tergigit di tengah keterkejutan melanda. Dan Sasuke tidak bisa menahan diri untuk tidak memperdalam ciuman mereka sembari memiringkan wajah. Mendorong kepala Hinata agar tidak lepas pada ciuman mereka sampai Hinata sesak. Ah, Sasuke sudah memutuskan bahwa, ciuman bersama adalah kegiatan favoritnya seumur hidup. Kaki Hinata melemas sehingga mengharuskan Sasuke untuk menjaga keseimbangan Hinatanya, dengan memeluk erat pinggang si gadis beriris pucat kuat-kuat. Menempelkan tubuh perempuan itu jatuh sepenuhnya padanya. Merasakan langsung bagaimana dada Hinata bergerak kembang-kempis, Sasuke tak bisa menutupi kesenangan mengetahui bagaimana kencangnya jantung Hinata berdetak.
Napas Hinata tercekat, ia memaksa mendorong dada bidang Sasuke agar menjauh. "A-Aku t-tidak bisa berh-bernapas, Sasuke. Shi-siapa yang mengajarimu melakukan semu-a ini eh..," Terjadi lagi, ciuman ketiga kembali berlangsung. Keras kepalanya Sasuke yang tidak mau membuang waktu hanya untuk melakukan obrolan ringan lebih memilih membungkam gadisnya. Siapa yang mau bercerita panjang lebar, jika yang ia inginkan adalah ciuman? Mengapa Hinata harus bertanya hal yang tidak perlu? Tidak bisakah mereka memadu kasih saja? Kedua mata Hinata mulai berkaca-kaca, ia kembali menutup mata paksa akibat sudah merona hebat. Tangan kepucatan Sasuke mengusap halus telinga kiri Hinata, memperdalam ciuman sampai memberi efek pada Hinata merasakan hawa merinding dipenuhi kupu-kupu lepas di perut.
![](https://img.wattpad.com/cover/208513067-288-k432949.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky
FanfictionDetik berubah menjadi menit menuju jam kemudian hari lalu minggu dan bulan, tahun berganti, langit masih berwarna biru, meski Hinata diharuskan menjadi tumbal bagi desa agar musim kemarau segera berakhir. "Bunuh perempuan itu!" sasuhina fantasi artn...