13- Desired steps

32 2 0
                                    

Pagi itu, Jake bangun dengan perasaan yang sedikit berbeda. Biasanya, perasaannya akan campur aduk setiap kali mengingat masa lalunya dengan Heeseung, tapi kali ini ada semacam ketenangan yang membalut hatinya. Mungkin kehadiran Sunghoon benar-benar membantu dirinya untuk menemukan kembali kepercayaan dan kebahagiaannya.

Jake turun ke ruang makan dan bergabung dengan keluarganya untuk sarapan. Suasana di meja makan seperti biasa hangat, penuh dengan percakapan ringan yang menambah energi untuk memulai hari.

“Jake, gimana hubungan kamu sama temen-temen sekolah?” tanya Lily sambil tersenyum penuh arti.

Jake tersipu, sedikit tidak nyaman karena sering mendapat perhatian dari kakaknya tentang teman-temannya, terutama Sunghoon. “Baik kok, Kak. Sunghoon, Jungwon, Kyujin, sama Sakuya selalu ada buat aku.”

Eunwoo tersenyum tipis, lalu mengusap kepala Jake dengan sayang. “Baguslah, Jake. Teman yang baik itu anugerah. Jangan pernah ragu untuk mengandalkan mereka, ya?”

Jake mengangguk, merasa terharu. Kakak-kakaknya selalu mendukungnya, dan kehangatan mereka membuatnya yakin bahwa apa pun yang terjadi, ia tidak pernah sendirian.

---

Setibanya di sekolah, Jake langsung disambut oleh Sunghoon yang sudah menunggunya di gerbang.

“Pagi, Jake!” sapa Sunghoon dengan senyum cerah.

Jake balas tersenyum. “Pagi juga, Hoon! Hari ini kita ada kelas tambahan ya?”

Sunghoon mengangguk. “Iya, ada kelas tambahan matematika. Tapi tenang, gue udah siapin catatan biar kita gak ketinggalan.”

Jake tersenyum penuh syukur. Sejak dulu, Sunghoon memang selalu perhatian dan peduli padanya. Bersama Sunghoon, Jake merasa tenang dan tidak pernah merasa terbebani oleh masalah-masalah yang datang.

Saat mereka berjalan menuju kelas, tiba-tiba saja mereka bertemu dengan Heeseung yang sedang berdiri di dekat lorong. Jake sempat terpaku sejenak, hatinya terasa campur aduk melihat wajah mantan kekasihnya. Heeseung yang juga menyadari kehadiran mereka, hanya bisa memandang Jake dalam diam, seolah ada sesuatu yang ingin ia katakan namun tak sanggup diungkapkan.

Sunghoon, yang menyadari situasi canggung itu, dengan lembut menarik tangan Jake dan mengajaknya berjalan lebih cepat. Jake hanya mengikutinya tanpa banyak bicara, merasa bersyukur karena Sunghoon selalu tahu cara membuatnya merasa nyaman.

Setelah mereka cukup jauh dari Heeseung, Sunghoon menoleh ke arah Jake dan bertanya dengan lembut, “Lo gak apa-apa, Jake? Tadi lo keliatan sedikit tegang.”

Jake menarik napas dalam-dalam, berusaha mengatur emosinya. “Gak apa-apa, Hoon. Mungkin gue cuma belum sepenuhnya bisa ngelepas semua kenangan masa lalu. Tapi gue yakin, perlahan gue pasti bisa.”

Sunghoon menggenggam tangan Jake sejenak, memberi dukungan tanpa perlu banyak kata. “Gue selalu ada buat lo, Jake. Ingat itu.”

Jake tersenyum kecil, hatinya terasa lebih ringan. “Thank you, Hoon.”

---

Hari-hari berlalu, dan Jake semakin merasa nyaman bersama Sunghoon. Mereka semakin dekat, dan banyak teman di sekolah yang mulai melihat kedekatan mereka sebagai tanda bahwa mungkin ada sesuatu yang lebih antara Jake dan Sunghoon.

Di kelas, Jungwon, Kyujin, dan Sakuya sering kali menggoda mereka. “Jake, gue perhatiin akhir-akhir ini lo makin deket sama Sunghoon ya?” goda Jungwon dengan senyum jahil.

Jake tersipu, sementara Sunghoon hanya tertawa kecil. “Ya gimana, dong? Gue kan cuma mau bantu Jake buat bahagia,” jawab Sunghoon sambil mengedipkan mata ke arah Jake, membuatnya semakin salah tingkah.

Sakuya dan Kyujin tertawa melihat reaksi Jake yang malu-malu. Mereka tahu betapa Sunghoon peduli pada Jake, dan dalam hati  berharap agar hubungan mereka bisa menjadi lebih dari sekadar sahabat.

Namun di sisi lain, Heeseung tak bisa menahan perasaannya. Setiap kali melihat Jake dan Sunghoon semakin dekat, ada rasa perih yang menghantui hatinya. Meski ia mencoba merelakan Jake, kenyataannya sulit baginya untuk melihat orang yang dulu ia cintai berbahagia dengan orang lain.

---

Di suatu sore setelah pulang sekolah, Sunghoon mengajak Jake berjalan-jalan di taman. Mereka berdua duduk di sebuah bangku, menikmati angin sore yang sejuk sambil berbincang-bincang ringan.

“Jake, lo tahu gak? Gue bener-bener seneng bisa deket sama lo,” ucap Sunghoon tiba-tiba, membuat Jake terkejut.

Jake menatap Sunghoon, merasa hatinya berdebar. “Gue juga seneng bisa punya temen kayak lo, Sunghoon. Lo selalu ada buat gue, dan gue bener-bener hargai itu.”

Sunghoon tersenyum lembut. “Gue cuma mau lo tau, Jake, kalau lo gak perlu ngelewatin semua ini sendirian. Kapan pun lo butuh, gue pasti ada buat lo.”

Jake merasakan kehangatan yang tulus dari kata-kata Sunghoon. Dalam hatinya, ia merasa bahwa mungkin, perlahan-lahan, ia mulai merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan untuk Sunghoon.

---

Di rumah, saat Jake sedang duduk di kamarnya, ia memikirkan semua perasaannya. Memikirkan tentang Heeseung yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya, dan Sunghoon yang kini mengisi hari-harinya dengan kebahagiaan yang berbeda. Hatinya bimbang, namun ia tahu bahwa hidupnya harus terus berjalan.

Dalam keheningan malam, Jake berbisik pada dirinya sendiri, “Mungkin ini saatnya gue bener-bener membuka lembaran baru.”

Dengan perasaan yang campur aduk, Jake menutup matanya, berharap bahwa hari esok akan membawa kebahagiaan yang ia cari. Mungkin, bersama Sunghoon, ia bisa menemukan kebahagiaan yang baru.

Choices (sungjake) (Heejake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang