Chap 7 : See You Again

105 20 2
                                    

Sean sampai di Perancis tempat tujuannya tercapai dia berjalan mencari unit apartemen Kean sebelum kesini dia pergi ke rumah sakit terlebih dahulu ada Leon yang senantiasa mendampingi nya.

Tepat di pintu apartemen Kean , Sean melamun menatap pintu itu dalam diam. Hingga suara Leon memecah pikirannya

" sebaiknya kita pergi tuan "

Leon merasa ini semua sia sia tuannya memang gila, orang sakit seperti ini berkeliaran bebas

mungkin orang orang tak akan mengira bahwa dia Sean orang baru saja selamat dari maut karena dengan tampang nya yang dingin dan sorot matanya yang tajam

jika dilihat dari dekat dan lebih teliti ada kerutan kesakitan di keningnya ditambah keringatnya yang sebesar biji jagung 

Leon yakin tak ada yang akan sekuat dan segila Sean memaksakan diri untuk berjalan sendiri bahkan langkahnya tegas tidak goyah

" pergi , Leon. "

" saya akan mencari hotel untuk saya tinggali disini tuan, setelah ini "

" pergi. pulang. ke rumah "

" tidak bisa tuan, saya akan pulang setelah anda "

" perintahku, pergi temui keluarga mu "

" tentu, tuan saya akan pulang ke jakarta bersama anda "

" aku bilang pergi Leon ! perlu aku ulangi dua kali, apa perintah ku kurang jelas bagimu ?! "

Sean sudah jengah dengan perkataan Leon dirinya tidak selemah apa yang Leon pikirkan

lain di hati Leon yang bimbang dia tidak bisa meninggalkan Sean dengan kondisinya yang seperti ini

di satu sisi tidak bisa membantah makin banyak argumen yang dia keluarkan makin jengkel Sean itu pasti merusak kesehatannya

jika sudah seperti ini Leon hanya bisa pasrah menerima

" sesuai perintah anda. saya permisi "

Leon berbalik melangkah menjauh dari Sean ada rasa khawatir di benaknya tapi dia paling tau bagaimana sikap Sean

tuannya tidak akan jatuh atau mati begitu saja Leon khawatir tentang apa yang di bicarakan dokter dan reaksi Kean setelah melihat Sean

dia harus mengesampingkan itu semua ini perintah tuannya sekarang tujuan nya rumah nya, istri dan anaknya yang lama tidak ia jumpai

rasanya dirinya tidak tau diri Leon yang bahagia melihat keluarga nya Dengan keadaan Sean yang seperti ini

pasti ini semua ada alasan nya , tuannya tidak pernah memerintahkan hal yang tidak perlu dan sia sia sekarang dia hanya perlu menikmati hadiah yang diberikan sean

sedangkan disini Sean sedang berdebat dengan perasaan dan tubuhnya, dia benar benar tidak bisa menahan tubuhnya sendiri

mungkin orang lain melihat dirinya berjalan dengan langkah ringan seringan kapas tapi  sebenarnya yang dia rasakan tubuhnya Sangat berat

ditambah rasa sakit dari tembakan peluru di bahunya juga Luka luka di sekujur tubuhnya cukup membuat Sean merasa tersiksa

" alisya, bantu aku "

Sean menutup matanya menarik napas perlahan sembari merasakan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya lalu menghembuskan napasnya seolah mengeluarkan semua rasa sakit yang menghantam nya

setelah menyiapkan hatinya Sean menekan bel, menunggu, tak ada jawaban, menekan bel lagi masih tak ada jawaban dari dalam

'sial kenapa rasa sakit ini tak kunjung hilang'

A R S E A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang