BEL pelajaran telah berbunyi. Siswa berhamburan keluar untuk memuaskan monster dalam perut mereka. Berbeda dengan Laras yang menekuri sekotak makanan yang ia bawa dari rumah. Putri duduk dengan tenang di sebelah Laras sambil sesekali menyeruput es jeruk pesanannya di kantin langganannya, tak lupa semangkok mie ayam bernampilan horor saking merahnya.
"Ras, kok perutku rada mules ya," racau Putri setelah menandaskan satu mangkok mienya.
"Put, gimana gak mules sambelmu sebanyak itu."
"Habis, mau gimana lagi Ras. Mood gue ancur gara-gara Pak Imam. Cara biar mood lagi ya makan, berhubung lagi BM mie ayam Bang Udin. Hajar aja deh, hehe."
Betul, mood sekelas hancur setelah rolling tempat duduk tadi pagi. Beruntung, Putri duduk dengan Rendra. Menurut sepenggal cerita Putri, Rendra orang yang cukup kompromistis. Putri cukup nyaman tapi kalau memilih duduk dengan Rendra atau dengan Laras, mending duduk dengan Laras sebab ia sering diajari Laras saat Putri tidak paham.
Lalu nasib Laras? Tidak usah kau tanyakan. Sudah duduk di belakang bersebelahan dengan Elang yang hobi tidur mana badannya yang sebesar gajah Sumatra itu hampir menghabiskan separuh meja. Apalagi Elang susah sekali dibangunkan. Alhasil Laras kesempitan dan beberapa kali bertanya tulisan di papan tulis pada orang sekitar. Terkutuk sudah mata rabun Laras.
"Duh. Temenin ke kamar mandi yuk, Ras. Sekalian ngembaliin mangkok sama gelas," gestur Putri yang berkali-kali mengelus perutnya dan ekspresi menahannya sangat mudah ditebak kalau ia mules. Laras hanya geleng-geleng kepala melihat perempuan yang lebih tinggi darinya itu.
"Gih, sebelum keluar di jalan."
"Ih Laras, nyebelin banget."
Laras tidak sempat menimpali perkataan Putri sebab sang empu mangkok mie yang masih di atas meja langsung ngacir ke kamar mandi. Otomatis mau tidak mau Laras membawa mangkok dan gelas tak bertuan itu.
Setelah mengembalikan mangkok dan gelas ke kantin tengah milik Mang Udin, kantin favorit Putri. Laras bergegas ke kamar mandi tak jauh dari kantin. Kantin Mang Udin spesialis mie ayam dan bakso saat itu sangat padat, sehingga Laras tidak ingin berlama-lama. Untungnya Putri sudah membayar sebelum membawa makanannya ke kelas.
Kondisi kantin yang sangat ramai menghambat aktivitas Laras. Manusia seperti tumpah ruah di kantin. Tak jauh di sana ada segerombolan anak-anak hits yang sedang tertawa terbahak-bahak terdiri dari beberapa anak basket dan beberapa cewek tercantik di sekolahnya duduk di spot ternyaman. Pojok terpencil sana ada anak-anak kelas satu yang masih lugu berdesakan karena tidak dapat tempat. Kemudian ada dua orang yang melambaikan tangan padanya di tengah sana. Laras kenal kedua orang itu, Adrian dan Rachel melambaikan tangan dan menyuruhnya bergabung dengan mereka. Mimik menolak terlihat di wajah Laras, dengan baik ia menolak karena sudah makan dan harus segera menuju kamar mandi. Adrian dan Rachel memahami.
Ini yang membuat Laras malas ke kantin, terlalu banyak interaksi sosial.
"Laras jadi gak suka gabung sama kita ya. Gak di sekolah gak di luar, selalu nolak kalau diajak kumpul," kata Rachel sedih.
"Dimaklumin Chel, diakan gak sekelas sama kita sekarang. Lo tahu kan Laras, manusia paling sibuk seantero dunia. Sekarang aja, keluar dari OSIS tapi tetep aja sibuk ambil les sana-sini."
.
Laras mengetik pada obrolan singkat pada ponselnya kunonya. Mempertanyakan apakah Putri masih di dalam kamar mandi sebab ia sudah menunggu di luar dan jam istirihat hampir habis. Laras memanggil nama Putri beberapa kali tapi tak juga ada sahutan. Ketika Laras membuka pintu luar kamar mandi, dirinya membeku.
Lewat kaca panjang yang terpampang di depannya terlihat jelas ada gerombolan perempuan yang berasa di sudut sana. Laras bisa melihat jelas lewat kaca itu, tapi mereka tidak menyadari kehadiran Laras.
Perempuan tinggi dengan rambut panjang yang diikal itu berdiri menyudutkan perempuan di depannya bersama satu temannya yang berdandan cukup menor. Target buruan mereka menunduk dalam sambil mengangguk-angguk. Perempuan tinggi dan juga sangat cantik itu tak lain dan tidak bukan adalah salah satu anak kelas XI IPS 5.
Laras terjebak dalam drama anak hits sekolahnya setelah salah satu dari perempuan itu menangkap sosoknya lewat kaca.
"Eh, Laras. Mau ke kamar mandi ya? Kita udah selesai kok."
Laras mengamati tingkah perempuan cantik itu dengan tajam, namun sang objek tanpa rasa bersalah melenggang pergi. Bukankah ini bentuk perundungan?
"Ras, gue cariin malah disini. Ada apa sih?"
"Kita bakal dapet masalah, Put."
"Hah?"
.
![](https://img.wattpad.com/cover/319874766-288-k616735.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
What We Liked Those Days
Novela JuvenilLaras, siswa paling pintar di SMA Nusantara tiba-tiba memilih untuk masuk jurusan IPS. Keputusannya itu disangsikan semua orang. Alih-alih belajar, Laras malah harus mengurusi kelasnya yang dipenuhi oleh bocah kematian dan anak-anak badung di sekola...