Perjalanan

883 5 0
                                    


Meli berakhir duduk di pangkuan Deon karena ternyata barang bawaan mereka sampai memenuhi setengah dari seat belakang.

"Berat nggak kak..." tanya Meli sambil berusaha mempertahankan posisi duduknya hanya di ujung paha Deon karena merasa canggung.

Terlebih ketika tidak sengaja tonjolan tertutup celana jeans di bawahnya itu bertubrukan dengan bokongnya; dan memberikan efek pada selangkangan Meli yang Meli rapatkan karena saat ini gadis itu hanya mengenakan celana kain pendek sehingga gesekan-gesekan tidak disengaja itu lebih terasa di memeknya. Teman kakaknya itu berdehem dan malah menarik pinggang ramping Meli untuk mundur sampai punggungnya menyender pada Deon.

"Mundur dikit. Nanti kamu capek kalo duduk di ujung."

Aduh pas banget kena, batin Meli ketika tonjolan kontol Deon tepat di bawah lubang kawin milik Meli yang semakin berkedut. Meli sedikit takut teman kakaknya ini merasakan memeknya yang tidak berhenti berkedut dan semakin lembab. Memek milik Meli memang sangat sensitif menerima sentuhan apapun.

***

"Boleh kakak pegang nggak, memeknya?" Bisik Deon rendah di telinganya.

Anjing, mana ada orang yang meminta ijin menyentuh memek orang lain dengan seperti itu. Meli jadi semakin sange.

"Mhh- nanti keliatan yang di depan kak.."

Meli antara kepalang sange dan sedikit ngeri ketauan sang kakak.

"Enggak, kakak tutupin."

***

"Angkat dulu dek, kakak mau lepas ini sebentar." titah Deon sambil menepuk celananya.

"Enggak mau, mhh- jangan dimasukin sekarang kak, capek..." tau apa yang akan dilakukan Deon, Meli yang sudah lemas mendongak menatap wajah ganteng Deon dengan memelas. Alih memelas, Deon menangkap ekspresi Meli seperti undangan untuknya untuk digarap.

"Husstt, anak baik harus nurut." karena Meli juga sudah lemas, tidak sanggup menolak ketika badannya diangkat sedikit dan diposisikan sedikit menyandar pada seat bagian tengah.

***


Akses Lengkap di Karyakarsa, Link di bio

Short Story (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang