Terombang-ambing

18 0 0
                                    

Happy Reading

*

*

Seraphina tiba ketika baskara sudah seperempat menenggelamkan wujudnya. Semuanya disebabkan pegawai shift sore melakukan absen tanpa konfirmasi. Berujung waktu Seraphina yang harus dikorbankan, setelah pemilik toko meminta tambahan waktunya. Seraphina yang memiliki kemurahan hati, tentu enggan menolak.

Melihat ke arah garasi, Seraphina menghela napas lega. Hanya satu mobil yang terparkir dari total empat mobil. Tandanya penghuni rumah sedang keluar. Bergegas Seraphina masuk setelah mengucapkan salam.

"Kak Sera," panggil salah satu dari adiknya.

Si kembar— Sabala dan Sagara— berlari memeluk Seraphina. Jujur saja selama tinggal di rumah ini, intensitas pertemuan Seraphina dan kedua adiknya menurun. Terlebih kamar mereka berada di lantai bawah.

Ini saja, seharusnya Seraphina bersyukur karena si kembar berada di rumah. Sejak Gendis mengklaim akan menjadi orang tua Sabala dan Sagara, rentetan kesibukan sudah Gendis siapkan. Katanya supaya Sabala dan Sagara banyak mempelajari skill, memudahkan mereka ketika memasuki dunia kerja. Hidup penuh kelimpahan memang memudahkan orang menyusun rencana.

Seraphina membawa kedua adiknya menuju sofa ruang keluarga. Berbincang hangat seperti kebiasaan di rumah peninggalan orang tua mereka. "Tadi kalian les apa?"

"Sains, kak Sera. Diajarnya sama miss Sawitri. Soalnya miss Kinanti lagi sakit."

"Kasihan miss Kinanti."

Seraphina tertarik dengan pembicaraan adiknya. Terlebih melihat wajah Sabala yang sudah menunjukkan gurat prihatin, "miss Kinanti sakit apa?" tanyanya penasaran.

"Kata miss Sawitri, miss Kinanti lagi tri—trisester apa sih, Saga?"

Sagara mengangkat bahunya tidak tahu. "Intinya miss Kinanti lagi hamil muda," paparnya menyederhanakan informasi yang didapat dari miss Sawitri.

"Trimester," sahut Seraphina membenarkan.

"Iya, itu." Sabala bersorak bangga dengan Seraphina yang berhasil menebak. "Kak Sera pasti udah belajar tentang kehamilan, 'kan?"

Senyum Seraphina luntur begitu saja. Pertanyaan Sabala seolah mengulitinya— lebih dari itu, Seraphina bahkan sudah mempraktekannya. Tiba-tiba suasana hatinya kembali meredup. Perasaan asing tentang kehamilan menerpanya. Membuat mimik wajahnya berubah tegang seketika.

"Kak Sera sakit?" tanya Sabala— anak laki-laki yang lebih peka akan sekitar.

Seraphina menggeleng, "perut kak Sera cuma lagi enggak enak aja."

"Kak Sera hamil?"

"Tau darimana?" Seraphina tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Pertanyaan Sagara terlalu tiba-tiba.

"Jadi kak Sera beneran hamil?" Kini Sabala yang bertanya.

Seraphina berdeham sekali. Menetralkan kegugupannya. "Kalian tau darimana kalo orang sakit perut berarti hamil?"

"Miss Sawitri bilang kalo perut miss Kinanti sakit."

Tangan ringkih itu mengelus punggung kedua adiknya. "Dengarin kak Sera, enggak semua orang sakit perut itu lagi hamil. Kalian pernah 'kan sakit perut? Tapi di dalam perutnya enggak ada bayi."

Sabala dan Sagara mengangguk mengerti. Penuturan Seraphina sedikit banyak menambah pengetahuan mereka. Percakapan itu kembali berlanjut hingga Seraphina memutuskan untuk membersihkan badan.

P E N D A R (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang