Hari itu, Ryujin dan Hyunjin terpaksa bekerja bersama dalam sebuah proyek kelompok kelas. Meskipun mereka tidak terlalu akrab lagi setelah kejadian-kejadian yang lalu, mereka tetap harus menyelesaikan tugas. Ryujin bisa merasakan ketegangan di udara, meskipun mereka hanya berbicara seperlunya.
"Jadi, kita bagi tugasnya gimana?" tanya Hyunjin, membuka percakapan.
Ryujin menatap laptop di depannya, mencoba fokus pada pekerjaan. "Lo ambil bagian ini, aku bagian itu," jawabnya singkat, sambil menunjuk dokumen yang ada di layar.
Hyunjin mengangguk pelan, lalu kembali menatap laptopnya. Suasana di antara mereka terasa canggung. Tidak ada lagi candaan seperti dulu, tidak ada lagi saling berbicara dengan nyaman. Semua terasa asing.
"Ryu..." Hyunjin membuka percakapan lagi, kali ini suara lebih pelan. "Lu nggak apa-apa kan? Sejak kemarin lo... agak beda."
Ryujin mengangkat wajah, menatap Hyunjin dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Gue baik-baik aja, Jin. Udah, fokus aja sama tugasnya," jawabnya, berusaha menutupi perasaannya.
Hyunjin hanya diam, mencoba membaca situasi. Meski ia ingin bertanya lebih banyak, ia tahu sekarang bukan waktu yang tepat. Jadi, mereka hanya melanjutkan kerja dengan diam, hanya sesekali bertukar kata untuk menyelesaikan proyek itu.
Setelah beberapa jam bekerja bersama, akhirnya tugas kelompok mereka selesai. Ryujin memutuskan untuk pergi lebih awal, ingin segera keluar dari ruang kelas dan menghindari Hyunjin lebih lama lagi.
Saat ia menuju keluar kelas, matanya tidak sengaja menangkap pemandangan yang membuat hatinya semakin sakit. Di luar kelas, ia melihat seorang cewek menghampiri Hyunjin. Cewek itu tersenyum manis, dan Hyunjin membalas senyumannya. Tanpa banyak bicara, cewek itu naik ke motor Hyunjin, dan mereka berdua berangkat pulang bersama.
Ryujin terdiam di tempat, matanya terbuka lebar. Rasanya seperti ada sesuatu yang tajam menusuk hatinya. Dia melihat mereka pergi, tertawa bersama, dan perasaan cemburu yang tak bisa dihindari muncul dalam dirinya. Apa yang dia rasakan sekarang bukan hanya sekadar kesedihan, tetapi juga kebingungan yang mendalam.
Ryujin berjalan pergi dengan langkah yang berat. Sementara di hatinya, ada sebuah perasaan yang tak bisa dijelaskan—sesuatu yang lebih dari sekadar kesakitan. Sesampainya di taman dekat sekolah, Ryujin duduk di bangku kosong, menundukkan kepala. Air matanya mulai menetes tanpa bisa ia cegah lagi.
"Kenapa sih gue segalau ini?" gumamnya dalam hati, suaranya hampir tak terdengar.
Matanya yang memerah karena menangis, menatap kosong ke depan. Dia merasa seperti kehilangan sesuatu yang sangat berarti, tetapi dia juga tidak bisa melawan kenyataan itu. Hyunjin sekarang dekat dengan orang lain, dan Ryujin tidak bisa berbuat apa-apa.
Tak lama, Chaeryeong datang mendekat dan duduk di samping Ryujin. "Jin..." Suaranya lembut, mencoba menenangkan sahabatnya yang sedang terluka.
Ryujin hanya mengangguk, membiarkan dirinya terdiam. Chaeryeong memeluknya pelan, memberi kenyamanan yang sangat dibutuhkan saat itu. "Gak apa-apa, Ryu. Semua bakal ada waktunya. Lo nggak sendirian."
Air mata Ryujin terus mengalir, dan Chaeryeong hanya bisa menepuk punggungnya, memberi ruang untuk sahabatnya menangis. Semua perasaan yang selama ini tertahan, akhirnya keluar begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
make you mine - hyunjin x ryujin
Fanficterinspirasi dari make you mine challenge tiktok