Sansa masih cukup kebingungan dengan apa yang tengah terjadi pada dirinya saat ini. Tubuh telanjangnya kini tengah terekspos di depan paman serta sepupunya.
Semua ini dimulai dari ayah dan ibu Sansa yang harus pergi ke luar kota selama tiga hari, karena panggilan kerja dan mereka pun menitipkan Sansa pada Edi, paman Sansa yang merupan kakak dari sang ayah. Di rumah sederhananya tersebut, ia hanya tinggal berdua dengan anak tunggalnya, Juna, yang sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar kelas dua. Oleh karena itu, Edi sama sekali tidak keberatan dengan kedatangan Sansa. Dia malah dengan senang hati menerima Sansa.
"Juna, ini ada kakak Sansa," ucap Edi yang mencoba memperkenalkan Sansa pada anaknya dengan antusias. "kakak Sansa akan tinggal bersama kita selama tiga hari jadi, Juna jangan nakal-nakal ya?"
"Iya!" jawab Juna sambil berlari ke arah Sansa. Ia memeluk kaki Sansa sembari berucap, "kak Sansa, bantu Juna belajar boleh?"
"ehh? Kak Sansa nggak terlalu pintar dalam pelajaran," jawab Sansa sambil mengelus pelan surai hitam Juna.
"tapi Juna pengen belajar bareng kak Sansa!"
"um ... gimana ya...." Sansa tampak berpikir keras. Di satu sisi, ia tak ingin mengecewakan Juna yang terlihat sangat ingin belajar dengannya akan tetapi, di sisi lainnya, Sansa tidak sepintar itu. Ia bahkan masih kesulitan untuk menghitung angka yang ada minusnya, padahal ia sekarang sudah duduk di bangku menengah pertama kelas tiga.
"papa punya ide! Tapi kita akan melakukannya pada malam hari, oke? Setelah makan malam," ucap Edi secara tiba-tiba, yang membuat Juna begitu antusias. Begitu pula dengan Sansa, yang tampak senang karena mungkin saja pamannya tersebut memiliki ide yang bagus agar ia bisa mengajari Juna tanpa menyesatkannya.
Tak diketahui Sansa, bahwa ide dari Edi sangatlah gila.
**
Dan di sinilah Sansa sekarang. Berada di atas kasur Edi dalam keadaan telanjang. Semuanya terjadi begitu saja, dan sudah sangat terlambat untuk dihentikan.
"jadi hari ini Juna bakal belajar apa, papa?" tanya Juna yang masih terlihat begitu antusias.
"hari ini, Juna bakal belajar tentang bagian tubuh manusia bersama papa, dan kak Sansa bakal jadi alat peraganya."
Manik Sansa terbuka lebar saat mendengar ucapan dari pamannya tersebut. Belajar bagian tubuh? Bukankah Juna terlalu dini untuk mempelajarinya? Dan juga, mengapa harus dia yang menjadi alat peraganya? Ini gila.
"p-paman, bukannya ini terlalu dini buat Juna?"
"tidak ada kata awal atau terlambat untuk mempelajari sesuatu hal, Sansa. Cepat atau lambat, Juna harus mengetahuinya. Jadi, tidak masalah 'kan?" Edi yang tadi tampak tersenyum, kini mengubah ekspresinya menjadi dingin kala melihat ke arah Sansa. "apa Sansa tidak mau membantu Juna belajar?"
"kak Sansa nggak mau bantu Juna belajar? Kenapa, kak? Juna ada bikin salah sama kakak ya?"
Sansa segera menggeleng pelan kala mendengar ucapan Juna tersebut. Tak ada pilihan lain, Sansa harus bersedia menjadi alat peraga untuk membantu Juna belajar. Ia pun memasang senyum paksa. "b-baiklah, aku akan membantu Juna belajar."
Full Access through Karyakarsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story (21+)
RomanceDi sinilah Sansa sekarang. Berada di atas kasur Edi dalam keadaan telanjang. Semuanya terjadi begitu saja, dan sudah sangat terlambat untuk dihentikan. "Jadi hari ini Juna bakal belajar apa, papa?" tanya Juna yang masih terlihat begitu antusias. "Ha...