"Oliv." Panggil sang ayah begitu ia masuk setelah pergi bermain dengan teman-teman sang kekasih. "Dari mana?"
Olivia berjalan ke ruang tamu saat melihat sang ayah duduk di sana. "Kan tadi udah ijin sama papa, aku mau main sama temen-temen."
"Sama Brian juga?"
"Ya iya pah, kan kak Brian pacar aku. Gimana sih papa nih. Lagian aku juga dianter kak Brian kok pulangnya."
"Ya udah kalo gitu. Mandi gih, bentar lagi tante Irene sama om Frans mau dateng."
"Tumben pa tante Irene kesini."
"Mama kangen sama tante kamu."
"Mama mana sekarang?"
"Ada di dapur, lagi masak makan malem. Mending kamu mandi ntar bantu mama nyiapin makanannya." Olivia berdiri dan memberi gestur pamit pada sang ayah.
Sekitar dua puluh menit, Olivia akhirnya selesai bersiap. Ia turun dari lantai dua rumahnya menggunakan setelan piyama berwarna pink kebesaran dengan celana pendek yang tertutup atasan piyamanya.
"Kamu tuh, liv. Mau ada tamu kok pakaiannya kaya gitu sih."
Sang ibu langsung berucap begitu Olivia masuk ke dapur untuk ikut membantu sang ibu menyiapkan makanan.
"Cuma tante Irene sama om Frans aja kan, ma. Mereka kan bukan tamu penting. Jadi aku mau pake kaya gini aja, gerah ma pake baju panjang." Sang ibu hanya bisa menggeleng.
Sekitar satu jam lebih masakan yang ibu Olivia masak sudah jadi, dan semua sudah tertata rapi di atas meja makan. Dan tepat sepuluh menit setelahnya, sang tamu yang tidak lain dan tidak bukan adalah sang tante dan sang om datang dengan dua koper besar yang Frans tarik.
"Halo semua, selamat malam." Olivia yang saat itu tiduran di paha sang ayah pun langsung duduk dan melihat tante Irene dan om Frans yang baru saja datang.
"Tanteee." Olivia langsung berlari ke arah Irene yang kini sudah merentangkan tangan untuk Olivia yang berlari mendekat.
"Halo sayang. Gimana kabarnya."
"Baik tante. Oleh-oleh buat aku mana nih?" Irene tertawa begitu Olivia langsung meminta oleh-oleh padanya.
"Ada kok, nanti liat sendiri aja di koper yang kecil, itu isinya buat kamu semua."
"Wih, asyik nih kalo gitu."
Kini Irene sedang temu kangen dengan sang mama dan ayahnya, dan Olivia sendiri berdiri di depan Frans yang menatap dirinya.
"Kangen banget sama kamu, liv. Makin cantik aja kamu."
"Ahhh." Olivia mendesah tertahan begitu Frans sengaja menghentakkan bagian bawahnya yang masih tertutup pakaian ke bagian bawah milik Olivia.
"Kangen ngewe sama aku ya, om" Olivia berujar dengan suara berbisik.
"Iya dong." Jilatan di telinga Olivia rasakan setelah Frans berbicara.
Keduanya asyik bercumbu dengan sembunyi-sembunyi saat tiga orang lainnya juga tengah asyik berbicara dan berpelukan.
"Nanti malem, kamarnya jangan dikunci ya? Di koper itu, om kasih hadiah khusus buat kamu, dipake ya nanti." Frans melepas pelukannya dengan Olivia kemudian berjalan mendekat ke arah orangtua Olivia dan sang tante.
Ingin tau bagaimana kedua orang yang jelas-jelas berstatus paman dan keponakan itu bisa saling dekat dalam artian lain.
Olivia dan Frans itu usianya terpaut sepuluh tahun, Olivia yang saat ini usianya dua puluh tiga tahun, sedang Frans tiga puluh tiga tahun. Frans dan Olivia itu dulu adalah sepasang mantan kekasih, Olivia yang masih di awal jenjang perkuliahan dan Frans yang sudah mapan menjadi seorang direktur di perusahaan milik orangtuanya. Olivia yang saat itu masih berusia sembilan belas tahun dan Frans yang berusia dua puluh sembilan tahun. Keduanya berpacaran selama satu tahun, hingga keduanya memutuskan untuk berpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story (21+)
RomanceDi sinilah Sansa sekarang. Berada di atas kasur Edi dalam keadaan telanjang. Semuanya terjadi begitu saja, dan sudah sangat terlambat untuk dihentikan. "Jadi hari ini Juna bakal belajar apa, papa?" tanya Juna yang masih terlihat begitu antusias. "Ha...