"Gave me no compasses, gave me no signs
Were there clues I didn't see?"•••
Malam yang panjang sudah separuh terlalui, David memilih menghabiskan sisa-sisanya di tempat ini. Warung kopi pak Darto, tempat yang nyaman untuk menyesap secangkir kopi hangat dibawah lampu temaram berwarna jingga yang pak Darto sengaja pasang agar para pengunjung menemukan damai mereka di tempatnya berdagang. Kopi hitam dengan sedikit gula menjadi pilihan David malam ini, tak ingin terlalu cepat terlelap, meski kegelisahan yang masih setia memeluk kepalanya pun sudah cukup untuk membuatnya terjaga hingga pagi.
"Hari ini bukannya lu menang ya? Asem amat tuh muka"
David hanya melengos malas merespon, memilih menyulut satu batang rokok untuk melengkapi kopi hitamnya. Hembusan lain ia keluarkan, kepulan asap beberapa kali coba Nicky halau dengan tangannya, susah bicara dengan perokok aktif pikirnya.
"Rendy lagi?"
"Taulah Boy."
David sudah lama mengenal Kiboy dengan nama Nicky, nama aslinya. Tapi nama panggungnya itu keren menurutnya, dan mudah diucapkan. Jadi meski sudah lama berteman, David lebih suka memanggilnya dengan nama panggung, kadang ia merasa iri dengan nama karangan teman satu kampung halamannya itu.
"Ngapain lagi emang kali ini?" Nicky menyesap kopi susunya nikmat. Kopi hitam tak menjadi pilihannya karena sebenarnya ia ingin cepat tertidur malam ini, sebelum tiba-tiba David menelponnya meminta ditemani. Sebenarnya Nicky tak kaget dengan nama Rendy yang lagi-lagi hadir menjadi topik pembicaraan mereka berdua. Yah daripada membahas tentang jeleknya klub bola yang ia dukung akhir akhir ini, sepertinya membahas curhatan David mengenai 'lagi-lagi Rendy' lebih menarik.
"Gua ngaku, gua suka sama dia." Kopi susu tak jadi dinikmati, Nicky tersedak dengan ucapan David
"Si anjing confess juga akhirnya, terus gimana? Diterima gak?"
"HADEHH kalo segampang itu kaga bakal gua nongkrong disini sekarang sama lu" David menjatuhkan kepalanya ke meja, mengacak-acak rambutnya sendiri kesal
David menjelaskan lagi apa yang terjadi selepas pertandingan tadi runtut, tak meninggalkan satupun detail. Nicky yang mendengarkan seksama mengubah wajahnya menjadi malas di penghujung cerita, teman karibnya yang satu ini terlalu payah dalam masalah hati.
"Yaelah, itu confess apa ribut?"
"Ya gua capek Boy dibikin ngerasa spesial sama orang yang gua suka, tapi dia gak pernah nganggep gua serius. Emang salah kalo gua marah?" Nicky dibuat berpikir dengan penuturan David, sebungkus sukro menjadi penyokongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIXING US. Skylar X Dyrenn
FanficWhen you lose something you can't replace. When you love someone, but it goes to waste. Could it be worse? • • • • • Riu notes: Not real, halu, jangan dibawa ke dunia nyata. Written like a fever dream, will be fixed sepanjang waktu berjalan.