Nama saya Karunia Lestari Ayunda, tapi teman-teman sering memanggil saya Leya. Nama saya memiliki arti yang dalam, "Karunia" berarti berkah atau keberuntungan, "Lestari" berarti abadi, dan "Ayunda" berarti harapan. Jadi, nama saya menggambarkan berkah abadi yang selalu diharapkan.
Leya adalah anak perempuan yang cantik, kulit nya putih bersih, yang penuh semangat. Dengan rambutnya yang selalu diikat rapi oleh ibu dan mata bulat yang selalu berkilauan, setiap langkah Leya seakan dipenuhi oleh energi yang tak pernah habis. Ia selalu menyambut pagi dengan gembira, mengisi hari-harinya dengan tawa yang menghangatkan siapa saja di sekitarnya. Di usia yang begitu muda, Leya sudah menunjukkan keberanian untuk mencoba hal-hal baru, selalu ingin tahu dan penuh rasa penasaran.
Kehidupan Leya penuh dengan momen-momen kecil yang indah. Misalnya, saat ia berlari mengejar kupu-kupu di halaman, tertawa saat gelembung-gelembung sabun beterbangan di udara, atau ketika ia mencoba meniru ibu saat mengajar. Ketika ia bosan bermain sendirian, Leya sering mengajak teman-temannya untuk bermain bersama di taman dekat rumah. Di taman itulah mereka tertawa bersama, berlarian, dan bermain petak umpet hingga sore hari. Kadang-kadang, Leya juga membawa boneka kesayangannya yang diberi nama "Nina si kaki panjang" karena kaki bonekanya yang panjang yang selalu menemani leya setiap harinya dan leya sering ajak boneka kaki panjang nya itu berbicara seakan boneka itu adalah sahabat sejatinya.
Sejak umur tiga tahun, Leya sudah akrab dengan kegiatan belajar, meskipun dalam bentuk yang sederhana. Ia sering duduk di sudut ruangan saat ibunya mengajar di TK. Leya melihat anak-anak lain yang serius belajar, dan meskipun ia lebih suka bermain, ada kalanya Leya duduk diam, ikut mendengarkan pelajaran yang diberikan ibunya. Ibu Leya adalah sosok yang sabar dan penuh kasih sayang. Saat mengajar, ibu selalu tersenyum dan memberikan perhatian yang hangat kepada setiap murid. Cara ibunya mengajar membuat Leya kagum, dan dia sering merasa bangga bisa berada di dekat ibu, seakan ikut menjadi bagian dari dunia yang penuh dengan pembelajaran itu.
Leya adalah anak yang kreatif. Suatu hari, ia mengikuti lomba menggambar di taman kanak-kanaknya, dan dengan penuh semangat ia memilih warna-warna cerah untuk gambar bunga yang ia buat. Ketika Leya berhasil memenangkan juara pertama dalam lomba tersebut, ia melompat-lompat kegirangan dan segera berlari memeluk ibunya. Senyum lebar terpancar di wajah Leya, dan sejak saat itu, Leya semakin menyukai menggambar dan mewarnai. Ibu dan ayah pun terus mendukung hobinya itu, sering kali memberikan kertas gambar dan pensil warna baru sebagai hadiah. Setiap hari, Leya menggambar berbagai macam, mulai dari bunga, hewan, hingga pemandangan yang ia lihat di sekitar rumahnya.
Tak hanya pandai menggambar, Leya juga suka dengan puisi. Ketika sekolah mengadakan lomba puisi, Leya dengan penuh semangat mengikuti lomba tersebut. Awalnya, Leya merasa gugup, tetapi dengan bimbingan ibu dan dukungan ayah, Leya berlatih berhari-hari di rumah. Ia berlatih mengucapkan kata-kata dengan lantang dan penuh ekspresi, meski kadang merasa lelah dan ingin berhenti. Namun, ibu selalu ada di sampingnya, memberikan dorongan semangat yang tulus. Pada hari perlombaan, Leya melangkah ke panggung kecil dengan hati yang berdebar-debar, namun ia mampu membacakan puisinya dengan lancar dan percaya diri. Ketika namanya diumumkan sebagai juara, Leya merasakan kebahagiaan yang begitu besar. Ia merasa bangga bisa membuat ibu dan ayah tersenyum bangga.
Yang membuat Leya semakin istimewa adalah kesungguhannya dalam menghafal ayat-ayat pendek dari Al-Quran. Saat ibu mulai mengajarkan ngaji surah-surah pendek, Leya menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Setiap malam sebelum tidur, ibu mengajarinya membaca ayat-ayat dan membantu Leya untuk mengingatnya dengan baik. Dengan penuh kesabaran, Leya berusaha menghafal setiap kata dan nada, walau kadang ia salah dan tertawa sendiri. Tapi ibu selalu tersenyum dan sabar membimbingnya. Ketika akhirnya Leya mampu menghafal beberapa surah, ibu sangat bangga dan memuji usaha keras Leya.
Dukungan ibu dan ayah selalu ada dalam setiap langkah Leya. Mereka tidak hanya mendukungnya dalam kegiatan belajar, tetapi juga selalu ada ketika Leya merasa sedih atau kecewa. Pernah suatu kali Leya kalah dalam sebuah lomba menggambar yang ia ikuti. Wajahnya tampak kecewa, dan matanya berkaca-kaca. Namun, ibu dan ayah menghiburnya dengan pelukan hangat, berkata bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Ayah dengan lembut berkata, "Leya, tidak apa-apa kalau kita kalah. Yang penting, Leya sudah berusaha dengan sungguh-sungguh. Lain kali, kita coba lagi, ya." Kata-kata itu membuat Leya tersenyum lagi, dan ia pun berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mudah menyerah.
Leya terus tumbuh menjadi anak yang cerdas, mandiri, dan penuh rasa ingin tahu. Setiap hari dalam hidupnya adalah petualangan baru yang dipenuhi dengan pembelajaran dan pengalaman yang berharga. Leya mulai belajar bahwa dunia ini luas, penuh dengan hal-hal baru yang menarik dan menantang. Dengan dukungan dari keluarga dan teman-temannya, Leya yakin bahwa ia bisa mencapai apa pun yang ia inginkan. Tidak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya, karena ia tahu bahwa selama ada niat dan usaha, ia akan selalu menemukan cara untuk berhasil.
Meski ia masih kecil, Leya sudah memiliki mimpi besar. Ia sering bercerita pada ibu bahwa suatu hari nanti, ia ingin menjadi seseorang yang bisa membantu banyak orang. Ia tidak tahu pasti apa yang akan ia lakukan kelak, tetapi keinginan untuk membuat orang-orang bahagia sudah tertanam dalam hatinya. Bagi Leya, hidup adalah tentang menjadi orang yang baik dan penuh kasih sayang, sama seperti ibu dan ayah yang selalu ada untuknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Jalan Hidupku Berbeda?
Novela JuvenilIni kisah hidupku.. Nama saya Karunia Lestari Ayunda, tapi teman-teman sering memanggil saya Leya. Nama saya memiliki arti yang dalam, "Karunia" berarti berkah atau keberuntungan, "Lestari" berarti abadi, dan "Ayunda" berarti harapan. Jadi, nama say...